7. Insiden

330 52 1
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

Don't forget to VoMentHappy Reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai Al."

"Pagi Al."

"Pagi Alice cantik."

"Pagi Alicenya Abi."

"Pagi sa---"

"STOP! Bisa ngga sih lo dengerin omongan gue?! Gue udah bilang ngga usah jemput gue lagi!"

Abi cemberut sedih. Sudah 2 minggu mereka pacaran, tapi Alice belum juga luluh. Setiap hari Abi tetap menjemput Alice ke sekolah walaupun terus di tolak. Setiap hari Abi menghampiri Alice ke kelasnya saat jam istirahat. Setiap hari juga Abi akan mencegat Alice di pintu keluar agar mereka bisa pulang bersama. Tapi tetap, penolakan dari Alice yang selalu Abi dapat.

"Jangan marah-marah terus dong Al. Masih pagi loh." Alice mendengus kesal. Membuang wajahnya karena engga melihat wajah Abi yang sok imut itu.

"Gue ngga akan marah-marah kalo lo ngga bebal kalo dibilangin."

"Yaudah, marahnya lanjutin aja di jalan. Nanti kita telat. Mama mana? Aku pamit dulu."

"Gausah! Nyokap udah berangkat." 

"Yah, ngga setor muka dong aku. Yaudah deh, ayo." setiap pagi, Alice tidak memiliki cukup energi untuk kabur dari Abian. Jadi sejengkel apapun dirinya, ia tetap tidak berminat melawan kalau tangannya sudah digenggam dan diarahkan untuk masuk mobil. Seperti kata Abian tempo lalu, perbedaan ukuran tubuh mereka terlalu besar dan Alice tidak mau pingsan kelelahan cuma untuk melawan si monster Abian.

"Seatbelt-nya Al." melihat Alice masih terdiam ogah-ogahan untuk bergerak memasang seatbelt-nya, Abian kembali membuka miliknya untuk memasangkan milik Alice. Tapi belum sempat tangannya mencapat seatbelt sisi si pacar, Alice sudah berdecak dan bergerak lebih cepat untuk memasang miliknya sendiri dan membuat Abi mengulum senyum.

"Pinter." pujinya sambil mengelus rambut Alice. Yah walaupun lagi-lagi mendapat penolakan yang membuat tangannya ditepis kasar.

Perjalanan mereka ke sekolah pun berlanjut. Seperti biasa tidak ada pembicaraan dari sisi Alice dan ketika mobil Abian sudah terparkir rapih, Alice langsung keluar tanpa menunggu si pemuda. Sepanjang hari, Alice menghindari Abian. Sebelum kelas selesai, Alice sudah keluar dan memilih berdiam diri di UKS. Saat jam pelajaran dimulai, ia akan kembali dari UKS agak telat dan beralasan pada guru yang akan mengajar bahwa perutnya agak keram karna menstruasi. Jaga-jaga kalau Abian Abian itu akan menunggu Alice di depan kelasnya.

Sesaat setelah bel pulang sekolah berbunyi pun Alice langsung keluar meninggalkan kelas. Meninggalkan Rosie, Olin dan Shanika yang terlihat kebingungan dengan tingkah teman mereka seharian ini.

Alice in A TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang