CHAPTER 3
Malam ini kamar Calvin dipenuhi oleh teman-temannya yang berniat untuk menginap. Di sana ada Kenzo dan William yang tengah menonton bola, serta Bryan yang sibuk dengan bukunya. Sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka berempat untuk saling menginap berganti-gantian.
"Lo gak salah Vin nembak Cessa tadi siang?" tanya Kenzo yang masih fokus menonton.
Calvin yang tengah berkutik dengan ponselnya lantas mengangkat wajah. "Gue suka sama Cessa, dia cantik."
"Hah? Bukannya sifat ganti-ganti cewek lo udah hilang semenjak sama Eysha? Padahal lo sama dia udah dua tahun," ujar Kenzo.
"Yaelah gak apa-apa lagi, selagi belum nikah nikmatin aja dulu. Pilih cewek mana yang cocok buat dijadiin istri," sambar William.
"Gak gitu lah." Kenzo menoyor kepala William pelan. "Pikiran lo tuh yang harus diperbaiki. Hati orang itu bukan buat main-main."
"Nanti juga dapet karma sendiri," kata Bryan, menutup bukunya. "Apa yang lo perbuat bakal lo terima juga suatu saat nanti."
Calvin tampak tidak peduli dengan perkataan teman-temannya. "Gue juga ditolak sama Cessa."
"Terus kalo diterima?" tanya Kenzo.
"Ya bagus. Mungkin gue bakal putusin Eysha."
"Segampang itu?"
"Gue udah gak bahagia sama dia."
"Apa alasannya?" tanya Bryan yang mulai tertarik dengan pembahasan ini.
"Gue rasa gue udah gak sayang dia kayak yang pertama kali gue rasain. Gue bosen sama Eysha," kata Calvin.
"Gak jelas alasannya! Kayak anak SD lo tau?" Kenzo kesal sendiri. "Bosen aja langsung cari cewe lain. Gak inget gimana waktu pertama kali ngejar Eysha? Bahkan lo mohon-mohon, kan? Karena tau dia gak dibolehin pacaran. Masa cuma karena bosen aja mau nyerah? Gak jelas banget lo, Vin."
"Tau apa sih lo Zo soal ginian? Pacaran aja gagal terus," balas Calvin yang terbawa emosi. "Terakhir apa? Diselingkuhin kan lo? Karena lo terlalu bodoh jadi laki-laki, Zo. Lo harusnya udah punya persiapan, kalo dia selingkuh, ya lo udah ada pacar baru."
"Lo pikir kayak gitu keren, Vin? Untuk jaga satu hati itu emang gak mudah ternyata, cuma orang-orang berkualitas aja yang bisa ngelakuin," ucap Bryan, sebut saja sang ahli cinta.
Kenzo tertawa mendengar apa yang Calvin ucapkan atas kejadian satu tahun lalu. Itu memang masih menyakitkan untuknya. "Oke, lo urus aja perasaan lo sendiri, Vin. Yang pasti jangan pernah nyesel karena lo udah nyakitin hati Eysha."
"Gue emang bisa urus sendiri, Zo," balas Calvin.
"Berisik lo berdua, udah biarin aja si Calvin, Zo. Udah gede juga dia bisa urus percintaannya sendiri. Liat Bryan, pacaran beda agama aja nyantai," komentar William.
Bryan terdiam seribu bahasa, merasa dipojokkan habis-habisan. "Udah paling bener lo diem aja dari awal, Wil." Kesal, Bryan memilih untuk kembali membaca buku saja. Sebenarnya, seburuk itukah menjalin hubungan yang berbeda kepercayaan?
Suasana hati William rusak, klub kebanggannya gagal mencetak gol dan berakhir kalah dengan skor 2-1. Ia mematikan tv dan duduk di sebelah Calvin. "Gini, Vin. Lo boleh suka sama cewek ini, cewek itu. Yang terpenting jangan sampai lo rusak anak orang," kata William memberi pesan. "Gue percaya lah lo gak akan begitu," kekeh William.
KAMU SEDANG MEMBACA
Expect a Happy Ending [pre-order🧚🏻♀️]
Teen FictionSegalanya terasa hancur ketika Eysha Malinka menyadari bahwa ada manusia lain dalam dirinya-seorang anak yang belum siap ia hadirkan ke dunia. Meskipun telah berkali-kali merasakan kehilangan, kenyataan tetap tak berubah: ia dan kekasihnya telah mem...