Keesokan paginya cahaya matahari masuk melalui celah celah jendela di kamar Kris, tapi kris tampak sudah duduk di tengah kasurnya, memeluk kakinya selama berjam-jam.
Kantung matanya terlihat menghitam dan wajah nya sangat berantakan.
Dia sangat mengerti situasi saat ini, tapi tetap saja bohong jika dia bilang dia baik-baik saja.
Handphone nya berdering berkali-kali tapi kris diam tidak bergeming dari tempatnya, dia melihat hal semacam ini ber kali-kali tapi saat itu terjadi padanya, rasanya sangat berbeda, jauh lebih menyakitkan, hampa dan kecewa.
Air matanya terasa sudah kering, tapi sakitnya tidak mau hilang.
Kris meremas selimut dan memejamkan matanya kuat saat ingatan ingatan nya tentang Dean tampak jelas seperti potongan film di kepalanya.
"Just get out of my brain!! DAMN YOU !!."
Kris terus memukul kepalanya frustasi, air matanya sekali lagi mengalir.
"Masalah nya di mana sih?, Is it me? Semuanya berengsek, sampahh..."
Kris merintih sendirian di kamarnya, entah apa yang bisa dia lakukan sekarang.Dia menolak berangkat sekolah hari ini, rasanya seluruh badannya tidak sanggup untuk beraktivitas.
Dengan kaki yang gemetaran dan air mata yang masih mengalir, Kris mencoba turun dari kasur nya dan mendekati meja riasnya.
Matanya menatap pantulan dirinya sendiri di depan kaca.Menyedihkan, rambutnya berantakan, wajah nya sebam dan matanya terlihat sangat lelah. Tangan nya menyentuh pipinya, memeriksanya, apa lagi yang harus dia perbaiki.
Lalu berdiri, melihat tubuhnya, menarik lemak di lengannya, mengencangkan perutnya, merapikan rambutnya. Kembali duduk mengoleskan fondation , tapi air matanya tidak mau berhenti mengalir. Kris diam memegangi dadanya yang terasa nyeri.
Menggebrakkan tangan nya pada meja beberapa kali.
"AARRGGHH!!"
tangan nya meraih botol skincare dan melemparkannya ke kaca di depannya.Suara nyaring menggema di kamarnya bersamaan dengan garis garis pecahan kaca membuat bayangannya tidak lagi utuh.
Kriss menatap bayangannya yang sudah berantakan itu dengan tenang, itu terlihat jauh lebih baik.Isakannya mulai mereda.
Sepanjang hari tidak ada yang Kris lakukan, diam di ambang jendela, menatap langit dari sana, beberapa pepohonan terlihat hijau, mereka cantik, walau begitu perasaan Kris tidak terhibur sama sekali, bahkan saat sunset mulai terlihat, awan orange ke merahan dan Kris hanya menghela nafas dengan tatapan kosong.
Di luar, suara pertengkaran kedua orang tuanya, bantingan Vas dan benda benda lainnya tidak lagi menarik perhatiannya.
Sampai akhirnya langit sudah sepenuhnya gelap, Kris beranjak dari tempatnya, meraih jaket hitam dan headsetnya, keluar dari kamarnya melewati orang tua nya yang sedang bertengkar hebat tanpa menoleh.
Entah ke mana kakinya membawanya, sudah lebih dari satu jam dia berjalan.
Kakinya berhenti melangkah saat seekor kucing berdiri di depannya, diam dan mendongak seolah bertanya "ada apa?."
Kris mengangkat kucing itu yang sangat dia kenal
"Mumu?? Jangan berjalan di dekat jalanan..."
Omel Kris sambil membawanya ke lorong di sebelah minimarket.
Tapi perlahan-lahan pandangan Kris mulai kabur, kepalanya terasa berdenyut, Kris mencoba fokus saat kaki nya mulai semakin lemas, hitungan detik kesadarannya mulai hilang, hanya ada gelap._________________________________________
Kris membuka matanya perlahan, angin lembut menerpa wajahnya, suara daun daun pohon bergesekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LACHESISM
Fantasía"Dunia memperlakukanku seolah aku tidak pernah pantas untuk di pertahankan."