03. Sekali Lagi

112 16 4
                                    

Arga memarkirkan motornya di halaman rumah. Dilihat Bunda nya sedang sibuk menyirami tanaman-tanaman hias yang tertata rapih di halaman.

Bunda tersenyum simpul saat sang anak turun dari motor lalu berjalan menghampirinya. "Mandi dulu sana, habis itu makan." Arga mengangguk mantap lalu masuk ke dalam rumah setelah mengecup pipi sang bunda.

Dengan kaos lengan pendek dan celana diatas lutut, Arga merebahkan diri di kasurnya yang nyaman. Hari ini terasa begitu cepat namun sangat melelahkan bagi Arga. Pikiran, fisik bahkan perasaannya serasa berantakan. Ditambah ada seorang gadis bernama Letta, begitu gigih terus-menerus menghampirinya untuk meminta diajarkan belajar, menyebalkan.

Bukan tanpa sebab, Arga kira setelah ia tidak sengaja membuat nasi goreng Letta jatuh, gadis itu akan berhenti mengganggunya. Namun Arga salah, Letta selalu datang lagi di saat Arga sedang sendiri, atau yang paling membuat kesal ketika Letta mendatanginya saat Arga sedang mengobrol dengan Bima. Benar-benar perempuan pengganggu.

Ngomong-ngomong soal Letta. Bukankah dia adalah perempuan yang pernah Alex ceritakan, tentang bagaimana nilainya yang anjlok satu angkatan?

Ah! Agra tidak mau repot-repot memusingkan nasib gadis itu, lebih baik sekarang ia belajar, bulan depan akan menjadi bulan yang sibuk untuknya. Antara ulangan dan beberapa pertandingan basket.

Beberapa urat terlihat timbul di punggung tangan kanan lelaki itu. Menandakan jika Arga mencoba untuk fokus pada soal-soal yang ada di depannya.

Tak!

Arga membanting pulpen di tangannya dengan kesal. Tiba-tiba saja, sosok Bima melintas dipikirannya yang akhir-akhir ini sering mengganggu konsentrasi nya.

Entah sejak kapan perasaan itu ada, yang pasti ia baru menyadarinya beberapa hari yang lalu.

Awalnya, Arga kira perasaan itu hanya perasaan nyaman sebagai teman baik atau mungkin Bima terasa seperti sosok kakak di hidupnya. Namun, beberapa hari terakhir ada keinginan Arga untuk terus berada di samping Bima. Bahkan detak jantung Arga tidak dapat membohongi jika Arga sangat tidak baik-baik saja jika Bima mengajaknya berbicara. Ada banyak perasaan bahagia yang membuncah saat dirinya melihat Bima. Bagaimana lelaki itu berbicara dengan gaya khas nya, lalu saat bermain basket dengan bulit keringat ditubuhnya, atau sedang berjalan dengan langkah yang tegap. Membuat jantungnya berdetak tidak karuan.

Arga memijit pangkal hidungnya dengan mata terpejam. Tidak ada yang tahu tentang ini selain dirinya. Dan Arga sangat tahu jika ia dan Bima tidak akan pernah bisa bersama. Hingga ia sendiri terkejut saat sadar telah menulis sesuatu yang ingin sekali ia sampaikan pada Bima.

'Gue suka sama lo Bima'

Menutup buku dengan kesal, Arga rasa malam ini sudah cukup ia merenungi masalahnya. Arga memilih tidur saja untuk meredamkan pikirannya sebelum ia bertambah stress.

***

Melody menyenggol lengan Feby pelan. Dagunya menunjuk kearah Letta yang sedang melamun entah memikirkan apa.

"Heh! Kenapa lo?" tanya Feby sembari menendang kaki Letta pelan. Sungguh, Feby menendangnya pelan tapi reaksi Letta terkejut seperti habis ditendang raksasa. Mengakibatkan kuah bakso yang ada di meja sedikit tumpah akibat meja yang bergoyang.

"Lebay banget!" seru Feby.

"Gue kaget! Lagian ngapain lo tendang kaki gue?" tanya Letta kesal, sembari mengelap kuah bakso yang tumpah.

"Muka lo kayak habis kelilit hutang," jawab Feby.

"Lagi mikirin apa emangnya?" tanya Melody yang sedari awal memerhatikan Letta.

Falling On MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang