8. Awal Permasalahan

45 26 6
                                    

Tok tok tok!!!

Suara ketukan pintu di ruangan kerja Frendi.

'"Silahkan masuk," suruh Frendi.

Seseorang yang mengetuk pintu itu pun masuk, seseorang itu tidak lain adalah Arsen.

"Duduk," suruh Frendi.

"Baik bos."

"Bagaimana data-data yang kamu peroleh?" Tanya Frendi.

"Dari informasi yang saya peroleh, dia bernama lengkap Zafaidha Salwa Alhafidzah. Dia merupakan alumni dari pondok pesantren Al-hafidz, dan sekarang dia mondok di pesantren Al-husna." Jelas Arsen sambil membaca dokumen yang ia bawa.

"Hanya itu?"

"Data yang valid hanyalah itu yang lain hanyalah rumor."

"Dan ini alamat rumahnya," Arsen menyodorkan secarik kertas yang berisi alamat rumah Salwa.

"Oke, data yang kamu peroleh sudah lumayan cukup. Terimakasih, kamu boleh kembali ke tempat kerjamu"

" Baik bos." Arsen keluar dari ruangan Frendi, dan kembali ke tempat kerjanya.

"Sal, aku tertarik dengan dirimu. Aku akan mendapatkan mu bagaimana pun caranya. Dirimu mungkin yang akan mengobati luka hatiku, dan melupakan Rahel," ucap Frendi sambil menatap foto Salwa di ponselnya.

✨✨✨

"Mbak, masuk yuk sudah lumayan panas," ajak Salwa pada Ilma setelah sekian lama muroja'ah di bawah pohon.

"Bener sih," gumam Ilma sembari menatap matahari di langit yang tampak silau. "Yuk kalau gitu masuk."

Akhirnya mereka berdua masuk ke asrama. Tiba-tiba dipertengahan jalan ada yang menarik tangan Salwa disaat Salwa berjalan dibelakang Ilma.

"Diam!" Bentak Fasya di telinga Salwa dengan pelan.

"Kamu Fasya, ada apa? lepasin tanganku." Pekik Salwa sambil mencoba melepaskan pegangan Fasya.

"Jawab dengan jujur, kamu suka Umar kan?" tanya Fasya dengan paksa.

"Apa sih, lepasin!" Pinta Salwa pada Fasya yang tidak dipedulikan oleh Fasya. Malahan Fasya memegang tangan Salwa dengan semakin erat. "Sakit Sya!" Rintih Salwa.

" Jika kamu nggak jujur aku nggak akan lepasin, sampai tangan kamu patah," ancam Fasya.

"Kalau aku suka Umar, apa urusan dengan kamu?" Titah Salwa.

"Dasar!" Fasya mengibaskan tangan Salwa, dan hampir menampar pipi Salwa. Tapi dari arah belakang ada yang menahan tangan Fasya.

"Apa apaan kamu Sya, punya adab nggak sih?" Bentak Ilma sembari mengibaskan tangan Fasya yang sempat ia tahan.

"Ilma, aku tidak punya urusan dengan mu. Urusan ku hanya dengan wanita pelakor ini." Ucap Fasya sambil menunjuk Salwa yang menahan isak tangis.

"Jaga mulut kamu, istighfar Sya ..., ingat kamu ini seorang hafidzah. Kamu ngatain Salwa seperti itu dimana akhlak kamu?" Tutur Ilma dengan geram. Ia tidak habis pikir dengan apa yang Fasya lontarkan.

"Sudah mbak biarin aja," ucap Salwa yang mencoba menghentikan Ilma.

"Biarin gimana Sal, orang kayak gini nggak bisa dibiarin, kebiasaan!"

SYAUQY || HIATUS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang