Bab 14🥀

70 13 5
                                    

"Bahkan orang yang ku harapkan mempercayai ku pun tak percaya padaku."

~Kalita Nayyara Azalia~

Di ruang kepala sekolah, Kalita menunduk mendapat tatapan tajam dan penuh intimidasi milik kepada sekolah dan guru-guru yang berada disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ruang kepala sekolah, Kalita menunduk mendapat tatapan tajam dan penuh intimidasi milik kepada sekolah dan guru-guru yang berada disana.

"Bapak benar-benar kecewa sama kamu, Kalita. Kamu yang Bapak kenal anak yang berprestasi dan anak yang memiliki pemahaman agama yang luar biasa malah kedapatan membawa hal yang tak seharusnya kamu bawa," ucap kepala sekolah.

"Maaf, Pak. Tapi saya benar-benar bersumpah tidak pernah membawa barang itu." Kalita mencoba meyakinkan kepala sekolah bahwa itu benar-benar bukan miliknya.

Kepala sekolah yang mendengarnya menghela napas. "Lantas bagaimana barang ini bisa berada di tas kamu, Kalita?"

Kalita terdiam, sebab ia pun tak tahu mengapa barang haram itu berada di tasnya.

Kepala sekolah yang melihat Kalita terdiam, lagi-lagi menghela napas. "Sudah, lebih baik kita tunggu saja orang tua ka--"

Tok ... Tok ... Tok

Cklek

"Assalamu'alaikum, permisi."

Kepala sekolah yang melihat siapa yang datang mencoba tersenyum. "Wa'alaikumussalam, silahkan masuk Pak, Bu."

Paruh baya yang ternyata adalah kedua orang tua Kalita pun mengangguk dengan sopan lalu masuk. Kalita yang melihat kedua orang tuanya telah tiba pun semakin menunduk takut. Ia takut keduanya tak mempercayainya juga, dan memilih percaya dengan bukti-bukti tersebut.

"Baik, langsung saja. Kami memanggil Bapak dan Ibu karena kami mendapatkan barang ini di tas anak kalian, Kalita," jelas kepala sekolah to the point.

Kedua orang tua Kalita terlihat terkejut dan syok. Mana mungkin anak mereka membawa hal yang tidak wajar.

"Maksud Bapak? Tidak mungkin anak saya membawa barang haram itu!" bantah Buna Anna.

"Kami juga awalnya tidak percaya, Bu. Tapi, bukti sudah di depan mata. Bu Siti sendiri yang mendapatnya didalam tas anak Ibu dan Bapak. Tidak mungkin barang ini bisa langsung ada di tas Kalita."

Buna Anna terdiam, lalu menggeleng lagi. "Saya enggak percaya! Pasti ini semua ada yang merencanakan, Pak."

Kepala sekolah menghela napas. "Pemeriksaan ini secara mendadak, Bu. Jika memang ada yang berniat buruk, dia tahu dari mana bahwa akan ada pemeriksaan? Secara hal ini hanya osis yang tahu. Jadi, tidak mungkin kalau ini hanya kesalahpahaman."

"Lantas hukuman apa yang akan di dapatkan anak saya?" tanya Ayah Afizh yang sejak tadi diam.

"Mas! Maksud kamu apa? Kalita enggak mungkin ngelakuin hal ini!" Ayah Afizh tak menghiraukan, ia hanya menatap dingin kearah kepala sekolah. Sempat melirik anaknya yang sedang menunduk tak berani menatap mereka.

Lauhul Mahfudz✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang