[Lee Minho] Unexpected Ways

22 1 0
                                    

Jika aku menggambarkan sosoknya yang tampan, kurasa itu belum cukup untuknya. Karena selain manis dia juga dingin pada awalnya, seperti es krim yang kumakan saat musim panas tiba.

Tetapi, ini bukan tentang es krim. Bahkan hal yang indah ini tak terjadi di musim panas yang selalu di nantikan siapapun. Melainkan saat musim dingin tiba, sosoknya yang sedingin gunung Everest itu telah menyelam ke dalam lautan, membuatnya meluruhkan seluruh salju di dalam dirinya untukku seorang.

Indah bukan? Akupun juga merasa begitu.

Salju pertama turun tahun ini mulai bulan November lalu, sementara itu gadis bermarga Park itu tengah berjalan di ruas jalan sambil menggosok kedua tangannya yang berbalut sarung tangan tebal yang terbuat dari bahan rajutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salju pertama turun tahun ini mulai bulan November lalu, sementara itu gadis bermarga Park itu tengah berjalan di ruas jalan sambil menggosok kedua tangannya yang berbalut sarung tangan tebal yang terbuat dari bahan rajutan. Tubuhnya diselimuti oleh rintikan salju, padahal ia sudah memakai baju berlapis serta jaket yang sangat tebal. Tetapi, memang hari itu salju turun lumayan.

Biarpun begitu, para pejalan kaki memang masih diperbolehkan untuk beraktivitas di luar ruangan. Bahkan gadis itu amat menyukai jalan-jalan di tengah hujan salju yang turun. Apalagi beberapa hari ke depan ia akan menyambut hari ulang tahunnya.

Langkah kakinya mulai mengecil seiring dengan dekatnya ia pada seseorang yang tengah duduk di taman yang dipenuhi padang putih bersalju. Setelahnya ia tersenyum dengan bibir merahnya yang sesekali bergemeletuk karena udara dingin.

"Nunggu lama ya? Maaf, tadi aku ketinggalan bus." Ujarnya pada orang yang masih duduk dan menatapnya begitu ia datang. Orang itu adalah seorang pria bertubuh tinggi dan memiliki bahu yang cukup lebar. Paras tampannya lebih dingin dibandingkan cuaca bersalju kala itu.

Pria itu bangkit, "kita langsung ke cafe dekat sini aja."

Gadis itu mengangguk, dan mulai mengikuti langkah si pria tanpa protes sedikitpun.

Awalnya, langkah kaki pria itu cukup cepat, namun begitu melihat si gadis yang berjalan agak berjauhan ia memelankan laju jalannya. Kedua tangannya ia masukkan di dalam kantong jaket tebal berwarna hitamnya. Kepala pria itu tertutup tudung jaketnya, tak dapat dipungkiri ia sendiri memang merasa cuaca itu cukup dingin dibanding biasanya, padahal curah salju yang turun tak begitu banyak.

Tepat saat si gadis mulai beriringan jalan dengannya, ia mengeluarkan bantalan kecil, seperti bungkusan gel hangat yang nyaman ke dalam genggaman tangan gadis itu. Tentu saja, gadis itu kebingungan, walaupun ia tahu maksud pria itu baik.

"Kenapa gak dikasih dari tadi?" Gadis itu bertanya dengan nada kesal.

"Kamu gak minta." Pria itu membalas dengan singkat. Rasanya gadis itu seperti bicara dengan boneka salju yang dulu sering ia buat sewaktu masih kecil.

"Minho," panggil gadis itu dengan ragu saat ia hampir sampai di cafe yang dekat dengan taman mereka bertemu tadi.

"Hm?"

"Gak jadi deh, lain kali aja." Gadis itu menggeleng, ia memilih mengurungkan niatnya untuk mengatakan isi hatinya. Apalagi jika ia tahu betul, bahwa keduanya hanyalah teman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stray Kids Imagine [SKZ AREA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang