Chapter 10: Speechless

34 5 0
                                    

Sejak pernyataan mendadak milik Dino di warung pecel kemarin yang membuat Stella sedikit terperangah, keduanya jadi tidak canggung untuk menunjukkan rasa ketertarikannya satu sama lain.

Benar-benar melakukan pendekatan. Sudah hampir dua minggu lamanya mereka mencoba saling mengenal satu sama lain. Stella jadi tau kalau Dino itu tidak suka timun, terong, dan cukup sensitif dengan sinar matahari. Begitupun Dino yang akhirnya tau kalau Stella itu aslinya cerewet dan seakan tidak kehabisan energi. Apalagi untuk soal mengomel.

Keduanya juga ternyata sama-sama anak sulung di keluarga, lucu sekali. Berarti keduanya sama-sama suka mengalah ya, bagus.

Maksudnya, sama-sama galak. Eh benar sih... galak.

Dino tidak tau secara gamblang bagaimana figur Stella di keluarganya. Namun apa yang dilihatnya ketika perempuan itu sedang bertelponan dengan Ayah atau Ibunya, ia selalu memanggil dirinya 'Mba' dan tak pernah sekalipun menaikkan nada suaranya. Kalau ia bisa menebak, mungkin sedari kecil ia dilatih seperti itu.

Dan pemikirannya seakan didukung oleh fakta ketika Stella bercerita kalau ia tidak berani melakukan hal-hal aneh yang sedikitnya 'biasa' dilakukan oleh remaja yang baru sekali memasuki masa perkuliahan. Padahal kata Shuhua, orang tua Stella itu termasuk orang tua yang membebaskan anak-anaknya untuk melakukan apapun asal tahu batasan. Tidak ada larangan dari orang tuanya untuk keluar bersama laki-laki, pulang sampai tengah malam, atau bahkan menginap di rumah atau kosan temannya. Memang sih beberapa kali Dino juga sempat berkata untuk memastikan bahwa tidak apa-apa bagi perempuan itu untuk pulang lebih dari jam sepuluh malam. Dan dibalas anggukan.

"Orang tuaku tipe yang membebaskan sih, aku juga pas SMA sering pulang jam satu malem heheh gak di marahin tuh. Cuman aku anaknya agak tau diri aja sih Kak, di kasih kepercayaan segitu gedenya ya minimal kasih kabar dulu sih kalo mau pulang telat atau ada apa-apa,"

Serius, Dino lagi-lagi terpukau. Bahkan wajah bengong nya sontak membuat si perempuan jadi tergelak.

Masih dengan agenda berkencan, keduanya kini berada di Braga, hanya berjalan-jalan kecil menikmati angin malam Bandung. Jalanan cukup ramai, tentu. Malam ini malam minggu yang pastinya banyak pasangan muda-mudi yang tengah berkencan menikmati waktu berdua mereka.

Mereka bisa keluar pun karna Stella yang sempat bilang pada Dino bahwa ia bosan dan ingin merefresh kan otaknya setelah seharian mengerjakan tugas-tugasnya dan pada saat itu Dino mengajaknya keluar untuk sekedar mencari angin yang tentu di balas seruan semangat.

"Kak Dino, tau gak?"

Dino memusatkan perhatiannya kepada Stella yang kini bertanya.

"Aku di chat sama anggota DPM tadi, kalau gak salah sempet bilang ke aku tuh namanya Wooyoung?" ujarnya sembari mengernyit, tak yakin dengan nama yang sempat ia sebutkan tadi.

Dino tergelak kecil melihatnya. "Pradana Wooyoung?" tanya nya pada Stella. Yang ditanya menyengir kecil, entah maksudnya apa. Sepertinya ekspresi tak yakin.

"Dia digadang-gadang bakal jadi ketua DPM tahun ini,"

Stella menganggukkan kepalanya mengerti. "Ya pokoknya itu. Dia bilang mau ngajak aku buat gabung DPM, aneh banget. Aku bahkan gak ikut daftar pas mereka open recruitment kemarin. Jujur aku gak mau berurusan sama politik kampus, takut." katanya sembari menatap manik coklat gelap milik Dino dengan serius.

Kalau ada Shuhua atau Eunbin, mungkin Stella sudah di tabok habis-habisan karna berani berujar seperti tadi pada Dino yang notabenenya anggota kepengurusan di BEM.

"Jangan,"

Dino menghembuskan nafasnya sebelum melanjutkan ucapannya. "Kamu nanti gak bisa istirahat. Lihat kamu setiap hari selalu ngeluhin tugas di instastory, rasanya aku makin gak sanggup kalau kamu nanti gabung ormawa. Pun, jarang ada mahasiswa kedokteran yang gabung ormawa." katanya.

iridescent; lee dinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang