19 - Fungsi Iterasi

5 3 0
                                    

10110-110-10110

Aku melangkah menyusuri lapangan tengah sekolah yang kini dipenuhi siswa-siswi berseragam olahraga hasil kombinasi warna merah dan kuning. Aku, Ariella, Tania, Dea, Raisa, Sherly, dan Jenessa memilih berbaris di tengah-tengah barisan siswi kelas sepuluh. Posisi kami saat ini menciptakan warna hijau di kelilingi kuning. Pasalnya seragam olahraga SMA Arunika setiap tahun selalu berganti, di tahunku seragam olahraga ini berwarna hijau yang berpadu dengan oranye.

Agenda OSIS hari ini adalah senam pagi. Kegiatan ini menjadi kegiatan paling membosankan untuk kaum rebahan sepertiku. Meski begitu, aku memilih tetap masuk sekolah demi mendapat uang saku.

Dengan sedikit ogah-ogahan, aku mengikuti gerakan instruktur senam yang didatangkan oleh pengurus OSIS. Tak seperti siswi lain, aku sama sekali tidak tertarik dengan acara ini. Pikiranku justru tertuju pada segala sesuatu setelah ini, tepatnya saat Bu Jasmine membaca buah karyaku yang berdasarkan fakta tanpa rekayasa. Aku tak tahu bagaimana ujungnya.

Senam hari ini berlangsung lancar, setelah musik berhenti satu per satu siswi meninggalkan lapangan. Aku bersama teman-temanku memilih kembali ke kelas.

Pesan masuk dari Andin membuatku membuka sebuah aplikasi percakapan yang ramai pengguna. Aku sempat mengirimkan sebuah pesan pada Andin saat senam hari ini berakhir.

Mariatha Andin

Heeyyy di sekolahku ada senam kewer-kewer ingat Kak Ahzan (TT)(TT)(TT)(TT)(TT)

Di sini jugaaa hehehehehehwhhehehwhe
Iconic bgttt

Weeeeehhhhh
Apa kamu nggak teringat?
Instruktur senamnya kece tapi lebih afdal kalau Kak Ahzan yang mimpin
Soalnya kayak udah jadi ciri khas (TT)

Ingatttttt

Weeeewww
Aku juga merasakan atmosfer Spesta hari ini...

Aku menutup roomchat dengan Andin kala sebuah pesan masuk tertera di layar bagian atas gawai. Pesan dari Bu Jasmine membuatku menghela napas. Kukeluarkan flashdisk dari tas dan bergegas ke ruang guru usai membalas pesan dari Bu Jasmine.

Temui saya di laboratorium komputer nomor 1 sekarang. Jangan lupa bawa flashdisk berisi naskahmu.

10110-110-10110

“Pak Arka sudah memberikan begitu banyak pengorbanan untuk bimbingan ini. Pak Arka rela bolak-balik dari sekolah baru ke Smanika hanya untuk membimbing kami. Tapi bukannya memberi kenangan manis, saya justru memberi hadiah pahit di tahun terakhir Pak Arka di Smanika. Tak satu pun dari kami berlima yang berhasil mengharumkan nama sekolah.”

“Saya menyesal. Kalau saja saya berani mengambil risiko, mungkin tidak akan menjadi seperti ini. Kalau saya belajar lebih giat, mungkin masih ada harapan untuk menjadi wakil sekolah di provinsi.” Netraku berkaca-kaca.

“Sampai saat ini saya belum berani menemui Pak Arka secara langsung. Saya sudah begitu banyak menyusahkan Pak Arka bahkan di luar waktu bimbingan. Saya benar-benar menyesal, Bu.”
Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Bu Jasmine. Setiap kata yang kupendam dalam diam mengalir begitu saja.

“Dulu saya menjadikan Smanika sebagai pilihan pertama saat pendaftaran peserta didik baru dengan harapan dapat mengharumkan nama sekolah di KSN Matematika. Sekarang saya tidak tahu untuk apa saya di sini,” pungkasku parau.

Aku tak berani menatap netra Bu Jasmine. Hanya kutatap nanar layar monitor yang menyala. Bu Jasmine menghela napas. Ia meletakkan tesmak yang sedari tadi bertengger di batang hidung ke meja.

“Thomas Alva Edison mengalami kegagalan sebanyak sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh delapan kali sebelum mendapat keberhasilan di percobaan kesembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan. Albert Einstein, penemu rumus relativitas pernah mengalami kegagalan dan diremehkan lantaran dianggap tak bisa apa-apa sebelum ia merasakan manisnya buah keberhasilan.” Bu Jasmine menjeda perkataannya.

“Srinivasa Ramanujan, ilmuan hebat dari India pernah diremehkan oleh profesor di Universitas Cambridge sebelum berhasil menemukan rumus partisi beserta pembuktiannya setelah melakukan percobaan berkali-kali.”

Bu Jasmine menatapku dengan tatapan yang aku pun tak bisa mengartikannya. “Saya hanya ingin mengatakan, segala sesuatu dalam hidup kita selalu berada di waktu dan tempat yang tepat. Setiap kejadian yang kita alami selalu memiliki alasan dan rahasia ... ”

“...pun kegagalan yang kamu alami adalah bagian dari proses kehidupan itu sendiri. Gagal satu kali bukan berarti tak akan berhasil sama sekali. Yang perlu kamu lakukan hanyalah berusaha dan menerima segala tahap kehidupan dengan ikhlas hati.”
Bu Jasmine menghela napas. “Tak ada gunanya menyesali segala sesuatu yang telah terjadi. Hidupmu masih panjang, Alfa. Masih ada ribuan mimpi yang menunggumu di luar sana. Jangan biarkan duri kecil ini menghalangi langkahmu.” Bu Jasmine menjeda perkataannya. “Lagipula, Pak Arka pasti sangat bahagia, kamu telah memilihnya sebagai lelaki terbaik di hidupmu.”

Aku terdiam seribu bahasa.

“Mengenai alasan bersekolah di sini ... bukankah itu sudah terlihat jelas di hadapanmu?”

•••
Bersambung...

Mojokerto, 02 Januari 2023

Dek Uti.

NEGASI ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang