[Hwang Hyunjin] Our Story

51 5 0
                                    

Jika aku bisa mengubah dunia ini menjadi lebih baik, maka aku akan melakukannya denganmu.

Itu adalah kalimat yang aku ingat darinya. Orang yang selalu membuatku tersenyum padahal aku tak butuh itu. Orang yang selalu berada di sampingku padahal aku ingin sendiri. Orang yang selalu mengomel padaku, padahal aku benci berisik.

Tapi, tanpanya mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini. Karena itu, aku selalu ingin berterima kasih padanya.

 Karena itu, aku selalu ingin berterima kasih padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya adalah Hwang Hyunjin. Seorang pria yang sangat mencintai seni. Bukan hanya karyanya yang indah, bahkan wajahnya juga bak mahakarya terindah di dalam museum seni yang amat langka. Dia benar-benar tanpa cela.

Namun, aku tak pernah tahu. Tentang apa saja yang mungkin sudah ia lewati. Bagiku, dengan keberadaannya di sampingku sudah cukup.

"Cha.. Lihat. Ini bunga kesukaanmu kan? Aku berusaha membuatnya seindah mungkin. Apa kamu suka?" Dia menunjukkan hasil karyanya, sebuah lukisan dengan cat minyak. Bunga berwarna merah dengan aksen dramatis di sekeliling bunga itu, tampak sangat indah.

Itu adalah bagian dari gaya lukisnya yang indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu adalah bagian dari gaya lukisnya yang indah. Entah sudah berapa kali kukatakan kata itu. Indah.

Aku mengangguk. "Bagus."

Dia menatapku lekat, nampak tak puas dengan responku. "Padahal aku susah payah buat lukisan ini. Tapi, sepertinya kamu kurang suka."

"Aku suka." Sahutku dengan senyum tipis, mungkin aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tersenyum. Walaupun pada kenyataannya aku memang mengagumi lukisan itu, terlebih lagi pembuat lukisan itu.

Ia mendesah, "baiklah, besok aku akan datang dan bawakan bunga aslinya saja. Supaya kamu bisa benar-benar tersenyum."

"Aku akan simpan lukisan ini, di sini. Supaya kamu bisa terus memandanginya." Ia menaruh lukisan itu di atas perapian.

Sebelum ia benar-benar pamit untuk pergi, aku kembali mengingatkannya sesuatu. "Kamu tidak perlu datang setiap hari. Aku bukan orang yang perlu di kasihani."

"Sampai jumpa besok!" Ia berteriak dan pergi, aku tak bisa melihat ekspresinya saat ia pergi. Padahal aku selalu ingin tahu apa yang ia pikirkan tentang diriku.

Stray Kids Imagine [SKZ AREA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang