Bab 13🥀

64 13 8
                                    

"Hidup itu tak selamanya berada di fase bahagia, damai dan tenang. Ada kalanya kita berada di fase terpuruk dan jatuh sejatuh-jatuhnya."

~Author Shalita~

Kalita beserta kedua sahabatnya kini sedang berada di taman belakang sekolah mereka, mereka sedang berbincang-bincang dengan keadaan sepi sebab tak ada satupun orang disana, hanya beberapa orang saja yang berlalu-lalang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalita beserta kedua sahabatnya kini sedang berada di taman belakang sekolah mereka, mereka sedang berbincang-bincang dengan keadaan sepi sebab tak ada satupun orang disana, hanya beberapa orang saja yang berlalu-lalang. Ketiganya sengaja memilih tempat yang sepi karena mencari ketenangan.

"Eh, tahu enggak--" ucapan Carissa dipotong begitu saja.

"Enggak."

"Ck, gue belum selesai ngomong," kesal Carissa, kedua sahabatnya tercengir.

"Yaudah, sok atuh di lanjut," kekeh Kalita.

Carissa mendengus. "sebentar bakal ada pemeriksaan narkoboy tahu, karena kemarin ada kakel kedapatan membawa benda haram itu. Jadinya, hari ini akan di adakan pemeriksaan deh."

"Kok mendadak?" tanya Aira.

"Ya kalau enggak mendadak pasti si pelaku yang bawa benda haram itu bisa sembunyikan barangnya, ini aja gue tahu dari ayang, secara ayang 'kan wakil osis," kata Carissa.

"Dih!" kedua sahabatnya memutar bola matanya malas, sedangkan Carissa terkekeh.

Sedangkan di belakang sebuah pohon, ada seorang yang menatap ketiganya dengan tatapan sulit diartikan. Ia merogoh sakunya lalu mengambil handphonenya, segera ia mencari kontak seseorang lalu menelponnya.

"Sebentar lagi kehancuran lo dimulai, bersenang-senang 'lah dulu."

Setelah mengatakan itu, sosok itu pergi dari sana sebelum ada yang memergokinya.

"Kekelas yuk, sebentar lagi bel," ajak Aira, kedua temannya itu mengangguk.

Sepanjang jalan, tak henti-hentinya mereka bercanda gurau bersama. Sesekali membalas sapaan beberapa orang yang menyapa mereka.

"Woy tiga curut!" ketiga gadis tersebut refleks berbalik, dapat mereka lihat Zweitson dan kedua temannya sedang menghampiri mereka.

"Enak aja lo bilang kita curut! Lo tuh yang curut!" kesal Aira.

Fiki menggaruk tengkuknya. "Hehe, maaf deh."

"Ngapain panggil kita?" tanya Kalita.

"Nih." Kalita berserta kedua sahabatnya melongo melihat ketiga cowok di depannya mengulurkan tangan mereka yang terdapat susu dengan rasa yang beragam.

"Buat kalian," ucap ketiga cowok tersebut dengan kompak.

"Ihh, so sweet banget mereka bertiga!"

"Iya ih, pengen deh cowok kayak mereka!"

"Zweitson jadi pacar aku aja yuk!"

"Lo sama dia beda, bego!"

Lauhul Mahfudz✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang