01

862 83 4
                                    

jangan lupa untuk menekan bintang disetiap chapter yang kamu baca. ga minta apa-apa itu aja. kalo sempet tinggalin komen juga ya~ ^^
---------------------------------------
.
.
.

Hari sudah senja ketika James sampai ke kediaman keluarga Net. Dia sengaja menghentikan mobil di depan gerbang, seperti janjinya dengan ibu dan kakak Net. Pintu mobil terbuka dan satu kaki panjang berbalut sepatu kulit pantofel menapak tanah. James masih memakai setelan kantornya, celana hitam, kemeja coklat muda yang sudah kusut , lengan dilipat secara asal dan dua kancing di atas sudah terbuka. James menatap langit sebentar, sembari membuka pintu bagasi mobilnya. Bulan Desember dekat hari libur nasional, meski tidak ada tanda-tanda hujan akan segera jatuh ke bumi, tapi langit terus mengelam sejak pagi, kemudian begitu seketika hari sudah gelap. James mengeluarkan sekantung belanjaan dari dalam bagasi mobil kemudian masuk ke dalam pagar, mulai menapaki jalan yang teraspal kasar, ketika sampai di dua cabang, James berbelok ke cabang yang lebih besar dari yang satunya. Menuju ke gedung induk rumah.

Kedatangan James langsung disongsong oleh Ibu dan kakak Net yang segera menarik lengannya dengan gerakan seperti menyeludup. Mereka membawa James ke dapur utama. Rumah sepi, tidak ada siapa-siapa di sana.

“Net sudah pulang sejak tadi. Aku sangat kaget melihat dia sudah ada. Padahal aku berharap dia akan pulang paling lambat malam ini!”

James tersenyum mendengar keluhan kakak perempuan Net. Ibu Net membantu James mengeluarkan belanjaannya. “Maaf ya, James. Harusnya ibu ikut pergi belanja. Tapi Net akan tahu kita akan membuat pesta kejutan.”

“Tidak apa-apa, bu. James senang membantu. Sekarang, bagaimana? James harus apa?”

“Pergi dan tahan Net di kamarnya selama yang kau bisa. Sampai aku memberitahumu nanti, James.”

“Bagaimana caranya?”

“Oh-hoh! Kamu yang paling tahu!” Ucapan kakaknya itu seperti menggoda. Dia bahkan menaik turunkan alisnya.

“Kak!”
“Pat!”

James dan ibu Net berseru berbarengan. Kak Patricia, kakak Net hanya menutup mulutnya terkikik menanggapi respons kedua orang itu.

“Baiklah, sebisa mungkin James akan membuat dia tidak ke sini dan merusak acara kejutan ini.”

Ibu dan Pat mengajukan keempat jempol mereka pada James disertai kerlingan mata. James mengangguk dan berbalik keluar bangunan rumah. Ketika sampai di pertigaan tadi lagu, dia berbelok ke jalan sempit, yang akan membawanya menuju taman, garasi terbuka, dan juga tentu saja, ruangan pribadi Net siraphop.

Bulan ini, tanggal dua puluh adalah ulang tahun Net Siraphop. Mereka baru saja beberapa bulan yang lalu merayakan hari jadi ke satu setengah tahun mereka bersama sebagai pasang kekasih. James tidak mengerti bagaimana Net merayakan hari jadi mereka seperti itu. Setiap setengah tahun mereka akan makan malam bersama. Seperti merayakan hari jadi. Sarah berhasil melanjutkan sekolahnya ke Indonesia tahun lalu. Dan Yim, begitu lulus dia pergi ke luar negeri menyusul Tutor. Sarah sudah menelepon dan bilang dia akan segera pulang begitu menyelesaikan sekolahnya di sana. Dia sangat suka berada di Indonesia, dia sering bertemu idolanya, Rano Karno, bahkan saking seringnya, James sudah lelah melihat postingan seluruh sosial media Sarah yang akan memamerkan bagaimana dia baru saja makan malam, makan siang atau bahkan jalan-jalan di lingkungan rumah pesohor Indonesia itu. Berkata bahwa luas rumah Rano Karno lebih luas dari rumah Net Siraphop, sebab beliau memiliki segalanya di sana. Termasuk rumah ibadah.

Meski begitu dia terdengar sangat tidak sabar akan bisa pulang kembali ke Thailand tahun depan. Dan Yim, anak itu jarang sekali memberi kabar. Bahkan selama beberapa saat, dia sudah jarang mengupdate sosial medianya.

it's going to be alrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang