Sungguh ini sangat tidak nyaman, Bitna membuka jasnya dan membiarkan dua kancing teratas dari kemeja putihnya tak terkait. Bitna sangat butuh pengalihan, misalnya menghajar pria diujung lorong yang kini menggoda gadis lain.
Yuta yang baru keluar dari toilet menyapa Bitna yang melewatinya begitu saja dengan jas milik gadis itu yang di lempar kearahnya, Bitna mengambil ancang-ancang kemudian dengan sepenuh tenaga menarik Denandra dan mengarahkan tinjunya ke rahang pria itu.
Gadis yang bersamanya tadi hampir memekik jika Yuta tidak datang dengan cepat dan membekap mulutnya. "Jangan teriak, jangan buat orang dateng kesini" Bisik Yuta merendahkan suaranya untuk mengancam gadis itu.
"Lo berani sentuh milik gue, mati lo di tangan gue" Mata merah itu tak lepas dari wajah tengil Denandra, tangan Bitna menarik kerah kemeja pria itu dan sekali lagi memukul tepat di perut pria itu.
Denandra jatuh kebelakang, rasanya kini sulit untuk bernapas. Tapi dia masih tersenyum jahil kearah Bitna. "Emang dia cewek lo?" Pertanyaan sampah yang malah membuat Bitna semakin menjadi.
"Dia cuman milik gue, dan tetap akan begitu selamanya. Jangan berulah dan buat lo berurusan sama gue kayak 3 tahun lalu" Bitna bangkit, merebut gelas dari gadis itu. Minuman yang sama dengan yang akan di minum Karina, menyiram wajah Denandra dengan minuman itu.
"Jangan minum minuman yang tadi kalo ga mau dibungkus sama dia" Ucap Bitna pada gadis itu yang langsung menatap ngeri ke arah Denandra, berjalan meninggalkan keduanya dengan Yuta yang mengekor dibelakang Bitna.
"Dia cari masalah lagi sama lo, ga selesai selesai tu bocah"
Bitna masih diam, berusaha mengendalikan hal mengerikan dalam dirinya. Hal itu menarik perhatian Yuta. "Jangan bilang lo yang minum minuman nya"
Bitna hanya menoleh dan itu sudah bagai jawaban, Yuta menyerahkan kembali jas milik Bitna. "Mau gue bantu?"
Bitna menghentikan langkahnya, kini ia menatap Yuta. "Boleh, tampar gue sekeras mungkin. Tonjok gue kalau bisa"
Yang dimaksud Yuta bukan bantuan seperti itu sih, dia pikir bakal ada kesempatan. Tapi kayaknya ga ada, ya sudahlah.
.
.
.
.
Bitna menelpon Jungkook yang juga berada di rumah Nenek untuk menjemputnya dengan limosin, setelah mobil itu datang tanpa banyak bicara Bitna menarik tangan Karina dan membawa gadis itu masuk dalam mobil.Karina dengan takut takut melirik Bitna, dia jadi tidak enak karena telah merepotkan gadis itu. Terlihat sedikit berantakan kini penampilan nya, dengan mata yang terus terpejam.
Karina melirik setitik darah yang dirasa baru keluar dari sudut bibir Bitna, dia buru-buru merogoh tas untuk meraih tisu di dalamnya.
"Nana" Panggilnya ragu, Bitna lama tidak menjawab hingga gadis itu membuka mata dan menatapnya. Karina menunduk. "B-bibir lo berdarah"
Bitna masih diam, entah apa yang dipikirkan Bitna ketika matanya malah fokus pada bentuk tubuh yang begitu kentara dibalik kain dress itu.
"Lo marah ya sama gue" Karina masih berusaha mengajak Bitna bicara.
Bitna menghela berat. "Ga"
Karina berdiri untuk berpindah duduk di samping Bitna, menarik pelan rahang itu. Dengan perlahan menempelkan tisunya tadi pada luka Bitna, Karina dengan susah payah menelan saliva saat mata tajam itu terus menatapnya.
"Maaf, gue seharusnya denger omongan lo"
Entah mengapa suara rendah Karina menjadi sangat seksi di pendengaran Bitna, obat perangsang itu masih tersisa hingga membuat Bitna sulit bernapas dengan jarak sedekat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile; Enhypen √
Teen FictionDisaat semua orang ingin menjadi jamur truffle atau shiitake, Sunoo bilang hanya ingin menjadi lobak. Dan ya, Sunoo adalah bayi lobak kecil yang indah bagi Sunghoon. Sunoo adalah seorang Parkour Practitioner, sementara Sunghoon adalah Figure Skatin...