1. Hobi

153 44 41
                                    

‼️ Jangan lupa vote dan follow, itu berharga bagi saya ‼️. Terimakasih 🙏

________________


Bendera biru yang lebar telah dikibarkan pertanda balapan akan dimulai. Di situ suara mesin  motor Umar dan lawannya sudah bunyi dengan keras.

"Satu,dua,ti..ga." Pembina balapan sambil mengangkat bendera biru di hitungan ketiga.

Umar menjalankan motornya dengan cepat, berusaha melebihi kecepatan Andi yang merupakan lawannya, mungkin hampir dengan kecepatan 100 ke atas.

Setelah kurang lebih 10 menit melaju di jalanan. Akhirnya Umar mencapai finish lebih dahulu daripada Andi, para penonton bersorak ria atas kemenangan Umar.

"Horeeee!!!" Sorak penonton dengan gembira.

"Selamat bro, Lo menang. Sesuai peraturan, yang kalah harus merelakan motornya. Gimana Andi?" ujar pemandu balapan sambil mendatangi Umar.

Andi harus merelakan motornya karena dia sudah kalah melawan Umar dalam balapan.

"Ini kunci motor gua," Ucap Andi sambil menyodorkan kunci motornya kepada Umar.

"Kagak butuh gua, orang tua lo, beliin lo motor itu mahal, belinya juga pakai duit bukan daun, kasihan kan!" tolak Umar sembari menepuk pundak Andi.

"Beneran Mar, lo nolak?" Andi meyakinkan perkataan Umar.

"Ya yakinlah bro,santai aja, oke guys gua cabut dulu," pamit Umar kepada teman-temannya sembari menaiki motor.

Umar pulang ke rumah dengan kecepatan rendah, agar ia dapat menikmati pemandangan malam yang indah.

Ketika sudah sampai di gerbang pesantren ia mematikan motornya dan menuntunnya masuk ke dalam dengan perlahan, agar tidak ada yang tahu kalau dia baru saja pulang.

"Semoga aja Abah sudah tidur nanti kalau ketahuan habis."  Umar sambil memarkirkan motornya di depan rumah dengan perlahan.

Ceklek!!

Dengan santai Umar membuka pintu dan masuk ke dalam di dalam rumah suasananya sepi dan gelap.

"Alhamdulillah, selamat dah Abah sudah tidur," gumam Umar dalam hati saat melihat kondisi rumah.

"Ehemm." Dari arah belakang Umar terdapat suara deheman yang tidak asing bagi Umar,  dan tiba-tiba lampunya menyala.

"Mampus, sepertinya Abah bangun," batin Umar sambil memutar badannya perlahan.

"Dari mana kamu mar?" Tanya
Hasyim.

"Anu Abah ..., anu." Umar bingung mencari alasan karena dia tahu jika Hasyim orangnya tidak mudah percaya, apalagi dengan perkataan. Karena sudah ribuan kali ia berbohong, ketika ketahuan balapan.

"Abah tahu dari penampilan kamu pasti kamu baru saja balapan," tebak Hasyim tepat pada sasaran.

"Iya bah," pasrah Umar.

"Umar Umar, apa kamu tidak bosan balapan terus," gumam Hasyim sembari geleng-geleng kepala.

"Tapi itu hobi Umar bah, apa salah, toh Umar balapan di tempat resmi bukan balapan liar," bantah Umar.

"Tetap salah yang namanya balapan tetap balapan mar, bagaimana jika orang-orang tahu? Kamu ini dari keluarga terhormat." Hasyim mulai naik darah melihat kelakuan Umar yang tidak berubah.

"Gitu aja marah-marah," umpat Umar.

"Sebagai orang tua, Abah wajar marah jika kamu balapan," sahut Hasyim.

SYAUQY || HIATUS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang