CHAPTER 16

460 16 0
                                    

CHAPTER 16

"Kamu pikir jadi orang tua itu mudah, Eysha?!" bentak papanya, Andra. Tidak peduli apakah anaknya tengah mengandung dan baru saja keluar dari rumah sakit. Baginya, ini sudah sangat keterlaluan dan tidak dapat lagi menggunakan kesabaran.

Bagaimana tidak? Eysha yang diberi kepercayaan selama ini dihancurkan begitu saja. Padahal sejak dulu, Eysha adalah anak yang benar-benar disayang. Tetapi apa balasannya?

"Gak bisa jawab, kan, kamu? Gak semudah itu Eysha! Kalo Papa tanya apa yang akan kamu lakukan sekarang, kamu bisa jawab?!" tanyanya lagi dengan nada tinggi.

"Menikah," jawab Eysha kecil. Ia takut mendengar suara keras itu, ia tahu ia sudah berada pada jalan yang salah. Tetapi, Eysha kira ia akan tetap mendapatkan kehangatan dari keluarganya.

"Menikah?" tanya Andra dingin. "Semudah itu kamu jawab menikah, Eysha?"

"Tapi—"

"Kamu pikir kehidupan pernikahan semudah itu untuk kamu jalani? Kamu pikir isinya cuma bahagia-bahagia aja?" potong Andra, emosinya kembali naik.

"Eysha—"

"Sha! Papa sama Mama rawat kamu dari kecil, selalu minta kamu untuk bisa jaga diri. Apa kamu pernah kekurangan kasih sayang? Kenapa apa yang kamu lakukan justru buat kami kecewa?" Andra tidak memberikan kesempatan untuk Eysha menjawab.

"Papa gak butuh kamu membela diri!"

"EYSHA EMANG SALAH, PA! TAPI SEMUA INI UDAH TERJADI!" Eysha berkata kencang, ia menangis saat melakukan itu. Eysha tidak pernah membentak papa dan mamanya, tetapi kali ini ia sungguh merasa tidak berguna sebagai seorang anak. Gagal, ia telah gagal.

Andra terkejut dengan jawaban anak sulungnya itu, tidak percaya. "Kamu pikir kalo udah seperti ini lantas membuat apa yang kamu lakukan itu benar, EYSHA?!"

"Enggak, Pa! Tapi Eysha mohon udah." Suara isakan Eysha mulai terdengar. "Eysha baru aja kehilangan satu anak," lirihnya.

"Kamu harus tanggung resikonya, Eysha! Papa nyesel merestui hubungan kamu sama Calvin. Dari awal dikasih kepercayaan tapi apa balasannya? Bahkan Calvin gak berani ke sini untuk menjelaskan semua ke Mama dan Papa!"

"Calvin akan ke sini, Pa. Dia akan menikahkan aku," jawab Eysha, terus saja membela kekasihnya itu.

"Gak perlu! Papa yang akan ke rumahnya. Kalian menikah dan jalani dunia pernikahan itu. Belajar untuk bertanggung jawab, gak semudah itu, Sha."

"Selama ini Mama dan Papa banyak masalah, apa kamu tau? Kami hanya akan menunjukkan sisi bahagianya di depan anak-anak, Eysha. Kehidupan pernikahan bukan hanya ada indahnya, banyak lika-liku, sewaktu-waktu mungkin akan ada hal yang buat kita ingin menyerah."

"Kamu masih terlalu kecil untuk kehidupan itu, Sha. Kalau begini siapa yang salah? Mungkin Papa dan Mama salah dalam mendidik kamu. Kamu akan menyadari itu setelah kamu menjadi orang tua, Sha. Untuk mengandung, merawat, membesarkan anak itu nggak mudah. Papa dan Mama pun udah gagal."

"Kehiduapan pernikahan itu berbeda jauh dengan kehidupan semasa pacaran, Sha. Kamu nggak akan paham di saat umur kamu belum mencukupi ditambah kejadian ini mengharuskan kamu untuk menikah bukan karena kesiapan," ujar Andra sebelum pergi dari rumah, meninggalkan Eysha sendirian.

Andra pergi meninggalkan Eysha yang masih saja terus menangis. Tidak ada Melati di sini, mamanya itu sudah terlalu kecewa untuk mendengar lebih lanjut. Ia memilih untuk pergi ke luar kota di tempat tante Eysha, bersama adik perempuan Eysha.

Eysha dapat berpikir bahwa tidak ada yang berpihak kepadanya atas apa yang telah terjadi, tetapi ia juga tidak memiliki kemampuan untuk membela diri karena nyatanya apa yang ia lakukan tetaplah salah. Ditambah Calvin yang sampai sekarang tidak menghubunginya bagai hilang ditelan bumi.

Semesta kini sangat jahat kepadanya, dari awal kejadian itu Eysha selalu saja tampak tidak ada artinya. Bagaimana ia akan percaya bahwa kebahagiaan akan berpihak kepadanya kelak di dunia pernikahan, saat yang jelas kini ia terima adalah luka yang semakin dalam?

Eysha menghubungi Calvin berkali-kali tetapi tidak ada balasan sama sekali. Tidak ada satu pun orang yang menemaninya kini, Abraham dan Kania pun tidak datang hari ini.

Eysha Malinka : Vin, kenapa kamu gak balas pesan aku dan gak angkat telepon? Aku butuh kamu, Vin. Anak kamu juga butuh kamu. Sekarang anak kita tinggal satu, haruskah aku ngerasain kehilangan ini sendirian?

Satu pesan itu ia kirim ke Calvin, berharap dengan begitu Calvin akan segera membalasnya.

Eysha sudah sangat salah saat pertama kali melihat dua garis di test pack itu. Lalu kini, yang ia kira merahasiakan sementara dari kedua orang tuanya adalah pilihan yang tepat, ia salah juga. Eysha tidak tahu harus seperti apa.

Kehilangan satu anak sudah membuat dirinya terpukul begitu hebat. Twins, Mama bahkan belum lihat kalian tumbuh besar berdua?

Kini Eysha hanya bisa meratapi nasibnya sendiri, tidak ada yang menemani. Semua orang seakan pergi tanpa berniat menyemangatinya. Semesta sungguh tidak berpihak padanya.

Kalau saja Eysha tidak pernah bertemu Calvin, pasti ceritanya tidak akan seperti ini. Bahkan Calvin yang ia anggap sebagai cinta pun tidak peduli padanya.

Calvin, jika aku punya kesempatan untuk bertemu denganmu suatu saat nanti di tempat dan situasi yang berbeda. Tolong cintai aku sepantas dan sewajarnya, ya? Batin Eysha berkata demikian. Pikirannya sudah hilang arah, tidak ada lagi yang perlu ia pertahankan.



Setelah baca jangan lupa kasih vote yaa!!

Expect a Happy Ending [pre-order🧚🏻‍♀️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang