23. Balasan untuk Mila

6.9K 578 85
                                    


Happy Reading..
..
..

Nata memang sudah keterlaluan, akhirnya dia memaafkan Harsa, dan mereka kembali berbaikan seperti semula, namun cewek itu tidak seperti biasanya, dia yang selama ini selalu ceria, dibuat murung dengan beberapa fakta yang baru saja di ketahuinya.

Pagi tadi Nata melihat ponsel Harsa yang mendapat panggilan dari Mila, cewek itu menelepon Harsa pagi buta, dimana Harsa saja masih terlelap, dan seingat Nata, Mila sudah lama diblokir oleh cowok itu, Harsa sendiri yang mengatakannya, Nata juga melihatnya kan, mana mungkin dia lupa, jelas-jelas saat dirinya mencari nama Mila di kontak Harsa, namanya sudah terblokir.

Ok, untuk kali ini Nata tidak marah, mungkin Harsa sengaja membuka blokir tersebut agar mudah berkomunikasi masalah kemarin, dan mungkin dia menelepon Harsa sepagi itu karena ada keperluan mendesak, Nata mencoba untuk berpikir positif dan mengabaikannya.

Kedua, ketika Nata bertemu dengan Albari yang ternyata adalah sepupu Mila, cowok buaya darat itu tidak ada kapoknya datang menemui Nata, seperti apa yang dilakukannya sekarang.

“Nata cantik, mau makan siang bareng gue gak?”

“Nggak!”

“Gak boleh gitu, gue mau ada yang di omongin,”

Nata menghentikan langkahnya, “Ngomongin apa?”

“Apa ya, penasaran gak?”

“Gak jelas lo,” Nata mempercepat langkahnya masuk ke dalam gedung fakultas ekonomi.

Cowok itu menahan tangan Nata, “Tentang cowok lo, si Harsa, masa gak tertarik?”

Awalnya Nata memang tidak tertarik, tapi setelah mendengar nama Harsa, dia berbalik menatap Albari, tidak bisa di pungkiri jika dia penasaran juga, dengan apa yang ingin di katakan oleh Albari.

“Sekarang aja, makan siang kelamaan.” Saran Nata, masa dia harus menahan rasa penasaran sampai jam istirahat, kan kelamaan, belum lagi jadwal mereka berbeda.

Albari tersenyum, “Ya udah ayo,” cowok itu hendak menggandeng Nata namun di tepis lebih dulu oleh cewek tersebut.

“Gak usah pegang-pegang deh, gatel banget sih,”

“Yaelah pegang dikit, pelit banget sih,”

“Kita mau ngobrol dimana?” tanya Nata.

“Di kantin aja, sekalian sarapan, udah sarapan belum? Gue yang traktir deh.”

“Lo aja yang sarapan, gue udah kenyang.”

Mereka berdua pun pergi ke kantin yang ternyata masih sepi, stand makan juga baru buka, mereka masih siap-siap.

“Mau makan apaan, baru juga pada buka,”

“Eh iya ya, tumben banget sih,” ucap Albari, “Ya udah gapapa, sambil nunggu kita cerita aja dulu.”

Jantung Nata dag-dig-dug, tidak seperti biasanya dia sepenasaran ini mendengar cerita dari Albari.

“Dua hari yang lalu mobil Harsa di seruduk mobil Andreas ya?”

“Iya, lo tau dari siapa?”

“Ya dari Andreas lah, dia cerita ke gue,” Albari memang cukup dekat dengan cowok bernama Andreas itu, mereka bisa dibilang cukup dekat setelah cowok itu berkencan dengan Mila satu tahun yang lalu.

“Tapi sekarang Mila udah baikan?” tanya Nata memastikan, dia belum tahu bagaimana kabar cewek itu, sebenarnya Nata juga tidak ingin tahu, dia masa bodo, dirinya kalau sudah membenci seseorang, pasti mau separah apapun kondisi orang itu, Nata tidak akan peduli.

Tentang Kita, Natadyra Harsa [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang