10

3.2K 184 18
                                    

--

--

Waktu adalah sosok paling kejam yang sebenarnya, tidak akan pernah sudi berhenti hanya untuk sekedar menunggu seseorang hingga seseorang tertinggal. Maka dari itu, kita sebagai manusia yang hidup beriringan bersama waktu harus bisa mengejar.

Berjalan beriringan, saling mengejar tanpa bisa berhenti.

Ketika berhenti, disitulah manusia tidak bisa dikatakan hidup. Jika bukan raganya yang mati, jiwanya.

Jaemin mungkin merasa, jiwanya telah lama mati, dirinya telah lama mati. Dia tertinggal, tertinggal oleh waktu yang tidak pernah mau untuk menunggunya.

Jaemin tertinggal terlalu jauh, Jaemin terlalu jauh untuk melangkah mengejar. Jaemin seakan tertinggal di masa lalu, dimana dia masih membutuhkan sosok keluarga yang dimana sosok itu tak pernah berperan dalam hidupnya.

Jaemin terlalu ingin merasakan, sehingga dia hanya menunggu dan menunggu. Berdiam diri, berharap sosok itu mau sudi berperan dalam hidupnya.

Disaat mereka tengah mengejar dan mensejajarkan langkah agar beriringan dengan waktu, bukan seperti dirinya yang tertinggal.

"Renjun."

Renjun tengah mengerjakan beberapa pekerjaan di laptopnya, namun kala panggilan dari Jaemin terdengar cukup membuat perhatiannya teralih sepenuhnya.

"Kenapa sayang?"

"Gua ketinggalan." Jaemin ingin ditunggu.

Jaemin tertinggal terlalu jauh, siapa yang akan sudi menunggunya disaat waktu dengan begitu hebat membuat banyak orang di hidupnya yang sunyi turut mensejajarkan langkah dengan sang waktu?

Siapa yang akan sudi berbalik badan, hanya untuk mengulurkan tangan untuknya? Menarik dirinya dari ketertinggalan hingga dirinya turun menyejajarkan langkah bersama sang waktu.

Jaemin menatap Renjun dalam, terlihat cukup sendu sehingga Renjun langsung mengerutkan dahinya pertanda dirinya bingung.

"Kenapa? Apa yang kamu pikirin, hum?" Hatinya menghangat kala mendengar suara lembut Renjun menyapa telinganya.

Dengan Inisiatif, Renjun menghampiri Jaemin. Duduk disampingnya, dengan tangan yang dirangkulkan pada bahu Jaemin. Tangannya terulur untuk mengusap kening berkeringat itu, Jaemin hanya menatap mata Renjun cukup dalam.

Renjun tersenyum, mengusap pipi Jaemin begitu lembut. "Kenapa? Apa yang kamu pikirin, sampai keringatan gini."

Rautnya terlihat sedih, entah mengapa Renjun merasakan kekosongan dalam tatapan sang kekasih. Mengecup kening itu lama, setelahnya Renjun tersenyum kala Jaemin masih memejamkan mata menikmati kecupannya.

"G-gua ketinggalan terlalu jauh. Jauh banget, d-disini—" Jaemin memukul dadanya dengan keras, namun tangan Renjun menahan dengan terkejut "Sesak, tau gua ketinggalan gua sesak."

Renjun masih menahan tangan Jaemin dengan raut wajah bingung, sungguh tidak mengerti dengan tingkah Jaemin yang mendadak seperti ini. Jaemin berubah menjadi banyak diam setelah bertemu kakaknya di kantor Chenle 3 Minggu lepas.

Tanpa disadari, Renjun menekan tombol yang ada di jam tangan nya. Memanggil seluruh partner-nya untuk segera datang ke tempat ia berada, yang paling panik Haechan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RESTISALYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang