Gadis berambut panjang itu akhirnya memutuskan untuk memotong rambutnya sendiri. Ia tak tahan dengan rambut kusut yang sering ia tarik dan rontok dengan sendirinya. Sebuah keputusan yang baik.
Gadis itu merapikan potongan rambutnya, setelahnya ia menyisir rambutnya dan tersenyum ke arah cermin miliknya yang usang dan sedikit retak. Ia ingat akan retakan yang dibuatnya itu, ia menatap kecut ke arah telapak tangannya.
Jemari lentik itu sebenarnya indah, jika saja tak satupun goresan tergambar di sana. Jujur saja, gadis itu cukup menyayangkan hal itu. Tapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi.
Ia bergegas keluar dari apartemen kecil yang di tempatinya. Dengan memakai jaket berbahan jeans itu, ia melewati gang kecil yang berada di antara dua gedung tinggi tua yang masih kokoh. Tempat tinggalnya merupakan lingkungan gedung apartemen lama, atau bisa di katakan sudah usang dan hampir tak layak.
Ia bersandar di ujung gang tersebut sambil menatap jalanan yang ramai akan orang-orang yang sibuk dengan diri mereka sendiri. Ia mulai menyalakan korek api miliknya dan mengambil sebuah batang rokok di dalam saku jaketnya.
Hanya satu batang saja yang tersisa.
Perlahan asap mengebul di hadapan gadis itu. Ia meniup dengan santai asap yang keluar melalui mulutnya. Tak peduli dengan orang-orang yang memandangnya dengan tatapan tak suka, mengintimidasi dan masih banyak lagi. Gadis itu tetap santai menyesap rokoknya.
Tiba-tiba seorang pria mengambil alih rokok yang sedang gadis itu sebat, "Kalo kayak gini terus, kapan kamu punya pacar, hah?"
Pria itu menyesap rokok yang telah di rebutnya dari gadis yang kini menatap kesal ke arahnya. "Lagipula, siapa yang butuh pacar?" Gadis itu tak terima rokok satu-satunya direbut begitu saja.
"Ambil kalo bisa," Ejek pria itu sambil mengakat tangannya tinggi, karena ia tahu gadis itu takkan mampu menggapainya karena tubuhnya yang lebih pendek darinya.
"Peter Han!" Seru gadis itu marah.
Pria itu mengernyit, wajahnya berubah serius dengan alis yang saling tertaut. "Don't call me that!"
"Kembalikan rokok-ku!" Gadis itu tak peduli dengan wajah serius pria di hadapannya itu.
Pria itu diam dan menyumpal bibir gadis itu dengan rokok yang sempat di perebutkan dua manusia itu. Pria itu kemudian pergi dengan kesal.
Gadis itu memutar bola matanya dengan menghela nafas, seketika rokok itu ia buang entah kemana. "Kau selalu seperti itu. Berhentilah marah tanpa alasan! Kau yang mulai duluan tadi!"
Pria itu tetap diam.
Pria yang dipanggil gadis itu dengan nama Peter Han adalah teman masa kecil gadis itu. Tapi, nama Peter sendiri adalah nama yang paling ia benci, karena nama itu berasal dari ayah yang telah membuangnya demi wanita jalang yang menurutnya tak pantas bersanding dengan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stray Kids Imagine [SKZ AREA]
Fanfiction𝘒𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘮𝘶𝘥𝘢-𝘱𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪 𝘥𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘋𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘤𝘢𝘮 𝘴𝘶𝘬𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘬𝘢. 𝘒𝘶𝘦 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘳𝘢𝘴𝘢, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘥𝘢...