LIMA

3.1K 224 14
                                    

Maaf banyak typo

*

5
Ucapan Bi Nani memang terdengar sangat mudah  untuk di lakukan, tapi di saat Ajeng akan melakukannya,  hati kecil Ajeng berteriak ejek pada diri Ajeng.
Diri Ajeng apabila melakukan apa yang Bi Nani suruh dan lakukan. Ajeng akan terlihat sangat pamrih dalam menolong orang, dan apa motif ia memberitahu Tuan Adnan kalau beberapa bulan yang lalu, ia lah yang sudah menolong Tuan Adnan?

Nyonya Vanya hanya menggantikan posisi Ajeng yang harus pulang ke rumah karena harus bekerja, tidak bisa menjaga sampai pagi apalagi sampai laki-laki itu bangun dari tidur dan bahkan pingsannya. Nyonya Vanya juga lah yang mampu membayar administrasi rumah sakit, membuat Ajeng di tengah malam, pulang ke rumah dan meminta nyonya Vanya untuk ke rumah sakit. Walau harus mendapat umpatan, karena Ajeng membuatnya repot, dan Ajeng karena sudah Vanya bantu untuk pergi ke rumah sakit, membayar uang administrasi, bahkan Ajeng harus melakukan apapun yang Nyonya Vanya mau 3 bulan yang lalu.

Beberapa bulan yang lalu atau lebih tepatnya 3 bulan yang lalu. Enta apa yang ada dalam pikiran Nyonya Vanya. Di jam yang sudah pukul 11 malam, Nyonya Vanya menitah Ajeng agar Ajeng pergi ke alf*ma*t untuk membeli snack perempuan itu, padahal Ajeng melihat banyak snack di dalam kulksa dan bahkan di lemari penyimpanan makanan, dan Ajeng yang tidak bodoh, 3 bulan yang lalu, tahu kenapa nyonya Vanya memerintahkan ia di jam yang sudah larut.

Perempuan itu ingin balas dendam, karena Ajeng sudah salah menyertika bajunya, Ajeng yang tidak mau kehilangan pekerjaan dan baru bekerja 5 hari di rumah Nyonya Vanya. Menurut lah untuk ke alfamart.

Tapi, yang tidak Ajeng duga. Di saat perjalanan pulang dari Alfa. Ajeng melihat ada 3 orang preman yang mengeluarkan dengan paksa seorang laki-laki tinggi tegap dari sebuah mobil yang sangat keren dan mengkilap.

Semenit, dua menit, dan sampai 5 menit berlalu, Ajeng hanya menonton dalam diam, tapi melihat pria yang tidak lain adalah Tuan Adnan mulai pukul setelah 3 orang preman itu menjarah semua isi mobil keren itu, Ajeng mulai keluar dari persembunyiannya. Berteriak marah pada preman, tapi teriakan ketiga yang akan Ajeng lakukan terhenti telak di saat mobil keren itu, tiba-tiba melaju  dengan kencang padahal laki-laki yang di pukul atau Tuan Adnan masih  tergeletak di atas aspal.

Dan usut punya usut ternyata ada kekasih Tuan Adnan  ada dalam mobil. Yang Ajeng dengar sudah Tuan Adnan campakkan, karena tega meninggalkan Tuan Adnan yang keadaannya sangat darurat  3 bulan yang lalu.

3 preman itu berhenti memukul Tuan Adnan, berubah menjadi mengejar Ajeng. Tapi, baru sekitar 100 meter Ajeng berlari. untung saja, ada para bapak-bapak yang jalan ronda, sekitar 3 orang, membuat para preman itu kabur, lalu dengan jantung yang rasanya ingin meledak. Ajeng kembali di tempat kejadian.

Ajeng dengan susah payah, meminggirkan tubuh Tuan Adnan yang berada di tengah jalan. Ajeng sandarkan laki-laki yang ternyata sedang mabuk itu pada pohon di tengah jalan. Ajeng hampir berjalan kembali menuju alfamart untuk panggil taksi yang kebetulan ada dua taksi yang parker di depan alamart.

Tapi, belum sempat Ajeng melangkah. Tiba-tiba, tangan Ajeng di tahan, lalu di Tarik sehingga Ajeng jatuh terduduk di atas rumput. Seperti kata Bi Nani, Ajeng sempat di sentuh sedikit oleh Tuan Adnan.

Ajeng yang polos, tiba-tiba di cium kasar oleh seseorang. Tak hanya itu, orang yang tidak lain adalah Tuan Adnan dengan mudah memasukan tangannya ke dalam milik Ajeng yang memakai rok di bawah lutut.

Hampir, Ajeng ternodai di situ, tapi untung saja, Ajeng dengan gesit, mampu menghindar, tapi…

“Nyatanya, Tuan sombong itu tetap berhasil meninggalkan jejak kebresengkannya pada tubuhku….”ucap Ajeng dengan nada kesal dan marahnya, tatapannya menatap nanar pada tulang selangkanya yang memampangkan luka bekas gigitan di sana. Bekas luka yang sudah memutih sebesar jari kuku jari kelingking atau sebesar gigi atas Tuan Adnan.

“Tidak, aku tidak akan melakukan apa yang Bi Nani suruh. Aku membantunya dengan tulus dan ikhlas. Kalau aku mengaku, mungkin orang kaya itu juga tidak akan percaya, terus… tidak, aku tidak mau merusak kebahagiaan orang, walau Nyonya Vanya dan ibunya sudah banyak berlaku dzolim padaku selama 3  bulan ini… aku…”

“Haish, segera ikat rambutmu, Ajeng. Lalu pergi kirim uang untuk nenek di alfa…”ucap Ajeng geram. Pada dirinya yang lelet, mumpung Nyonya Sarah belum pulang, ia harus segera bergerak ke alfa.
Sedangkan di dalam kamar yang lain yang sangat besar dan mewah, Adnan yang duduk bersandar  di atas ranjag, raut wajahnya terlihat sangat kecewa. Adnan baru saja melakukan panggilan video call dengan calon istrinya.

Tapi, panggilan itu sudah terputus. Vanya sedang bertemu dengan teman-temannya, tidak bisa di ganggu dulu.

Padahal, Adnan merasa sangat rindu tapi mau tidak mau, Adnan harus menurut.

Vanya akan pulang nanti magrib, dan mau tidak mau, dari pada ia duduk  bengong di dalam kamar Vanya. Adnan akan kembali ke kantor. Kembali bekerja.
Adnan yang duduk di atas ranjang, segera turun dari atas ranjang, bersiap untuk ke kamar mandi, tapi belum sempat kaki Adnan melangkah, tatapan Adnan terpaku pada jepit kecil rambut yang ada di lantai.

“Milik pembantu tadi,”gumam Adnan pelan, sembari sedikit membungkuk untuk ambil jepit kecil itu.

Aneh, Adnan harusnya membuang jepit kecil itu, tapi Adnan malah memasukan jepit kecil itu ke dalam saku celananya.

****   

Percayalah, langkah riang dan semangat Ajeng, harus terhenti telak di saat, di depan Ajeng… Ajeng… Ajeng melihat ada banyak lembaran uang berwarna merah yang berserakkan di atas jalan, masih di depan rumah Nyonya Vanya.

Dengan jantung yang rasanya ingin meledak, Ajeng menoleh kiri kakan, depan belakang tetap tidak ada orang.

“Uang siapa yang jatuh?”ucap Ajeng susah payah.

Pasalnya, tak pernah Ajeng melihat uang sebanyak ini yang berserakkan di jalan.
Tapi, tunggu dulu.

Di kampong, ia atau orang lain yang lewat di jalan, sering sekali di kerjai oleh anak kecil dengan uang mainan.

Jadi, apa uang yang ada di depannya adalah uang mainan?
Untuk memastikannya, Ajeng dengan sedikit gemetar, menunduk untuk memungut uang-uang itu, dan tubuh Ajeng menegang kaku di saat sudah Ajeng lihat uang itu, uang itu ternyata uang asli.

“Uang milik siapa ini?”bisik Ajeng cemas.

Sedangkan di dalam mobil yang berwarna biru, seorang laki-laki tinggi tegap yang tidak lain adalah Adnan…..

“Dasar tolol, langsung pungut saja uang itu, uang itu untukmu sebagai permintaan maafku karena sudah mempermainkanmu pembantu tolol…. “umpat Adnan benar-benar penuh amarah.

Kenapa harus selugu itu apabila menemukan uang di jalan? Kenapa tidak langsung set set set, ambil lalu masukan ke dalam kantong celananya.

“Bos, maaf, Bos. Jangan terlalu menatapnya dengan tatapan benci dan kesal. Bahaya, bos….”ucapan Randy, supir sekaligus teman semasa SMA Adnan terhenti telak di saat dengan tatapan tajam dan horror, Adnan sudah menatap kearahnya saat ini.

“Bahaya?”sinis Adnan tertahan.

“Ya, bahkan sangat bahaya. Sebulan belakangan ini, aku lihat, bos selalu memperhatikan pembantu itu,  Benci dan tidak suka, bisa berubah menjadi cinta dan suka…”

“Aku tidak setolol itu, Randy. Seorang pangeran sepertiku suka pada kutu busuk di depan? Hanya ada dalam khayalan tololmu. Aku akan  impoten  seumur hidupku kalau aku sampai suka pada kutus busuk yang pura-pura lugu di depan kita saat ini di depan sana….”

Tbc

Lanjut dan ada yg kepo?

Satu kata untuk adnan apa?

Suka Adnan di buat impoten sebagai kermanya? Wkwkwk

Menikah Dengan Kekasih Majikanku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang