CHAPTER 32

339 12 2
                                    

CHAPTER 32

"Gimana, Sha? Enak hidup lo sekarang?" Laki-laki dengan tawa remehnya muncul dari balik tubuh Eysha yang tengah duduk di taman dekat rumahnya. Eysha rasa ia butuh waktu sendirian untuk menenangkan pikiran, tetapi suara itu membuatnya terkejut dan sontak menoleh ke belakang.

Eysha mengangkat kedua alisnya bingung. Arsen?

"Arsen?" Eysha bertanya kikuk. Pasalnya sudah lama sekali rasanya tidak berbincang dengan salah satu temannya ini. Eysha ingat betul bahwa Arsen pernah menyatakan perasaan padanya kala masa sekolah beberapa tahun yang lalu.

Tanpa bertanya, Arsen langsung duduk di sebelah Eysha dan menatap perut perempuan itu cukup lama. "Nyesel gak lo tolak cinta gue dulu?"

"Oh My God, Arsen. Itu bahkan udah lama banget. Kenapa masih diungkit?" tanya Eysha tidak percaya. Eysha bahkan sudah pernah meminta maaf jika hal yang pernah ia lakukan itu membuat Arsen malu dan sakit hati.

Arsen dengan wajah dendamnya tidak menerima begitu saja. "Gue masih inget gimana lo nolak gue di depan umum dan buat gue malu. Waktu itu gue jatuh cinta sama lo, Sha. Tapi apa balasan lo?"

"Sen? Cinta itu gak bisa dipaksa."

"Iya. Cinta emang gak bisa dipaksa tapi lo bisa tolak gue dengan baik-baik, gak kayak saat itu!"

"Gue udah pernah minta maaf soal itu. Gue kira selama ini masalah kita udah selesai dan gak perlu diungkit-ungkit lagi."

"Lo emang udah minta maaf, tapi kesalahan itu gak semudah minta maaf, Sha. Lo harus menghargai orang lain. Bahkan di saat lo minta maaf waktu itu, lo jelas gak serius."

"Gak serius gimana maksud lo, Arsen? Gue benar-benar minta maaf waktu itu, gue gak bermaksud buat lo malu. Mungkin waktu itu gue masih terlalu kekanak-kanakan dalam merespon ungkapan lo."

"Semua udah terjadi."

"Terus sekarang maksudnya apa, Sen? Gue udah gak punya apa-apa lagi, gue minta maaf atas kejadian itu," ujar Eysha pasrah.

Memang, saat itu Eysha menolak Arsen di depan teman-temannya dengan melontarkan kalimat-kalimat yang menyakitkan. Eysha tidak memiliki perasaan kepada Arsen, itu yang ia tahu. Tetapi untuk berbicara kasar dan lain sebagainya benar-benar keluar begitu saja saat itu. Eysha sudah menyesalinya, ia tahu dirinya terlalu kasar.

"Gue gak minta apa-apa. Ini hasil dari perbuatan lo, Sha. Hamil di luar nikah?" tanya Arsen berani.

Eysha diam, malu.

"Murid berprestasi yang dikeluarin dari sekolah?"

"Atau bahkan yang katanya pintar tapi pilih pasangan yang bodoh terus hidup tersiksa?" Lanjut Arsen terus-terusan menghakimi Eysha.

"Sha, Sha. Lo itu terlalu mudah buat gue."

"Bahkan anak lo aja milih buat ninggalin lo."

Eysha bangkit. "CUKUP, SEN! LO BOLEH SEBUT GUE APA PUN YANG LO MAU WALAUPUN ITU NYAKITIN GUE. TAPI TOLONG JANGAN BAWA ANAK GUE!" bentak Eysha sambil menunjuk depan wajah Arsen.

"EMANG LO PIKIR LO SIAPA BERANI BILANG KAYAK GINI?!" Eysha tambah marah.

Arsen tertawa, sama sekali tidak takut. "Lo tau siapa orang dibalik kehancuran lo?" tanyanya. "Gue, Sha," lanjutnya. Apa yang Arsen bilang kepada Rafi saat itu ia lupakan begitu saja. Karena nyatanya Arsen yang memilih untuk mengungkapkan ini semua di depan Eysha langsung.

"Lo pasti gak pernah kepikiran kalo gue punya ratusan cara buat balas perlakuan lo ke gue."

"Apa maksud lo?" tanya Eysha.

"Lo pikir Calvin sebrengsek itu buat berhubungan badan sama lo kalo bukan karena gue? Gak akan. Calvin gak seburuk itu, gue yang lebih buruk," ujar Arsen, tetapi bangga.

Eysha menarik kerah baju Arsen kuat sampai laki-laki itu terpaksa berdiri. "APA MAKSUD LO?!"

"Lo yakin mau tau? Biar gue ceritain Sha, biar lo tau semuanya sekalian!"

"Kenapa Calvin mau denger omongan gue untuk berbuat kayak gitu? Karena gue bayar! Sayangnya Calvin terlalu bodoh buat nerima, padahal keluarga dia pun kaya!" Arsen tertawa. "Nyatanya Calvin gak secinta itu sama lo, Sha. Dia lebih memilih uang daripada ngejaga lo!"

"Enak hidup lo sekarang hancur? Apa-apa gak punya. Apa, sih, yang lo punya sekarang? Abraham?"

"Abraham terlalu bodoh milih lo yang udah gak berguna!" Arsen pergi meninggalkan Eysha yang sudah tersakiti begitu dalam.

Eysha tidak menyangka bahwa ada cerita di balik kehancurannya ini.

"ARSEN!" teriaknya. "GUE BUTUH PENJELASAN LO!"

Arsen berbalik badan, tersenyum miring. "Penjelasan apa? Semua udah jelas, kan?" jawabnya sambil berjalan mendekati Eysha.

"Lo jahat, gue juga jahat. Kita sama, kan?"

Eysha dengan matanya yang berkaca-kaca tetap butuh penjelasan lebih jauh. "Apa alasannya, Sen? Kenapa lo bales gue sejahat ini?"

"Karena penolakan lo udah terlanjur buat gue sakit hati. LO KIRA PEREMPUAN DI DUNIA INI CUMA LO, SHA?! LO KIRA LO BISA NOLAK GUE SEENAKNYA?" ujar Arsen mendadak dengan nada tinggi.

"Arsen please gue bahkan udah minta maaf."

"Maaf lo itu gak cukup buat gue, Sha. Gue mau lo hancur, kayak sekarang. Siapa yang bisa tolongin lo? Abraham bisa tolong lo untuk gak hamil kayak sekarang?"

"Gue udah menerima anak gue, Sen. Tolong jangan selalu bawa anak gue dalam perbincangan kita."

"Anak hasil di luar nikah itu?"

Eysha enggan menjawabnya. Arsen ternyata sejahat itu, sama sekali tidak Eysha sangka-sangka. Ia benar-benar terkejut mendengar pengakuan Arsen barusan. Calvin melakukan hal tersebut bukan karena cinta? Padahal berulang kali Calvin selalu memaksanya dulu. Selama ini.. hanya karena uang dan dendamnya Arsen?

"Untuk terakhir kali, Sen. Gue minta maaf kalo waktu itu jawaban gue mempermalukan lo dan buat lo sampai menyimpan dendam bertahun-tahun. Kalo ini yang lo harapin, lo bisa liat gue pun udah hancur. Sekarang terserah lo mau lihat diri gue kayak apa, tapi tolong jangan ganggu gue dan anak gue lagi. Gue minta maaf," ucap Eysha sedih dan berlalu meninggalkan Arsen. Semua sudah cukup baginya, tidak ada lagi alasan untuk tetap bertahan.

Setelah baca tolong kasih vote yaa!! Thank you💗

Expect a Happy Ending [pre-order🧚🏻‍♀️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang