[23] Zhou Sebastian

444 91 62
                                    

"Tidak bisa," ujar Berlian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak bisa," ujar Berlian. Wanita itu menatap lurus-lurus Vincent di sebelahnya. "Kau tidak bisa menceraikanku disaat aku tengah hamil anakmu seperti ini," lanjutnya.

Yang pada saat itu juga langsung menarik perhatian Vincent. "Itu tidak mungkin," ucapnya membantah.

"Apanya yang tidak mungkin, kita melakukannya beberapa waktu lalu," ucap Berlian.

"Siapa? Kau dengan lelaki itu?" sahut sinis Vincent.

"Aku sudah tak pernah lagi berhubungan dengannya," bantah Berlian mengelak.

"Sudah Berlian, jangan mengada-ngada, cukup kebohonganmu. Malam itu tak terjadi sesuatu apa pun di antara kita. Kau mabuk, setelah mengantarmu ke kamar aku langsung pergi. Dan yang pasti, pria mandul sepertiku mana mungkin bisa membuatmu hamil," ujar Vincent menohok.

Berlian menatap terkejut pria itu, dia terkejut atas penuturannya barusan. Lantas dengan siapa malam itu dia tidur. Dan Vincent, lelaki itu tahu mengenai kondisinya.

"Dulu kau mungkin bisa membohongiku atas kehamilan pertamamu, tapi jika pun sekarang kau memang tengah hamil. Yang pasti itu bukan anakku, aku bisa memastikan itu. Karena seperti apa katamu, hal itu tidak mungkin bagi laki-laki mandul sepertiku," kata Vincent, menyungging dengan sinis.

Tak ada sahutan dari Berlian, wanita itu kini hanya diam bungkam. Seolah benar-benar sudah kehilangan kata-kata untuk membela diri atau bahkan menjelaskan alasan perbuatannya. Dia bungkam, tak membela diri lebih jauh karena perasaan bersalah yang terus menggerogoti diri.

"Tolong jangan melakukannya, aku sangat mencintaimu Vincent. Aku tak bisa jika harus berpisah darimu," lirih Berlian.

"Ini sudah menjadi keputusanku. Aku akan mengurus segalanya, kau tak perlu mencemaskan apa pun," ucap Vincent. Menjadi kalimat terakhirnya sebelum kemudian keluar dari dalam mobil tersebut.

Meninggalkan Berlian yang meraung histeris, menangis sampai tersenggal-senggal.

⚛️⚛️⚛️

Jisa membuka mata kala kesadaran berhasil dijemputnya. Dia menoleh ke sebelah dan tak menemukan kehadiran Vincent di sana. Segera dia bangun untuk membenahi diri, sebelum memulai rutinitas dia mandi terlebih dahulu.

Ini hari minggu, kantor libur begitu pun dengan jadwal kuliahnya. Seharian ini mungkin dia akan menghabiskan waktu di apartemen saja.

"Lho, apa ini?" ujarnya bingung, saat melihat sebuah paper bag di atas meja makan.

Jisa meraih paper bag tersebut dan melihat isian di dalamnya. Ternyata di dalamnya adalah sebuah kotak makanan susun.

"Dari siapa ini?" gumamnya bertanya-tanya. Satu persatu kotak-kotak itu dibukanya, begitu banyak macamnya makanan dalam lima kotak makanan itu.

Jika melihat dari tampilannya sepertinya ini makanan semalam. Sudah dingin bahkan ada beberapa yang dari baunya tercium sudah basi. Ini nampaknya seperti masakan rumahan, tak ada merek.

TreasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang