10

3.2K 337 11
                                    


"Terima kasih"

Minghao mengambil uang bayaran buah yang ia hantar pada pemilik sebuah toko kue.

"Ini adalah toko yang terakhir" ujar Jun melihat Minghao yang menghitung semua uang ulang.

"Jumlah uangnya pas, sekarang kita bisa kembali ke toko" Minghao memasukkan uang ke tas kecilnya lalu masuk kembali ke dalam mobil pengiriman diikuti oleh Jun

"Kenapa?" Tanya Jun memberanikan dirinya

"Kenapa apanya?"

"Kenapa kamu tidak bilang kalau ibu dan kakakmu meninggal dunia pada kami?" Tanya Jun

"Aku pikir.. aku tidak perlu memberitahu masalah kecil ini pada kalian" ujar Minghao

Jun memberhentikan mobil yang ia setir dan memarkirkan mobil di pinggiran jalan. 

"Masalah kecil? Terus kenapa kamu menangis sendirian tengah malam menatap pada foto keluargamu" ujar Jun yang membuat Minghao terkejut

"Lalu apa urusannya dengan kalian?" Tanya Minghao

"Apa kamu tidak menganggap kami teman?" Ujar Jun gusar

"Dari awal aku tidak ingin berteman dengan kalian, bahkan mendekati kalian aku tidak ingin! Lihat apa yang terjadi sekarang! Bukan hanya hyungku, bahkan ibuku pun meninggalkanku sendirian karna... " Minghao yang marah  menggantung ucapannya saat akan menyebut alasan kakak dan ibunya meninggal

"Karna..  karna apa??" Jun terkejut akan ucapan Minghao

"Tidak ada.."

Minghao kembali tenang dan kini sepanjang perjalanan pulang mereka, Minghao hanya menatap ke arah luar jendela mobil

Jun yang menyetir mobil hanya bisa  terdiam sambil memikirkan ucapan Minghao, ia masih mencerna apa maksud dari ucapannya itu.
.
.
.

Di toko nenek,

"Benarkah? astaga... aku benar-benar tidak bisa membayangkan Minghao yang harus menari hanya untuk sebuah permen" ucap Woozi terkejut

Tak hanya Woozi yang terkejut, yang lainnya juga sama terkejutnya dengannya.

Sang nenek menceritakan masa kecil Minghao pada semuanya.
Bagaimana Minghao kecil yang sering kali digoda oleh ibu-ibu tetangga karna pipi gempalnya, saat Minghao kecil yang mau menari hanya untuk permen lolipop kesukaannya hingga saat dirinya dan sang kakak sering kali memakan es krim secara sembunyi-sembunyi agar tak dimarahi oleh ibu mereka.

"Tapi kenapa dia jadi berbeda sekali saat masuk SMA?" Ucap Hoshi tanpa berpikir

Seketika Hoshi mendapatkan tatapan mengerikan dari Woozi dan yang lainnya. Hoshi yang ditatap hanya menatap kembali dengan bingung seolah mengatakan apa ada yang salah dengan ucapannya.

"Saat Minghao Kelas 2 SMP, ayahnya meninggal dan ibunya lah yang bekerja menjadi tulang punggung keluarga. Sikapnya berubah sejak saat itu, ia jadi lebih sering berdiam diri dan sering berbuat nakal...
Mungkin karna dirinya tidak bisa menerima kepergian sang ayah maka sifatnya berubah seperti itu" ungkap sang nenek

Semua yang mendengar pun diam merasa simpati

"Saat kalian bilang kalau kalian temannya, nenek sangat bahagia sekali. Setelah sekian lama akhirnya dia mempunyai teman yang sangat baik dan tampan seperti kalian" puji sang nenek

"Ah.. nenek bisa saja" ucap Mingyu senang

"Kami telah kembali~" saut Minghao dan Jun kembali ke toko

Seungkwan menatap Minghao dengan tatapan yang tak bisa diartikan olehnya

"Kenapa melihatku seperti itu?" Heran Minghao melihat Seungkwan yang tersenyum padanya

"Woah.. Jun kamu melewatkan cerita yang luar biasa dari nenek!" Ucap Hoshi

"Apa yang aku lewatkan?" Ujar Jun penasaran

"Apa yang nenek ceritakan tentangku?" Tanya Minghao pasrah melihat sang nenek

"Nenek hanya menceritakan masa-masa  di saat kamu masih kecil" jawab sang nenek tersenyum kemudian beranjak pergi

Melihat sang nenek pergi Minghao hanya bisa menghela napas lelah
.
.
.

Pukul 00.15

Minghao lagi-lagi duduk sendirian di sofa tengah malam sambil melihat foto 3 orang yang kini telah tiada di atas meja. Saat memandang foto Xiumin ia menunduk memejamkan matanya menahan tangis.

"Hyung... Aku pikir aku akan bisa menyelamatkanmu kali ini, tapi aku tidak bisa bahkan ibu menjadi korban juga" gumam Minghao

"Lalu untuk apa aku kembali? Apa tujuanku sekarang saat kalian tidak ada disini?" Lanjut Minghao meneteskan air mata sambil menggenggam kalung pemberian nenek misterius itu

"Dunia ini kejam sekali padaku..." Ujar Minghao mendongak ke atas langit-langit rumah

"Tidak! Kamu masih memiliki kami"

Jun yang datang entah dari mana langsung memeluk erat Minghao

"Kamu belum tidur?" Heran Minghao yang masih dipeluk Jun

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu! Kenapa kamu belum tidur jam segini?"

"Aku...  " Minghao tidak bisa menjawab pertanyaan Jun

"Jangan menanggung kesedihanmu itu sendiri, kami disini bersamamu. Kami temanmu, dan kami siap mendengar semua keluh kesah darimu. Jangan menangis sendirian" ujar Jun membuat Minghao menangis di dalam pelukannya

Tangisan Minghao memang tak keras namun suara tangis Minghao mampu membuat yang lainnya di rumah itu terbangun.

"Ada apa?" Ujar Wonwoo keluar dari kamar dengan cepat bersama yang lainnya

"Kenapa? Kenapa? Ada maling masuk?" Hoshi keluar dengan siaga

"Mana malingnya?!" Mingyu sudah mengeluarkan kepalan tangannya

Nenek ikut terbangun dan melihat Minghao yang menangis, sang nenek terlihat memandang Jun dengan sendu. Disaat nenek menenangkan sang cucu, ia hanya melihat Minghao yang meneteskan air mata namun tak sampai menangis kencang. Dan sekarang nenek melihat Minghao menangis melepas kesedihannya di dalam pelukan Jun.

"Tidak apa-apa" ujar sang nenek memeluk Minghao mengganti Jun

"Maafkan aku..." Ujar Minghao dikala menangis memeluk neneknya

Lebih dari 10 menit Minghao menangis hingga membuat matanya sedikit bengkak dan memerah. Kini ia sudah berbaring tertidur di ranjang kamarnya ditemani oleh sang nenek.

"Biarkan dia istirahat, dia terlihat sangat lelah setelah menangis tadi" ujar Jun pada teman-temannya yang mencoba mengintip dari pintu kamar Minghao

"Kupikir dia tidak terlalu sedih setelah lewat beberapa hari ini tapi ternyata hatinya jauh lebih sakit daripada emosi yang dia tunjukkan kepada kita" ujar Vernon merasa iba

"Kesedihannya jauh lebih besar dari apa yang kita bayangkan" saut woozi

Seketika mereka semua menatap satu sama lain tak bersuara. Jelas bahwa mereka kini mulai merasa sedih mengingat Minghao yang menangis tanpa hentinya tadi.

"Tidurlah... Kalian juga tak bisa terus-terusan berdiri di luar kamarnya Minghao" sang nenek keluar dari kamar Minghao setelah sang cucu sudah cukup terlelap di tidurnya

"Baik nek"

Mereka kembali menuju kamar untuk kembali tidur, mereka berbaring di ranjang namun tak bergegas bisa menutup mata untuk tidur. Setelah beberapa menit barulah mereka semua bisa tidur dengan nyenyak.

To be continued..

RETURN | junhaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang