TIGA

3.3K 280 20
                                    

Maaf banyak typo

***

Gila. Jantung Ajeng rasanya ingin meledak di dalam sana, bahkan kedua lututnya gemetar hebat juga di bawah sana. Bukannya Ajeng lebay. Sebelum ada insiden Tuan Adnan yang sembarangan kencing dan di lihat oleh Ajeng. Ajeng sudah lebih dulu takut dan sangat segan pada Tuan Adnan. Pasalnya,  Tuan Adnan selain pada Nyonya Vanya, laki-laki itu terlihat seakan membenci seluruh wanita yang ada di muka bumi ini, pasalnya  tatapannya, terlihat sangat tajam dan dingin. Membuat Ajeng antara takut dan menganggumi Tuan Adnan. Pasalnya, di lihat jelas oleh Ajeng, Tuan Adnan sangat sayang, setia dan menjaga dirinya dari perempuan manapun untuk Nyonya Vanya. Wajar bukan, Ajeng merasa takut.

Apalagi setelah insiden mengerikkan dan memalukan itu, membuat Ajeng ya, semakin takut pada Tuan Adnan. Selama sebulan panjang yang sudah berlalu, apabila ada Tuan Adnan yang datang bahkan menginap di rumah ini, sebisa mungkin Ajeng tidak mau bertemu atau berpapasan dengan Tuan Adnan.

Dan apa ini? Bi Nani menyuruh ia membawa kopi untuk Tuan Adnan. Dan sudah sekitar 5 menit Ajeng hanya berdiri di depan pintu, membuat kopi yang ada di nampan yang ia pegang, pasti sudah sedikit dingin.

Tapi, tidak. Apabila ia tidak segera membawa kopi ini pada Tuan Adnan. Pasti, Bi Nani lah yang akan di marahi Tuan Adnan dan juga nyonya Sarah nanti. Sehingga dengan tangan yang sedikit gemetar,

Tok tok tok

Ajeng mengetuk pintu nyonya Vanya.

Yap. Tuan Adnan ada di kamar Nyonya Vanya. Sumpah, setelah tinggal di kota hampir setengah tahun. Ajeng merasa takjub melihat pacar menginap di rumah pacar, bahkan pacar diijinkan masuk ke dalam kamar Nyonya Vanya. Coba di kampong, pasti sudah habis dan di datangi oleh para warga dan ketua rt. Akan di nikahkan secera paksa juga apabila kedapatan hanya berduaan di rumah kosong apalagi dalam kamar.

Eh, kembali pada topic awal. Tiga kali, Ajeng mengetuk pintu. Tidak ada jawaban atau sahutan. Ingin langsung masuk ke dalam setelah mengetuk pintu, sangat tidak sopan.

Dengan tangan yang masih gemetar, tok tok tok, Ajeng mengetuk pintu nyonya Vanya lagi, sebanyak 3 kali. Berharap dalam hati, Tuan Adnan sudah tidur siang saja, biar kopi ini ia bawa balik ke dapur.

Perlahan tapi pasti, senyum terbit dengan manis di kedua bibir Ajeng.  5 detik, Ajeng menghitung dalam hati, ia akan mengetuk pintu 3 kali lagi, apabila tidak di sahut, Ajeng akan balik kanan untuk membawa balik kopi ini ke dapur.

“Oke. Coba di ketuk lagi, dan semoga Tuan Adnan nggak nyahut…”

Ceklek

Ucapan dengan nada lirih Ajeng, terhenti telak di saat dengan tiba-tiba, pintu kamar Nyonya Vanya  di buka oleh orang dari dalam, siapa lagi orang itu, kalau bukan Tuan Adnan.

Tuan Adnan yang wajah dan rambutnya terlihat basah, dan harum sabun menusuk indera pencium Ajeng saat ini. Ajeng yang terpaku menatap Tuan Adnan yang menghunusnya dengan tatapan yang sangat tajam saat ini.

“Aku menyuruh, langsung masuk saja ke dalam kamar….”

“Tunggu, kenapa kamu yang membawakan kopi pesananku!???’’desis Adnan dengan nada suara  yang sangat dingin,  membuat kedua lutut Ajeng semakin gemetar hebat saat ini.

“Mana bi Nani?”tanya Adnan lagi tajam.

Kali ini, Ajeng hanya mampu menggelengkan kepalanya pelan.

“Aish. Panggil Bu Nani, tidak becus…”

“Tidak, Tuan. Maafkan saya, ini bukan salah Bi Nani. Bi Nani tiba-tiba mengeluh pusing, beliau terjatuh di dapur, dan meminta tolong saya untuk bawakan kopi, Tuan Adnan. Anu, sudah Bu Nani katakan  pada saya untuk langsung masuk, tapi saya nggak berani…”

Menikah Dengan Kekasih Majikanku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang