4. Darul Husna

77 36 8
                                    

Tok tok tok !!

Ketuk Umar pada pada pintu kamar yang terbuka.

"Assalamualaikum," salam Umar.

"Wa'alaikumsalam," jawab beberapa santri.

Salah satu santri di kamar itu berdiri menghampiri Umar yang berada di luar pintu.

"Kamu santri baru itu ya, kang?" tanya santri itu.

"Iya, kang," jawab Umar.

"Silahkan masuk, kang. Ayo nggak perlu sungkan," ajak santri itu.

"Terimakasih, kang,"

Umar masuk ke kamar itu dan disambut ramah santri-santri yang berada di kamar itu. Ketika Umar mulai duduk satu persatu dari mereka memperkenalkan diri.

"Oh ya kang, kenalin namaku Fahmi," ujar seorang santri yang mengajaknya masuk tadi. Dia termasuk santri senior di kamar itu. "Kalau kamu kang? Perkenalkan diri kamu secara lengkap agar lebih dekat. Kan ada pepatah tak kenal maka tak sayang," suruh Fahmi.

"Hmm, okelah. Kenalin namaku Muhammad Umarush Shofyan. Saya asli orang Surabaya. Dan saya dari 3 bersaudara"

"Kamu punya hobi?" Tanya Fahmi.

"Hobi balapan motor," jawab Umar.

"Masya Allah, hal yang langka seorang pembalap mondok," ucap salah satu santri yang terheran-heran. " Oh ya, kenalin namaku Firman."

"Kenalin namaku Amin," sahut Amin.

"Namaku Ar–" Belum sempat selesai berucap Amin menyela.

"Nama dia gembul," sela Amin dengan ejekan.

Seisi kamar tertawa, karena ejekan Amin. Arfan disebut gembul karena dia termasuk santri paling gemuk seantero pesantren. Tawa di kamar itu terhenti ketika Arfan memasukkan kertas ke mulut Amin yang tengah tertawa terbahak - bahak di sampingnya.

"Hueeekk." Amin mengeluarkan kertas itu dari mulutnya. "Dasar gembul,"

"Siapa suruh ngejek orang," cibir Arfan.

"Sudah - sudah, kalian ini nggak malu apa ada santri baru malah ribut sendiri. Maaf ya kang biasanya di kamar ini yang sering buat keributan mereka berdua," gumam Fahmi sambil melirik mereka berdua yang sedang bersenggol - senggolan dan saling menyalahkan.

"Nggak papa kok, kang namanya santri sudah biasa," respon Umar santai.

Umar sudah mulai akrab dengan para santri di kamar itu, karena santri di kamar itu sangat ramah dan humoris. Umar dan mereka saling berbagi cerita tentang pengalaman. Tanpa mereka sadari waktu sudah sore.

"Kang, sudah waktunya adzan. Siapa yang giliran adzan?" suruh Ahmad ( kepala pondok ) Yang tiba - tiba sudah berdiri di ambang pintu.

"Adzan lagi, santri lain ngapa?" protes Amin.

"Kalian ini lupa apa mendadak amnesia. Kalian itu anggota muadzin," omel Ahmad.

"Oh iya, tapi aku Dzuhur sudah adzan. Kang Firman aja."

"Lha kok saya !" sahut Firman.

"Sudah - sudah saya saja yang adzan." Umar mengajukan diri.

"Beneran, Mar?" ucap Fahmi meyakinkan.

"Iya beneran. Kalau begitu saya ke kamar mandi dulu," pamit Umar sambil beranjak dari tempat duduknya. "Monggo, kang," ucap Umar pada Ahmad.

Ahmad mengangguk membalas ucapan Umar.

☁️

Santriwati di kamar 8 lantai 1 sedang ngegosip santriwan baru yang datang tadi siang.

SYAUQY || HIATUS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang