CHAPTER 5

590 23 0
                                    

CHAPTER 5


ysha baru saja pulang dari dokter kandungan. Waktu menunjukkan pukul sebelas siang di saat Eysha tengah memandang hasil USG anaknya yang ternyata kembar. Sesekali ia meneteskan air mata karena rasa bersalahnya. Di kamar, tempat di mana semua rahasianya dapat ia curahkan.

Masih kecil sekali, mereka berdua pasti saling menyayangi di dalam sana. Tidak ada rasa yang lebih hancur yang pernah Eysha rasakan selain apa yang tengah ia alami sekarang. Ia tidak tahu bagaimana kedepannya, jika Calvin saja berulang kali berkata bahwa ia belum siap menjadi orang tua. Bagaimanapun, bayi kembar ini butuh sosok ayah.

"Eysha, ada Kania sama Abraham di depan," panggil Melati, mama Eysha dari depan pintu kamar.

Eysha bergegas menyimpan foto USG itu ke dalam nakas, ia taruh seaman mungkin agar tidak ditemui siapa pun. "Iyaa, Ma."

Eysha dengan pelan berjalan menuju teras dan menemukan kedua sahabatnya yang sudah duduk dikursi. "Hai, Kan, Bra," sapanya.

"Gimana keadaan lo? Gak pernah pingsan lagi, kan?" tanya Abraham.

Eysha tertawa. "Nggak, tenang aja."

"Sinii duduk," panggil Kania seraya menepuk kursi di sebelahnya.

"Kalian ada apa? Tiba-tiba ke sini," ujar Eysha yang langsung berjalan untuk duduk di sebelah Kania.

"Ngeliat keadaan kamu dong, Sha. Gak peka banget kayak dia," ujar Kania lucu.

"Wah? Suka sama siapa lo Cil?" tanya Abraham.

Kania memutar kedua bola matanya malas. Abraham selalu saja memanggilnya dengan sebutan "Bocil". Maksudnya apa, sih? "Abra mendingan lo diem deh!" katanya kesal. "Lo tuh gak diajak."

Abraham dan Eysha tertawa bersamaan. Kania selalu saja begitu sejak dulu, menggemaskan.

"Rahasia-rahasiaan lo sekarang sama gue, Kan? Cukup tau sih gue," ucap Abraham.

"Gak usah baper deh, gue kan cuma bercanda! Kita belum boleh pacaran karena masih kecil, kecuali Eysha."

Abraham tersenyum, memandang Eysha beberapa saat. "Kita bawa makanan kesukaan lo Sha. Ini.. soto." Abraham menyerahkan satu kantong plastik itu kepada Eysha.

Eysha menutup hidungnya seketika, ia menggeleng-geleng. Berusaha menahan rasa mualnya yang tiba-tiba datang. Ia melambai-lambaikan tangannya untuk menolak. "Gue lagi gak mood sama soto, Bra. Maaf ya, tapi nanti gue kasih Mama atau Papa gak apa-apa, kan??"

"Loh, Sha?? Kenapa? Ini soto kesukaan kamu loh yang deket rumah Abra itu. Bahkan kamu pernah nambah dua kali waktu makan di sana," ucap Kania bingung.

Eysha menggeleng lagi. "Mual."

"Kok mual??" tanya Kania.

"Kan lagi sakit, Cil," balas Abraham. "Yaudah gue taruh di sini aja ya," kata Abra, menaruhnya di meja.

Kania menyandarkan punggungnya pada kursi di belakangnya. "Gue penasaran deh sama rasanya punya anak," katanya random.

"Maksudnya, Kan?" tanya Eysha, sedikit kaget.

"Tadi di jalan dia ngeliat ibu-ibu lagi hamil besar sambil gendong satu anaknya yang masih kecil. Kania bilang, ibunya hebat banget. Jadi penasaran deh dia sekarang," jelas Abraham.

Kania mengangguk. "Bayangin deh, Sha. Hamil di usia tua pasti bukan hal yang mudah kan, banyak yang dirasain. Ditambah punya anak yang masih kecil. Bangga banget gue sama seluruh ibu di dunia, mereka hebat," kata Kania sambil menunjukkan kedua ibu jarinya.

Expect a Happy Ending [pre-order🧚🏻‍♀️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang