Alice terjebak di dunia milik Abian dan gak akan bisa kemana mana lagi. Apa iya??
Cerita ini akan mengandung beberapa kata kasar jadi mohon untuk para pembaca bisa bijak dalam menikmati cerita ini
Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis
Don't forget to VoMent Happy Reading!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gimana sekolahnya Bi? Lancar?" Abimana, ayah Bara, memecah keheningan yang sedari tadi dominan melingkupi suasana makan malam keluarga mereka. Hari ini, mereka berkumpul atas permintaan Chandra sebagai yang tertua di keluarga mereka. Kakek dari Abian, Bara dan Teressa itu tiba-tiba mengundang Alice, Jennie dan juga Joan, sahabat baik Teressa sejak kecil, untuk datang dan ikut makan malam yang biasanya hanya dihadiri oleh keluarga inti mereka saja.
"Lancar om." jawab Abi singkat. Suasana hatinya belum juga membaik. Apalagi saat menjemput Alice tadi, si pacar masih saja bersikap cuek dan bodo amat dengan wajah masamnya.
"Bagus. Udah tingga satu semester lagi lulus, yang serius ya Bi belajarnya. Biar bisa cepet bantu kakek sama om di kantor." Abi tidak menjawab pun walau hanya dengan deheman singkat. Ia masih menatap isi piringnya yang belum berkurang banyak.
"Bara sama Teressa juga nanti selesai kuliah pasti akan bantu-bantu di kantor juga kok, ngga Abi aja. Kok kayaknya dibebanin banget sama Abi. Setres nanti anaknya kalo digituin." Arisa, anak bungsu alias adik dari alm. ayah Abi dan juga ayah Bara menimpali.
"Iya kan aku cuma bilang, Sa. Kalo Bara sama Tere mah udah jadi makanan harian aku nasehatin." Tere memperingati kakaknya dengan delikan. Sudah tau Abi belum lama kembali kerumah, ini lagi mau dibuat tertekan kan tidak lucu.
"Tante denger-denger kayaknya Alice nih yang banyak bantu Abi. Iya?" Alice tersenyum sungkan sambil melirik Abi sekilas. Niat Embun, ibu Bara, sepertinya ingin mencairkan suasana. Tapi malah dia yang kena.
"Bener banget Mah, Abi nurut banget sama Alice. Kalo udah dipelototin sama Alice, udah deh, Abi ngga bakal berani ngapa-ngapain." ucapan Bara langsung mendapat delikan kesal dari Abi. Sementara mayoritas penduduk meja makan malah terkekeh geli, terkecuali Alice yang masih tersenyum sungkan. Bisa-bisanya Bara mengatakan hal seperti itu di depan kakek Abi.
"Iya gitu? Bagus kalo bener. Omelin aja Abi nya kalo bandel ya Al?" kata Embun lagi terlihat kesenangan.
"Udah Tan, nanti Alicenya ngga nyaman kalo ngomongin itu terus." tegur Abi .
"Dih, sok cool dia mah. Padahal biasanya dia yang suka gangguin Alice. Suka nempel terus kayak perangko---awww." tutur Bara lagi yang langsung mendapat teguran berupa cubitan kecil dari Jennie.
"Sakit yang." Jennie semakin mendelik. Bedanya kini pipinya bersemu karena panggilan Bara untuknya. Masalahnya kini mereka sedang berada di meja makan dan kedua orang tua juga kakek Bara ada disana. Tapi beruntung, perhatian mereka masih tertuju pada Alice dan Abi.
"Tapi kok hari ini ngga? Abi keliatan diem aja tuh daritadi."
"Sudah sudah. Makan dulu, ngobrolnya nanti, masih banyak waktu. Ngga sopan sama makanan." tegur Chandra, yang sejak tadi hanya menyimak dan lebih dulu peka kalau cucunya tidak ingin menjawab cercaan om dan juga tantenya.
