13. Mimpi Liar (Intermezo)

270 46 0
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

Don't forget to VoMentHappy Reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abian! Jangan gila ah. Lo ngga bisa banget hidup tenang ngga bikin masalah gitu?"

"Udah gausah bawel! Gue bosen di kelas. Pak Broto bikin ngantuk, anjing." 

"Tapi gausah bawa bawa gue begoooo. Abian tolol. Gue ngga mau point gue dipotong lagi."

"Dimana-mana kalo dipotong yang seneng lah bego. Kan artinya kita dapet potongan harga, diskon Marlo, diskon. Gitu aja ngga ngerti." Sean terkekeh karena mendengar dua sabahat yang sedang mengendap di depannya sibuk berdebat.

"Ya kalo diskon belanja gapapa anying. Ini ibaratnya diskon buat ngga lulus. Siapa juga yang mau?!" Marlo mengusak rambutnya sebal. Dia berasa dihipnotis sampai mau-maunya ikut bolos di jam pelajaran guru yang terkenal killer.

"Gausah berenti mendadak monyet! Pantat keras lo bisa bikin pala gue benjol nih." Sean menggerutu sambil memberikan satu tepukan keras di pantat Marlo.

"HEH! NGAPAIN KALIAN DISANA!" 

"Berisik goblok!! Jadi ketauan kan!" Abi berdecak sebal saat guru BK yang sedang patroli memergoki mereka yang berniat untuk bolos. Ketiganyapun terpojok dan tidak bisa kabur kemana-mana lagi dan pasrah saat dibawa untuk diadili.

Di dalam ruang kepala sekolah, ketiga pemuda itu berdiri berjajar dengan kedua tangan yang dilipat kebelakang, menatap ke arah meja Pak Hendry, kepala sekolah Bakti Mulya.

"Ck ck ck, kalian lagi kalian lagi. Sudah kelas tiga kok ya masih buandel." pak Hendry menggelengkan kepalanya malas. Marlo, di tempatnya berdiri menjadi satu-satunya yang berdiri ketakutan. Sedangkan Abi dan Sean terlihat lebih santai.

"Mau dikasih hukuman apa kalian kali ini? Bersihin toilet, ngga pernah dikerjain. Malah bayar orang untuk ngerjain. Nulis 25 lembar HVS, juga malah nyuruh adik kelas buat ngerjain. Lari keliling lapangan malah bikin rusuh. Pake buka-buka baju kayak orang utan." Abi dan Sean sempat tersenyum kecil saat kenakalan mereka kembali dibeberkan.

"Saya cuma punya satu pilihan hukuman lagi. Perbuatan kalian kali ini memang bukan yang terparah, tapi saya sudah tidak ada pilihan lain. Besok, suruh orang tua kalian untuk datang menghadap saya---" Pak Hendry mengangkat tangannya saat melihat ketiga anak muridnya hendak memprotes.

"---gaada protes."

"Tapi pak, orang tua saya lagi ngga di Jakarta." kata Sean beralasan.

"Iya pak, orang tua saya juga lagi nemenin nenek saya berobat di Singapur." sekarang Marlo yang merengek.

Alice in A TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang