BUUGH
"MONYEET LO, JENO!" teriaknya sambil memegangi hidungnya yang tadi sempat terkena benturan keras bola basket yang Jeno pantulkan.
Tunggu, kenapa ia merasa hidungnya mencium bau anyir darah, jangan-jangan...
Dilihatnya buru buru tangan yang semula memegangi hidungnya. Bercak merah terlihat disana.
"Eh chan, sumpah mimisan anjing" ucap Jeno saat ia melihat telapak tangan Haechan yang sudah terlihat bercak merah.
"Sumpah chan demi tuhan gue gak sengaja"
"Gue niatnya mau lempar bola nya ke mangga itu chan" Oceh Jeno dengan matanya yang menyiratkan ketakutan dan kekhawatiran.
Haechan tak merespon, ia hanya mengelap telapak tangannya dengan kaos hitam yang ia gunakan untuk dalaman baju seragamnya yang sudah ia tanggalkan sejak awal.
"Ada yang sakit gak? bilang ke gue" ucap Jeno dengan khawatir, bahkan ia sudah melupakan bola basket yang tadi ia mainkan entah menggelinding kemana.
"Bacot lo ah, gak sakit, biasa aja" ucapnya sambil berjalan menuju westafel yang berada di pinggir lapangan.
Jeno menyusul dibelakang. "Seriusan lo?"
Haechan mengangguk sambil tangannya membasuh hidungnya yang masih sedikit mengeluarkan darah segar.
Jeno menyerahkan seragam kemejanya dengan suka rela untuk dijadikan elap Haechan sehabis membasuh hidung dan tangannya.
"Lo engga lemes kan? engga mau pingsan kan?"
Haechan menoyor kepala Jeno dengan kesal.
"Kalo lo bawel begini mending gue pingsan aja deh, nyet" ucap Haechan dengan kesal.
Jeno cengengesan. Lalu berjalan menuntun Haechan layaknya kakek tua yang butuh untuk di tuntun. Padahal Haechan hanya mimisan kenapa ia sampai segitunya, Haechan juga tidak mengerti.
Berjalan menuju tas dan seragamnya yang sempat ia telantarkan di pinggir lapangan sebelum bermain basket bersama Jeno.
"Balik yok, pasti abang lo kangen gue"
Jeno mengikuti langkahnya dari belakang sambil menyampirkan tas hitamnya di kedua pundak. lalu memutar bola matanya. "Dilemparin batu lo yang ada kalo nampakin diri pas hidung lo lagi merah gitu, nanti gue lagi aja yang kenapa omel, anjing bener" oceh Jeno sembari berjalan menuju keluar gerbang sekolah.
Haechan terkekeh.
Keduanya berjalan menuju halte bus yang terdapat didekat area sekolah mereka. menunggu bus yang mengarah rumah mereka sambil berbincang bincang tentang berbagai hal yang tertangkap di depan mata mereka.
➸➷➶➸➷➶➸➷➶"COBA SEHARI SAJAAAA SATU HARI SAJAAA KAU JADI DIR-"
"HEH BERISIK, BOCAH, GAK LIAT INI UDAH MALEM HAH?! PUNYA OTAK GAK SIH LO" omelan itu berasal dari luar jendela kamarnya, tepatnya jendela seberang alias jendela kamar Mark.
Ah sial, Memang beliau ini benar-benar singa.
Haechan cengengesan. "Hehehe, maaf ganteng" ucapnya sambil memunculkan sedikit kepalanya, benar-benar sedikit sampai hidung merahnya tidak terlihat.
Dilihatnya Mark yang sudah menatap ke arahnya dengan tatapan kesal yang disebabkan oleh suara merdunya ini yang telah mengganggu aktivitasnya.
Haechan dengan segera menutup jendela kamarnya agar suara merdunya sedikit teredam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next To You | Markhyuck
Fanfiction; 𝐍𝐞𝐱𝐭 𝐓𝐨 𝐘𝐨𝐮 one day when the sky is falling i will be standing right next to you. ーwritten by ©dwalgona. 2022