Letta menghelas napas kasar. Sampai kapan ia harus menunggu Arga yang entah sedang memikirkan apa tanpa membelinya makan atau minum?
Minuman yang sebelumnya sempat Letta pesan sendiri bahkan sudah habis duluan, tetapi lelaki di depannya ini masih terus diam melamunkan sesuatu.
"Kalau lo diem terus mending gue pulang aja, Ga." ucap Letta malas.
"Diem, gue lagi mikir."
"Mikirin apasih? Udah setengah jam gue dianggurin. Tau gitu gue pulang sendiri aja dari tadi. Gak jelas banget jadi orang!" Maki Letta yang benar benar sudah sangat kesal.
Ia tidak tahu maksud Arga membawanya ke sebuah cafe itu untuk apa.
Letta kira lelaki ini akan mendiskusikan masalah belajar Letta atau masalah lelaki itu sendiri, tapi setelah setengah jam mereka diam Letta benar benar di diamkan sendirian.
"Lo kenapa mau bantuin gue?" tanya Arga tiba-tiba.
Letta mengertukan kening, bingung. "Win win solution?" jawab Letta. Namun Arga kembali diam seperti hendak melamun kembali. Letta pun berdecak sebal.
"Ya apalagi sih, Ga? Gue butuh lo sebagai pengajar gue, dan gue bantuin lo supaya rumor nya gak nyebar. Impas kan?"
"Lagian gue pikir pas rumor itu tiba tiba ada, lo butuh seseorang mungkin yang bisa bantuin lo. Nah kebetulan banget gue butuh lo juga, kenapa engga?"
Arga memejamkan mata sejenak, ia benar-benar pusing dengan semua ini. Berdekatan dengan perempuan adalah sesuatu yang Arga hindari selama ini, karena takut nanti akan mengganggu konsentrasi belajarnya. Tetapi, berdekatan dengan teman lelakinya pun sekarang sama saja, Arga sudah terganggu konsentrasinya.
"Lo mikirin apa lagi Arga? Bukannya lo bilang mau bantuin gue belajar? Gue janji deh gue gak akan nyusahin lo pas lagi belajar kalau itu yang lo takutin." jelas Letta sambil terus melihat wajah Arga yang masih terpejam itu.
Ganteng sih tapi sayang dia gay, batin Letta me-nyayangkan.
Arga pun menghela napas lelah. Entahlah, dirinya juga bingung harus bagaimana. Di satu sisi dirinya sudah sangat malu, dan tidak tahu harus apa. Maka dari itu tadi ia spontan ingin pulang bersama Letta, karena hanya itu ide yang ada di kepalanya.
Jika boleh jujur Arga sangat terkejut dan ingin melarikan diri dari masalahnya. Semua ini bebar-benar karena kecerobohan nya. Dan yang sangat Arga takutkan adalah Bima tahu dan langsung canggung dengannya.
Dengan malas Arga berdiri lalu mengambil kunci motor yang ia simpan di meja. "Ayo gue anter lo pulang."
"Terus ngajarin gue gimana? Jadi?" tanya Letta bingung.
Arga mengangguk singat. "Ehm, besok. Nanti gue kasih tau lagi."
....
Arga akhirnya sampai didepan rumahnya. Kening Arga mengernyit melihat sepasang sendal asing tersimpan di depan pintu masuk.
Setelah membuka pintu Arga langsung disuguhkan seorang wanita paruh baya yang sedang menangis tersedu-sedu di ruang tengah dan sedang di tenangkan oleh bundanya.
"Arga? Udah pulang?" tanya sang Bunda. Arga berjalan mendekat lalu menyalami bunda dan wanita yang sedang menangis itu.
"Ini.. anakmu?" ujar Wanita itu terbata disela tangisnya.
"Iya, ini anakku. Namanya Arga," ujar Bunda.
"Oh iya Arga ini tante Ella. Teman Bunda waktu SMA dulu," ujar Bunda mengenalkan Ella pada Arga.
Arga hanya tersenyum singkat bingung bereaksi seperti apa.
"Yasudah aku pulang ya, suamiku sudah ada di depan. Sekali lagi terimakasih, akan aku pikirkan sarannya," ujar Ella setelah meredam tangisannya.
Arga masih diam berdiri melihat itu semua. Lalu mendekati bundanya yang masih berdiri diambang pintu.
"Tante Ella kenapa Bun?" tanya Arga.
Bunda menghela napas panjang, lalu menutup pintu membawa Arga duduk di sofa.
"Anak tante Ella bermasalah. Ternyata setelah dicari tahu karena faktor lingkungan disekolahnya," ujar Bunda dengan lesu.
"Bermasalah? Bolos kayak gitu?" tanya Arga heran.
Bunda menggeleng cepat. "Bukan. Anak tante Ella menyimpang."
Seketika Arga meneguk ludah dengan kasar. Padahal bukan dirinya namun Arga merasa seperti tertangkap basah oleh bundanya sendiri.
Tangan bunda mengambil sebelah tangan Arga. Menggenggamnya diatas paha bunda.
"Jujur, sebenarnya bunda juga takut kalau kamu seperti anaknya tante Ella. Bunda gak sanggup ngebayanginnya. Dulu waktu kamu lahir bunda seneng banget, bunda berasa punya dua pelindung di hidup bunda. Kamu dan ayahmu," ujar Bunda sambil menerawang masa lalu.
"Bunda sayang banget sama kamu. Bunda berusaha merawat kamu sebaik mungkin, supaya kelak nanti dewasa kamu tidak merasa kekurangan apapun dihidup kamu. Bunda selama ini cukup tenang dengan semuanya. Tapi setelah mendengar cerita tante Ella, bunda takut. Bunda takut kamu seperti itu Arga. Bunda gak mau." Ada nada kerisauan sangat jelas yang dapat Arga dengar.
"Kamu enggak lagi suka sama sesama jenis kan Arga?" tanya Bunda menatap Arga dengan dalam.
Arga menggeleng kaku. "Enggak kok bun, aman." Arga menampilkan senyuman terbaiknya untuk menenangkan Bunda.
"Syukurlah. Tapi kalau kamu mulai merasa tertarik pada sesama jenis, jangan sungkan bilang ya ke bunda. Kita sembuhin sama-sama," ujar Bunda sembari menggengam erat tangan Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling On Mistake
Novela JuvenilMendapat predikat sebagai siswi dengan nilai paling buruk seangkatan, membuat Letta mau tidak mau harus segera mencari orang yang bisa membantunya belajar agar dapat menuntaskan nilai-nilainya. Sayang, tidak ada satu pun teman sekelasnya yang dapat...