15. Beneran Sayang

1.1K 200 15
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

Setelah disuguhi dengan perang dingin yang terjadi di antara Alice dan Abian beberapa hari terakhir, kini teman-teman kedua sejoli itu akhirnya bisa bernapas dengan lega

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah disuguhi dengan perang dingin yang terjadi di antara Alice dan Abian beberapa hari terakhir, kini teman-teman kedua sejoli itu akhirnya bisa bernapas dengan lega. Hari ini, mereka sudah tidak lagi melihat wajah kusut Abian. Setelah sempat bertengkar, lalu sakit dan sekarang kembali ke sekolah, Abi seolah telah terlahir kembali.

Kerut-kerut menyebalkan dari wajah pemuda bucin itu sudah sepenuhnya hilang dan digantikan dengan senyum lebar tanpa rasa bersalah yang membuat mereka ujung-ujungnya tetap sebal.

Kini dengan suasana yang sudah lebih tenang, mereka bertujuh kembali duduk bersama dalam satu meja untuk makan siang bersama.

"Makan Bi, jangan dipindahin ke piring aku semua ih!" Alice mendelik kesal karna daripada makan, Abi malah sibuk memindahkan makanan siangnya ke piring Alice yang tadinya sudah hampir kosong.

"No, no, no, kamu harus makan yang banyak, Al. Berat badan kamu turun kan, gara-gara aku cuekin kemarin? Nih, smoked duck-nya enak banget. Ini juga kamu harus cobain sayurnya, ngga pait sama sekali Al." semua orang yang menempati meja yang sama dengan mereka memilih diam menahan mual demi ketenangan bersama. Tapi ada juga tidak sanggup hingga terang-terangan berdecak kesal karena kelakuan Abian Putra Bucin Chandra.

Hari ini walaupun tidak disajikan perkelahian antara dua anak Adam Hawa itu, mereka tetap tidak bisa tenang karena Abi mendadak jadi lebih bawel. Ia tidak henti mengatakan banyak ucapan norak dan menggelikan untuk Alice. Rosie bahkan sampai mengeluarkan lagi gyoza utuh dari mulutnya saat tanpa sengaja melihat sosok kakak kelas sangarnya itu memajukan bibirnya, seolah sedang mengecup Alice lewat udara.

"Anjing geli banget gue. Tai tai!" ucap Marlo sambil bergidik-gidik.

"Ada masalah lo sama gue?" balas Abi sambil melempar tatapan sengitnya.

"Ngga, Bi. Gue geli gara-gara Sean grepe-grepe paha gue nih dari tadi." 

"Yee fitnah lu, item!" Marlo meringis saat kepalanya dipukul Sean. Ini mah namanya kanan kena kiri kena. Dasar nasib!

"Awas kalo mulut lo usil lagi ya. Udah, lanjutin makannya, Al. Gausah dengerin mereka apalagi si Marlo bau asem itu." kata Abi sambil tersenyum lagi ke Alice. Ekspresinya saat melihat Alice dan saat melihat Marlo sungguh sangat amat berbeda. Bak bumi dan langit. Bak badai dan panas terik. Bak gunung dan laut. Surga dan neraka. Pokoknya sejauh itu.

"Ck kenyang, Bi. Udah ah, abisin sendiri makanannya." bibir Abi langsung cemberut karena penolakan Alice. Tapi tak ingin dimarahi lagi, ia akhirnya menurut dan memakan suap demi suap makan siang yang ia pesan.

Alice in A TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang