[16] Mencoba Bersikap Biasa Saja

522 101 32
                                    

Mirza mendorong bola billiard miliknya pada bola-bola billiadr lain di atas meja billiard itu hingga masuk ke lubang-lubang yang berada di sisi tepi meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mirza mendorong bola billiard miliknya pada bola-bola billiadr lain di atas meja billiard itu hingga masuk ke lubang-lubang yang berada di sisi tepi meja. Beberapa kali berpindah-pindah posisi untuk membidik bola-bola billiadr itu hingga tersisa dua bola di atas meja. Tapi saat hendak membidik bola terakhir, pandangannya teralih fokuskan pada Vincent yang nampak termenung di kursi tempat duduknya. Vincent sempat ikut bermain bersamanya tadi, tapi diputaran ketiga saat lelaki itu berhasil mengalahkannya dua kali berturut-turut, Vincent malah berhenti dan menyuruhnya untuk bermain sendiri dengan dalih ingin rehat sejenak.

Mirza kemudian memutuskan menyudahi permainannya, dia menghampiri kawan karibnya itu seraya melepas sarung tangan khusus yang digunakannya selama bermain billiard.

"Vin," panggilnya, sambil mengambil sekaleng minuman soda yang ada di atas meja bundar itu kemudian ikut duduk memandangi view malam kota Jakarta dari balkon apartemennya ini.

"Kenapa kau selalu seperti nampak tertekan setiap kali aku melihatmu. Masih masalah rumah tanggamu?" ujar Mirza bertanya.

"Aku bimbang," ucap Vincent kemudian meminum soda di kaleng minumannya.

"Saranku tak berubah. Jika kau ingin segera kebimbangan dan kerumitan itu usai, cepat ambil keputusan. Pilih salah satu dari kedua istrimu, jangan serakah men," kata Mirza.

"Saranmu itu yang tengah kucoba pertimbangkan," ucap Vincent.

Mirza yang mendengarnya sampai akan terbatuk tersedak minuman strawberry bersodanya karena terkejut. "Oh, akhirnya," ucapnya. "Lalu apa yang membuatmu bingung sekarang?" tanyanya.

"Aku merasa tak yakin," jawab Vincent.

"Aku sudah pernah mengatakannya padamu. Coba tanyakan semua itu pada hatimu. Mana yang membuatmu merasa lebih baik? Bertahan dengan Berlian atau melanjutkan hubunganmu dengan istri keduamu," ujar Mirza.

Berlian, cintanya pada wanita itu masih ada, hanya saja dia terlanjur merasa kecewa pada wanita itu.

"Jisa. Ya ... Kupikir dia sepertinya wanita baik-baik,” ucap Mirza.

Hal itu sontak langsung menarik perhatian Vincent. Ini pertama kalinya dia mendengar Mirza memberi tanggapan baik mengenai seorang wanita, terlebih itu hanya dalam sekali pertemuan.

“Kenapa kau melihatku seperti itu?” ujar Mirza dengan satu alis terangkat, menatap risih sahabatnya itu.

“Kau sadar mengatakannya?” ujar Vincent yang langsung mengundah dengkusan dari Mirza.

“Ya ... Aku mengakui jika selama aku selalu memandang dan menganggap secara skeptis bahwa wanita itu bertabiat sama, brengsek seperti ya ... Kau pasti tahu lah. Tapi tidak semua wanita, contohnya Jasmine, Adikku. Dan kupikir istri keduamu itu juga wanita baik-baik, dia wanita ramahsopan. Saat kami berinteraksi malam itu bisa kuhitung berapa kali dia menatapku, dia terus menjaga pandangannya padaku yang adalah lawan jenis yang bukan suaminya,” kata Mirza. Dia meminum kembali minuman bersodanya lantas melanjutkan, “Kau jahat jika terus membohonginya. Dia nampak begitu peduli padamu, jika kau tak serius dengannya lebih baik segera kau akhiri. Jangan membawa-bawa orang lain yang tak tahu apa-apa mengenai permasalahan hubunganmu dengan Berlian."

TreasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang