‹ I ›

169 14 0
                                    

Haechan mengayuh dengan cepat sepeda merah kesayangannya. Peluh sudah mulai terlihat mengalir dari pelipisnya juga bahkan mengalir dari balik kaos bergambar batman yang ia gunakan. Begitulah Haechan jika jiwa kompetitif nya sedang mendominasi tidak ingin kalah dari sang lawan.

Ia tersenyum miring saat melihat garis putih di aspal itu sudah mulai terlihat bahkan semakin dekat "YANG KALAH HARUS BELIIN YANG MENANG ES KRIM MINIONS LIMITED EDITION..." teriaknya sambil menggerakkan kepalanya ke arah lawan alias teman sekelasnya yang berada di belakangnya. "...CUMA NGINGETIN AJA SIH" sambungnya berteriak.

Namun saat kepalanya ia hadapkan kedepan seperti semula tiba-tiba saja sepedanya hilang kendali. Kejadiannya bagai slow-motion di mata Haechan, bagaimana ia sangat panik saat melihat aspal yang seperti mendekat ke arahnya.

BRRUKKK!

Jadilah ia sekarang terduduk di aspal sambil menatap luka di dengkul dan betis nya yang lumayan juga menurut Haechan, memang apa yang Haechan bisa harapkan dari terjatuh bersama sepeda dengan gaya yang tidak aesthetic.

"YHAHAHAHAHAH" gelak tawa seseorang terdengar dari garis finish. Siapa lagi kalau bukan Jaemin dengan sepeda orange noraknya itu.

"makanya jangan tengil," ucap Jaemin sambil berjalan menuju Haechan yang sudah terduduk dengan luka di kaki dan tangan kanan nya.

"Ayo balik," ajak Jaemin sambil berusaha membantu Haechan berdiri tak lupa mendirikan sepeda merah Haechan yang juga tergeletak tak berdaya.

➸➷➶➸➷➸➷➶➸➷

"BUNDA RITAA HAECHAN JATOH LAGI NIH BUNN!" teriak Jaemin masih dengan posisi memapah Haechan berjalan memasuki pekarangan rumahnya. Haechan memutar bola matanya malas. Kebiasaan, dasar bocah gendeng.

"jangan lupa..." ucap jaemin saat sudah mendudukkan haechan di sofa ruang tamu rumahnya. "...es krim monions limited edition" lanjutnya sambil berbisik lalu mengedipkan sebelah matanya sebelum akhirnya berlari keluar rumah.

Disinilah ia sekarang. Berbaring dikasur kesayangannya dengan luka di kaki dan tangannya yang sudah di tutup oleh perban.

Tadi tepat setelah Jaemin berlari keluar rumah, mami nya datang menghampiri dengan tas khusus P3K ditangannya. Bunda nya mengobati Haechan diiringi dengan ocehan ocehan yang bahkan sama setiap kali Haechan terjatuh.

Sebersit ide untuk sekedar jalan-jalan sore di sekitar komplek terlintas di otaknya, tapi mengingat saat tadi ia menaiki tangga menuju kamar saja harus membutuhkan tenaga ekstra karena rasa sakit di kaki nya akibat luka sungguh luar biasa ia akhirnya mengusir jauh jauh ide gila itu.

Ia melangkahkan kakinya yang sedikit pincang itu menuju jendela. Niat awal hanya ingin meratapi nasib yang harus melaksanakan kekalahan dengan membelikan jaemin es krim minions limited edition yang harganya setengah dari uang jajannya selama 3 hari. namun takdir berkata lain, ia melihat rumah tetangga seberang yang sudah kosong selama kurang lebih setahun itu lampunya kembali menyala, juga terlihat seorang anak laki-laki yang sepertinya sedang mengangkut beberapa kardus ke dalam kamarnya.

Haechan membuka jendela kamarnya, ia mulai memperhatikan pergerakan anak laki-laki yang sedang mengeluarkan beberapa barangnya dari kardus yang tadi ia bawa. Saat anak laki-laki itu sedang menata barangnya di atas meja yang kebetulan posisinya tepat di hadapan jendel, Haechan dengan sengaja melambaikan tangannya dengan semangat sambil tersenyum dengan riang.

"Haaiii, halooo!" ucap Haechan dari jendela kamarnya.

Haechan melihat anak laki-laki tersebut melihat kearahnya dengan tatapan bingung, terlihat dengan ragu anak laki-laki itu ikut melambaikan tangannya dengan pelan dari balik jendela kaca.

"Baru pindah ya?" tanya Haechan lagi dengan mata yang berbinar semangat penuh minat menatap jendela diseberangnya.

Anak laki-laki itu tetap disana, diam menatap Haechan yang bertanya pertanyaan bodoh. Apa dia ga liat sekarang gue lagi ngapain?

Melihat sang lawan bicara di seberang sana hanya diam menatapnya, Haechan merasa mungkin pertanyaannya kurang menarik atau mungkin malah ia sendiri yang tidak menarik.

"Kamu keturunan bule? wahh keren banget, kenapa pindah?" tanya Haechan.

Anak laki-laki di seberang sana tetap saja hanya diam dan menatapnya setiap kali Haechan melontarkan pertanyaan. Namun, pada detik berikutnya anak laki-laki tersebut terlihat mencoba membuka jendela. Saat anak laki-laki itu berhasil membuka jendela tiba-tiba angin datang entah dari mana asalnya, membuat beberapa helai rambutnya ikut bergerak mengikuti alur angin. Bagai di film-film, gerakan tersebut terlihat slow motion dimata Haechan. Wow..

"Sorry, kenapa?" tanya anak laki-laki itu dari jendela seberang yang hanya berjarak 2 meter dari jendela kamar Haechan.

"Tadi aku nanya, kamu baru pindah ya? terus kamu pasti keturunan bule kan? sama kenapa kamu pindah kesini, karena kata bunda setiap perilaku atau perbuatan seseorang pasti mereka punya alasan kenapa ngelakuin itu" ujar Haechan dengan panjang lebar.

"Kenapa lo kepo banget? ini bukan urusan lo" jawab Mark dengan wajah datar.

Memang awalnya Haechan sangat menginginkan agar anak laki-laki itu menjawab pertanyaannya, namun jawaban yang keluar dari mulut anak laki-laki bule tersebut sedikit menyentil hatinya. Ingat, hanya sedikit.

Senyum Haechan sedikit memudar. "Maaf kalo aku banyak tanya..." tapi tidak berlangsung lama karena ia segera tersenyum manis lagi takut-takut jika pertanyaan yang ia lontarkan selanjutnya tidak terjawab dengan seharusnya.

"...Hm gimana kalo kita kenalan dulu, aku Haechan, umur aku 12 tahun dan aku baru naik kelas 6" ujar Haechan.

Anak laki-laki itu menatap Haechan dengan tatapan sedikit risih, namun ia mencoba untuk tetap berada di posisi walau sebenarnya ia sangat ingin pergi dari hadapan sang bocah berambut hitam legam yang selalu tersenyum manis menatapnya.

"Mark, umur 13 tahun dan kelas 7" jawab Mark dengan malas.

Yap harusnya sebelum bertanya lebih lanjut Haechan memang harus berkenalan dulu, ia sedikit merutuki dirinya karena melupakan hal basic tersebut.

"Hmm kelas 7 itu berarti 1 SMP ya, kak Mark?" tanya Haechan penasaran.

Mark mengangguk. "Masa gitu doang lo gak tau sih?" ucap Mark.

Haechan menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil tertawa canggung.

"Udah dulu ya" lanjut Mark sambil kembali menyusun barang-barangnya di meja yang sebelumnya tertunda karena harus menjawab beberapa pertanyaan dari anak laki-laki gembil di jendela seberang kamarnya.

Haechan tersenyum manis lalu mengangguk.

Masih ditempat semulanya, Haechan masih memperhatikan pergerakan Mark di seberang sana yang terlihat bulak balik memnyusun berbagai barang. Saat Haechan rasa Mark sudah selesai dan duduk di depan meja yang posisinya di depan jendela dengan laptop dihadapannya Haechan menberanikan diri untuk memulai obrolan lagi.

"Kak, besok mau main bareng? kakak suka main apa?" tanya Haechan.

"Gue gak suka main, apalagi kalo mainnya sama lo, berisik"


➸➷➶➸➷➸➷➶➸➷

Next To You | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang