05

494 44 7
                                    

Tubuh Yuan menegang saat ia bangun dari tidur nya, tubuh nya telah di apit oleh Lan Xichen dan MengYao. Bahkan satu tangan Lan Xichen tampak memeluk badan kecil Yuan.

'Ada apa ini.. Mengapa aku ada di sini.'  ketakutan membuat tubuh Yuan bergetar, dan hal itu membuat Lan Xichen terbangun.

"Yuan, kau sudah bangun?" Lan Xichen perlahan duduk, Yuan tidak menjawab. Ia semakin menunduk dalam.

"Yuan?" Lan Xichen menegang pelan pundak Yuan.
"T-tuan.. Mengapa saya ada di sini?" Yuan

"Yuan tidak suka?" MengYao yang samar samar mendengar obrolan seseorang pun ikut terbangun.
"Papa akan marah jika tau aku ada di sini." Yuan meremas selimut.

"Tidak akan ada yang memarahi Yuan lagi mulai sekarang. Apa kepala Yuan terasa sakit? Apa mau kerumah sakit?" MengYao mengelus lembut perban di dahi Yuan.

"Tidak, sudah tidak sakit." Yuan menggeleng.
"Yuan, bisa kau jelaskan kepada paman. Bagaimana kau mendapat luka itu?" Lan Xichen

Yuan meremas selimut dengan erat.

"J-jatuh.." Cicit nya pelan.
"Yuan tidak mau bicara jujur? Apa mereka mengancam mu?" Lan Xichen mengelus kepala Yuan.

"T-tuan tau tentang mereka?" Yuan tampak terkejut dan melihat keatah Lan Xichen.

"Paman tau, paman tau semuanya. Dan, berhenti memanggil dengan sebutan tuan. Kau bisa memanggil kami dengan sebutan ayah Huan dan papa Yao jika kau mau." Lan Xichen

"Tidak, saya tidak bisa melakukan itu. Tuan Lan akan membenci nya." Yuan
"Kita akan pindah dari rumah ini. Apa dengan begitu Yuan mau memanggil kami seperti itu?" MengYao

Lagi lagi Yuan menggeleng.

"Tidak! Aku tidak mau! Aku ingin tinggal dengan papa.." Yuan hampir menangis.
"Baik, baik kita tidak akan pindah. Jangan menangis hum? Anak manis tidak boleh menangis." MengYao memeluk Yuan.

Yuan tampak mengusapl di dada MengYao, pelukan MengYao sungguh membuat nya terasa aman dan di lindungi.

"Hari ini, Yuan tidak perlu kesekolah ya. Paman akan mengurus kepindahan mu ke sekolah lain." Lan Xichen beranjak bangun

"Pindah sekolah? Mengapa?" Yuan
"Bagaimana kau bisa bersekolah di sekolah seperti itu. Paman akan menuntut pihak sekolah untuk semua yang terjadi kepada Yuan. Jadi, katakan dengan jujur apa saja yang mereka lakukan pada Yuan." MengYao mengusap lembut pipi Yuan.

"Apakah aku akan memiliki teman di sekolah baru?" Yuan
"Tentu, tentu saja." MengYao tersenyum manis.

"Tidak ada yang mengejek ku lagi?" Yuan
"Tidak akan ada, karna ada paman Huan dan paman yang akan menjaga mu." MengYao.
"Yuan mau.. Terimakasih paman." Yuan tersenyum manis. Lan Xichen mengelus gemas kepala Yuan.


Wei wuxian terkejut saat melihat Yuan duduk di meja makan diantara Lan Xichen dan MengYao. Dan lebih terkejut melihat ada perban di pelipis Yuan. Begitu juga dengan Lan Qiren dan Lan WangJi. Mereka sama terkejutnya dengan Wei wuxian.

"Xichen, ada apa dengan dahi anak itu." Lan Qiren
"Dia mendapat pembullyan di sekolah." Lan Xichen

Lan WangJi dan Wei Wuxian tersentak.

"Pembullyan?" Lan WangJi
"Terkejut?" MengYao merotasikan kedua matanya malas.

"Yuan, mau tambah sosis nya?" Nada suara MengYao yang semula ketus kini berubah halus dan hangat saat bicara dengan Yuan.

"Apa boleh?" Yuan bertanya hati hati
"Tentu, Yuan boleh makan sebanyak yang Yuan mau." MengYao mengambil beberapa potong sosis panggang lagi untuk Yuan.

"Apa yang Yuan sukai? Apa Yuan sangat suka sosis?" nada suara Lan Xichen juga terdengar semakin hangat.
"Y-yuan suka semua.." Yuan
"Anak baik." Lan Xichen mengelus lembut kepala Yuan.

"Ah. Sudah waktunya. Paman harus pergi. Apa Yuan ingin paman bawakan sesuatu?" Lan Xichen
"K-kue..." Yuan berucap sangat pelan
"Kue?" MengYao, Yuan mengangguk

"Kue seperti apa?" Lan Xichen membersihkan sisa saus di tepi bibir Yuan
"Apakah boleh dengan irisan buah diatas nya?" Yuan melihat kearah Lan Xichen

"Tentu saja, paman akan membawanya saat pulang nanti. Tunggu paman." Lan Xichen mengecup kening Yuan dan MengYao bergantian.

"Aku pergi." Lan Xichen
"Hati hati." MengYao
"Nah sekarang ayo habiskan makanan mu dan kembali ke kamar." MengYao
"Em.." Yuan melanjutkan makan nya.

Lan Qiren, Lan WangJi dan Wei wuxian. Terdiam melihat interaksi ketiganya. Lan Xichen dan MengYao tampak sangat sayang kepada Yuan.

Sikap hangat, nada suara lembut. Mendengarkan apa yang Yuan mau. Hal iti tidak pernah Wei wuxian lakukan kepada Yuan. Rasa bersalah semakin menumpuk di hatinya.


"Kakak dan kakak ipar, mereka sungguh sayang kepada Yuan ya." Wei wuxian, Lan WangJi yang sedang merapikan pakaian nya di depan cermin menoleh kearah Wei wuxian yang sedang duduk di tepian ranjang tidur mereka.

"Masih belum terlambat untuk menyayangi Yuan. Kita akan perlahan mendekati nya." Lan WangJi berjalan mendekati Wei wuxian dan mengelus kepala nya lembut.

"Bertahun tahun aku mengabaikan nya. Bagaimana aku harus bersikap sekarang, Lan zhan.." Wei wuxian menyentuh dahi nya. Ia tampak bingung dan sedih.

"Pasti ada cara, hari ini Yuan tidak masuk sekolah. Cobalah untuk bicara kepada nya." Lan WangJi.
"Em, baiklah." Wei wuxian mengusap wajah nya.
"Sampai ketemu nanti malam." Lan WangJi mengecup dahi Wei wuxian, Wei wuxian mengangguk.

Di tempat lain, Hua Cheng tampak memakan sarapan nya dengan setengah hati. Ia meletakan sendok makan nya tanpa menghabiskan makanan di piring nya.

"Kau tidak makan dengan benar lagi. Apa ada yang menganggu mu?" Xie Lian, istri Hua cheng melihat heran kearah Hua Cheng.

Sudah beberapa hari ini, suasana hati Hua Cheng selalu buruk.

"Apa kau sudah bertemu dengan dokter lagi?" Hua Cheng, Xie Lian diam sejenak

"Ya, sudah dan belum ada perkembangan. Dokter memberiku obat dan vitamin baru." Xie Lian

"Sampai kapan aku harus menunggu Xie Lian?" Hua Cheng
"Aku juga ingin segera memberi mu anak Hua Cheng. Aku sudah melakukan berbagai macam cara. Tapi, masih belum membuahkan hasil." Xie Lian meremas pakaian di atas pahanya.
"Aku sebuah berusaha sebaik yang bisa aku lakukan." Xie Lian

Sudah lima tahun sejak pernikahan mereka. Namun, sampai sekarang Xie Lian tak kunjung hamil juga. Hal itu membuat Hua Cheng mendorong nya untuk selalu berkonsultasi dengan dokter. Mendapat beberapa suntikan dan meminum obat kesuburan. Namun, hal itu tak juga membuahkan hasil.

"Apa kau harus menganti dokter lagi?" Hua Cheng
"Masalah nya bukan pada dokter Hua Cheng! Tapi, memang kita belum di beri keturunan ,bersabarlah." Xie Lian
"Bersabar? Ini hampir tahun ke-5 kita! Dan kau belum menunjukan tanda tanda kehamilan! Apa kah aku kurang bersabar!" Hua Cheng.

Xie Lian menunduk mendengar bentakan Hua Cheng. Remasan pada kain di aras pahanya semakin kencang.

"Maaf.." Ucap Xie Lian pelan. Hua Cheng menghelang nafas. Dan pergi meninggal kan meja makan. 

"Apakah ini karma dari tuhan karna aku merebut milik orang lain dan membuat seorang anak harus kehilangan ayah nya.." Xie Lian menyentuh dahi nya.

"Tapi, jika pun aku melepas Hua Cheng. Mereka tidak bisa bersatu kembali." Xie Lian.

"Apa yang harus aku lalukan." Xie Lian

Tbc !!

Take Me Home Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang