[14] Jangan Merasa Paling Tersakiti

475 90 25
                                    

Vincent menutup lembar dokumen di tangannya kemudian menyimpannya ke meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vincent menutup lembar dokumen di tangannya kemudian menyimpannya ke meja.

“Apa informasi itu sudah cukup?” tanya Alex. Yang saat ini duduk di kursi depan meja kerja Vincent.

“Cukup, terima kasih Alex. Kau banyak sekali membantuku, kau benar-benar bisa kuandalkan,” ucap Vincent.

“Laki-laki itu sepertinya terobsesi untuk memiliki istrimu, dari data ponsel Berlian yang kusadap nomor lelaki itu terus menghubunginya,” kata Alex.

Vincent diam seraya mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. “Dia mantan kekasih Berlian saat SMA. Hubungan mereka dulu berakhir karena apa?” gumamnya bertanya-tanya.

“Mungkin ...  Orangtua,” ujar Alex.

Vincent langsung memusatkan tatapannya pada Alex yang kini tengah menyesap kopinya. “Maksudmu?” tanyanya.

“Berlian adalah putri tunggal dari keluarga biasa. Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga dan Ayahnya Dokter umum. Mereka tak memiliki nama besar seperti keluarga Dhananjaya,” kata Alex. Lelaki itu menyimpan cangkir di tangannya lalu melanjutkan, “Keluarga Dhananjaya cukup pilih-pilih.”

Vincent diam termenung memikirkan ucapan Alex barusan padanya. Dia kini mulai mempertimbangkan beberapa hal tentang pernikahannya dengan wanita itu.

“Baiklah, kau bisa kembali. Nanti kuhubungi lagi jika ada sesuatu yang harus kau lakukan,” kata Vincent setelah diam cukup lama.

Alex hanya membalas dengan anggukan kecil sebelum kemudian berdiri dan pergi dari ruangan itu. Saat di pintu masuk dia berpapasan dengan Vaneta yang datang untuk menemui Vincent.

Vaneta menatap sosok Alex yang baru saja berlalu hingga laki-laki bertopi itu keluar dari ruangan Adiknya.

“Kulihat kau begitu sering berhubungan dengannya. Bukankah dia Alex, teman SMA mu, mantan intel yang kehilangan pekerjaannya karena menembak seseorang hingga tewas saat tengah menjalankan tugasnya,” kata Vaneta.

“Ada apa?” tanya Vincent tanpa menanggapi ucapan Kakaknya barusan.

“Ada hal apa yang membuatmu berhubungan dengannya?” tanya Vaneta masih pada topik yang dibawanya. Namun Vincent tak sama sekali mau membuka suara untuk menjawab.

“Oh, apa ini ada hubungannya dengan istri kesayanganmu itu. Hanya perasaanku saja atau memang ... Something happened in your relationship?” ujar Vaneta dengan tatapan penuh selidik.

“Jika tidak ada hal penting yang ingin kau sampaikan, sebaiknya kau keluar,” ucap Vincent memilih sibuk memisahkan beberapa dokumen yang sudah diperiksanya.

Vaneta menatap Adiknya itu dengan tatapan menilai. Lantas dia duduk di kursi yang sebelumnya diduduki Alex. Dengan tangan terlipat di bawah dada dia kembali berujar, “Sudah hampir beberapa tahun ini kau tak pernah lagi membawanya ke acara-acara keluarga atau kantor, bahkan aku juga tak pernah melihat kalian mengumbar kemesraan di kantor lagi. Rasanya mengherankan, karena dulu kau begitu sangat memanjakan dan membelanya.”

TreasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang