CHAPTER 13
Malam hari tiba dan Eysha hanya besandar pada sisi ranjangnya, memegangi perutnya yang sudah terlihat sangat jelas, perutnya terasa kencang pada trimester pertama ini. Dari yang ia baca-baca, kondisi ini dikarenakan rahim sudah mulai berkembang dan meregang.Eysha berusaha untuk bangun dan mengambil minuman dari Calvin tadi pagi di dalam tasnya. Eysha merasa sedikit senang karena ia pikir Calvin masih peduli padanya dengan memberikannya hal kecil ini sebagai bentuk perhatian.
Tutup botol itu Eysha putar dan ia menegak seluruhnya sampai habis. "Twins? Rasa minumannya enak gak? Ini Papa yang kasih, lho!" ujar Eysha kepada kedua anaknya sambil tersenyum.
Tidak ada jawaban apa pun, tetapi Eysha tetap senang menyadari ia adalah seorang ibu dengan dua anak. Meskipun harus berkali-kali menyingkirkan pemikiran buruk terhadap keadaannya sekarang.
Panggilan video dari Kania dan Abraham membuat Eysha langsung meraih ponselnya dari atas nakas.
"HAIIIIIII SHA SHA??" sapa Kania sangat kencang. Wajahnya sangat bersemangat bersama senyum lebarnya.
"Are you crazy, Kan?" komentar Abraham.
"Diem aja kenapa, deh, Abra. Kamu tuh selalu deh ganggu pembicaraan aku sama Eysha. Bisa gak gantian ngomongnya?!"
Abraham memasang wajah sabar, cukup tau katanya dalam hati.
"Jadi kapan kalian jadian?" tanya Eysha gemas dengan keduanya, selalu.
"Ogah!" jawab Abra menusuk.
"Yaudah sih, siapa juga yang mau sama Abra? Emangnya cowok di dunia ini cuma kamu Abra? Kamu kira gak ada yang suka sama aku? Ngantri orang-orang tuh! Gak usah terlalu percaya diri deh kamu," oceh Kania panjang lebar. Padahal Abraham hanya menjawab satu kata.
"Iya, yaudah ya ampun Kania. Gue kan cuma bercanda jawab kayak begitu. Kamu tuh ih sensian," cibir Abraham. Akhir-akhir ini Kania jadi senang mengomel panjang, membuat Abraham selalu tampak serba salah. Tetapi karena Abraham sayang Kania, ia harus banyak-banyak sabar dan mengalah.
Eysha tertawa. Tetapi entah kenapa ia merasakan sesuatu yang tidak nyaman di perutnya, sakit. Awalnya hanya sakit biasa yang masih dapat ia tahan, tetapi semakin lama semakin sakit rasanya. Eysha pikir ia perlu ke kamar mandi, tetapi saat ingin berdiri yang ia rasakan justru semakin sakit.
Eysha berteriak dan menjatuhkan ponselnya, yang langsung mendapat panggilan dari Kania dan Abraham. Suara itu terdengar sangat panik luar biasa tetapi Eysha tidak mampu meraih ponselnya lagi. Ia memanggil mama dan papanya berkali-kali sambil memegangi perutnya. "Please twins," ujar Eysha bersamaan dengan air matanya yang perlahan turun, lalu tidak lama semuanya menjadi gelap dan Eysha tidak sadarkan diri.
***
Eysha dilarikan ke rumah sakit setelah kedua orang tuanya menemukan Eysha terbaring lemas di bawah lantai kamar tidurnya. Tidak lama dari itu Abraham dan Kania pun datang ke rumah Eysha karena khawatir, mereka mendapat kabar dari adik perempuan Eysha bahwa Eysha pingsan dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Abraham sangat terkejut dengan kabar itu, terlebih ia juga kini memikirkan kedua anak yang ada dalam kandungan Eysha. Raut khawatir tercetak jelas dari wajah tampan Abraham membuat Kania berkali-kali menenangkan temannya itu.
"Abra aku tau kamu khawatir banget, tapi hati-hati. Jangan ngebut-ngebut," ujar Kania seraya mengusap lengan Abra.
"Gimana bisa tenang sih, Kan? Bukan cuma Eysha yang dalam bahaya, tapi kedua anaknya juga!" jawab Abraham dengan nada sedikit tinggi.
"Tapi lo juga perlu untuk tenang. Gimana bisa lo konsentrasi kalo pikiran lo kemana-mana kayak gini? Gue tau lo khawatir, gue juga, Bra. Bukan cuma lo." Kania ikut kesal dan menaikkan nada suaranya.
"Lo gak ngerti apa yang gue rasain sekarang Kan!"
"Iya gue gak ngerti. Gue gak ngerti apa-apa tentang perasaan lo. Perasaan lo ke Eysha yang lebih dari sahabat, kan, maksud lo?! Iya? Lo kira selama ini gue gak tau, Abra? Gue tau, gue bisa liat itu. Lo sayang sama Eysha lebih dari yang seharusnya, kan?" Kania mengusap air matanya yang turun. Abraham terlalu jauh untuk ia mengerti, bagaimana bisa Abra berbicara dengan nada tinggi seperti itu padanya?
Setelah baca jangan lupa kasih vote yaa!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Expect a Happy Ending [pre-order🧚🏻♀️]
Teen FictionSegalanya terasa hancur ketika Eysha Malinka menyadari bahwa ada manusia lain dalam dirinya-seorang anak yang belum siap ia hadirkan ke dunia. Meskipun telah berkali-kali merasakan kehilangan, kenyataan tetap tak berubah: ia dan kekasihnya telah mem...