DELAPAN.

2.4K 192 17
                                    


Maaf banyak typo

***

Ajeng yang baru saja bisa tidur, di bangunkan dengan agak paksa oleh Bi Nani---- Bi Nani yang wajahnya terlihat sangat tegang dan ketakutan saat ini. Membuat Ajeng yang masih lemas dan ngantuk seketika merasa segar sekaligus panic dengan raut wajah yang di tampilkan Bi Nani saat ini.
Terus, ini masih sangat pagi. Kenapa Bi Nani datang kemari bahkan di jam yang masih menunjukkan pukul 6 pagi.

"Bibi...''

"Maafkan, Bibi. Kamu sudah agak kuat kan? Ah, tanpa bibi tanya, kamu masih butuh istrahat. Tapi,..."

"Tapi, apa bibi?"tanya Ajeng semakin panic.

"Kamu harus pulang. Di rumah sedang terjadi kekacauan dan masalah yang sangat besar."ucap Bi Nani yang tidak di mengerti atau bisa di tebak oleh Ajeng sedikitpun.

Bi Nani? Saat ini sedang membereskan beberapa barang Ajeng dan yang utama sedang memasukan kotak yang berisi janin malang Ajeng ke dalam ransel kecil milik Bi Nani.

"Bibi...."

"Nyonya Vanya, kecelakaan. Bibi yang menemukan pertama kali, Ajeng. Nyonya Vanya tergelatak di depan tangga dengan tubuh berlumuran darah. Semua orang sedang ada di rumah sakit. Kita, harus pulang. Banyak pekerjaan yang harus kita lakukan. Biar bibi yang akan melakan semuanya. Cukup, ada wajah kamu di sana. Biar nyonya Sarah tidak marah dan cerewet. Mood wanita dzolim itu pasti buruk, anaknya yang harus menikah besok, malah mengalami kecelakaan.."ucap Bi Nani dengan tatapan yang tidak bisa Ajeng artikan dan baca sedikitpun.
Ajeng yang ingin membuka suara, tapi keduluan oleh suara ramah dari suster yang datang menyapa Ajeng dan Bi Nani.

Suster yang akan menolong, melepaskan jarum infus yang tertancap di punggung tangan Ajeng.

Ajeng yang jantungnya rasanya ingin meledak di dalam sana. Merasa sangat kasian pada Nyonya Vanya.

****

"Mama, Vanya hamil, Ma. "

"Usia kandungan Vanya jalan 5 bulan,"

"Anak yang di kandung Vanya, bukan anak Adnan. Tapi, anak Mario,"

"Yang lebih sialannya, Vanya hamil anak laki-laki. Vanya takut bayi haram itu mirip, Mario. Menggugurkan adalah jalan satu-satunya yang Vanya pilih,"

"Mama, aku tidak mau rahasiaku ini di ketahui Adnan dan keluarganya. Makanya menggugurkan adalah jalan terbaik. Aku, nggak mau Adnan sampai kembali dengan mantan kekasihnya, Ma. Pikirkan cara di saat aku sakit, jangan sampai Adnan kembali pada mantan kekasihnya, kubur cepat janinku, jangan kasih lihat Adnan, Ma. Nanti Adnan bisa menghitung sendiri, janin haram itu pasti sudah besar, nanti Adnan bisa tahu kalau itu bukan anaknya. Aku sayang, Mama. Aku cinta mati sama, Adnan..."

Sudah sekitar 6 kali, Sarah mendengarkan voice note yang anaknya Vanya kirim. Jelas, Srah mendengarkan kata-kata keramat tersebut menggunakan headset. Tidak. Jangan sampai ada yang tahu tentang rahasia anaknya yang bahkan baru ia ketahui hari ini.
Langkah pertama, Sarah harus menemukan ponsel anaknya yang sedang kritis dan sedang di tangani dokter di dalam sana.
Dokter yang dari gelagatnya, bisa Sarah tebak, kalau dokter Fadil sudah bekerja sama dengan Vanya. Bahkan Sarah kaget, melihat ambulan yang datang lebih dulu bahkan sebelum Sarah menelpon ambulan agar datang ke rumahnya.

"Maafkan, Mama. Bukannya mama tidak khawatir padamu, Vanya. Mama khawatir, dan mama yakin, kamu pasti bisa sembuh dan bisa melewati semuanya. Mama akan memprioritaskan apa yang kamu inginkan. Jadi, mama harus pulang ke rumah sebentar. Ada papa dan para kakak-kakamu bahkan Adnan dan keluarganya yang menunggu keadaanmu di depan ruanganmu..."

"Sekali lagi, mama pamit pulang, sayang. Ponsel kamu jangan sampai di pegang Adnan. Mama harus menghapus semua chat dan voice note yang kamu kirim ke mama, dan mama juga.... Mama juga akan menulis surat wasiat palsu agar Adnan jangan sampai kembali pada mantan kekasihnya seperti yang hati kamu takutkan...."

Menikah Dengan Kekasih Majikanku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang