06

356 53 2
                                    

James tengah menemani Pie membuat pe-ernya ketika di saat bersamaan Phi Poppy, alias Phi Pop, datang mengantarkan lelaki yang wajahnya terlihat khawatir dan marah.

Net Siraphop berdiri dengan ekspresi tadi di samping Phi Pop yang memakai topi jerami dan sepatu boot berlumpur.

"James, ini suamimu mencarimu dari kota, lain kali kau mungkin harus memberitahunya dulu sebelum menginap berhari-hari di sini. Lihatlah, wajahnya sangat menyeramkan." Ucap Poppy dengan gaya khasnya yang selalu dapat membuat orang lain tersenyum, mungkin saja ini salah satu nilai tambahan dia bisa memenangkan hati Jaidee. Lelaki itu meneruskan; "Oh ya, Net. Dia datang ke sini tapi cuma diam saja seharian sejak kemarin, dia tidak membantuku membuat taman. Aku sudah kerepotan di belakang. Kalau kalian mau menginap bantu aku ke belakang, oke? Sudah, Jaidee pasti sedang menungguku mengangkat pot bunga."

Poppy berbalik tanpa menunggu siapa pun menjawabnya. Dia selalu berbicara dengan cepat dan terburu-buru. Pie tertawa menatap lelaki berbadan besar itu pergi ke belakang membantu calon istrinya membersihkan taman.

Net kembali memandang James. Pie mengangkat tangannya dan melambai memanggil Net mendekat. Net datang dan berdiri saja di depan kedua kakak adik itu.

"Maaf ya aku tidak bilang-bilang padamu dulu, Net." Kata James.

"Apa yang terjadi?" Tanya Net dengan cepat.

Pie sudah menarik nafas dan membuka mulut mau menjawab, tapi kakaknya lebih dulu dan lebih cepat mendahului, "tidak ada, semuanya sudah teratasi."

Net terlihat tidak terlalu puas dan tidak percaya dengan jawaban James. James melihat wajahnya yang dahinya berkerut. Dia bahkan tidak duduk dulu dan berbicara sambil berdiri. Pie yang melihat suasana hati Net sedang tidak baik seperti itu, berdiri dan mengemasi buku pelajarannya, meninggalkan James yang ikut duduk di atas sofa.

"James, aku sudah bilang untuk berbagi apa saja dengan aku." Kata Net setelah yakin Pie tidak bisa mendengar mereka lagi. Gadis itu terlihat masuk dan menghilang ke arah dapur tadi.

"Tidak apa-apa, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Net."

"Tapi Nong masih tetap dibawa oleh pamanmu? Dan pula kamu tidak memberi tahu aku soal ini? Kamu pergi tidak pamit. Kenapa? Kenapa tidak memberi tahu?"

James diam saja. Dan Net terlihat semakin marah. "James!?"

"Aku sudah bilang semuanya sudah teratasi, jawaban apa lagi yang kamu ingin dengar?"

"Kamu tidak berpikir aku sebodoh itu, atau bahkan tidak peduli pada keluargamu, James? Kenapa hal sebesar ini kamu tidak cerita?"

James meremas kain celana yang dia pakai. Saat itu dia sedang morat-marit pikirannya, ditambah Net semakin membuat dia merasa pusing. Tapi James tidak ingin menumpahkan perasaannya dalam bentuk apa pun saat ini di depan Net. Meskipun hal itu akan membuat Net semakin marah. James tahu Net tidak suka ketika dia menjadi orang terakhir atau bahkan satu-satunya yang tidak tahu soal kesulitan yang James alami.

"Maafkan aku." Kata James kemudian, hanya itu saja yang dapat dia katakan untuk mendinginkan suasana.

Net yang mendengar nada suara James tadi, tidak lagi memijit pinggang dan mengerutkan alisnya, net melemaskan tubuhnya yang menegang, kemudian menarik nafas. "Apa yang terjadi, James?"

James mengangkat tubuhnya berdiri di hadapan Net. Ditatapnya wajah Net yang terlihat penasaran dan khawatir. Kalau James cerita, Net pasti akan melakukan apa pun untuk membantu James. James bukannya tidak mau memberitahunya. Hanya saja, dia tidak ingin Net kembali memusingkan masalah keluarganya lagi. Dua tahun lalu dia membantu Pie pindah ke sekolah yang biayanya mahal karena berpikir Pie akan lebih mudah mengembangkan bakatnya di sekolah yang menurutnya lebih baik. Semuanya dibiayai oleh orang tuanya dengan alasan Pie anak yang pandai dan berprestasi. Juga tahun lalu mereka meminta untuk Bibi pindah ke rumah baru yang akan mereka hadiahkan untuk James dan keluarganya. Bibi menolak kebaikan itu sebelum diminta oleh James. Bibi memilih untuk tinggal di panti dan membantu Jaidee yang beberapa tahun kemarin baru saja diberi tahu soal penyakit ibunya. Ibu panti yang baik hati itu kini hanya bisa duduk di atas kursi roda, dan harus memeriksakan kesehatannya secara berkala di rumah sakit. Bibi tidak tega meninggalkannya sebab Jaidee dan ibunya telah banyak membantu james dan juga dia dan anaknya sejak mereka datang. Panti ini dititipkan pada Jaidee dan bibi James memilih untuk membantu gadis itu mengurusi anak-anak dan panti.

it's going to be alrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang