10

111 27 4
                                    

Sarah ribut-ribut di belakang, rupanya dia belum selesai mengangkut pot bunga dari truk Poppy tadi. Dia berteriak dan dibalas berteriak pula oleh Pop. James mengintip sebentar dari jendela kantor. Jaidee berlari membantu dua orang itu meski diusir terus oleh Pop dan Sarah.

Melihat keadaan Sarah dan Jaidee membuat James sedikit merasa sedih. Dia tahu Sarah mencintai perempuan itu, dan siapa pun yang peka perasaannya juga pasti bisa melihat cinta di mata Jaidee untuk Sarah.

Mengapa cobaan itu selalu datang pada cinta yang tulus. Mengikatnya dalam hubungan resmi pun tidak cukup. James pikir itu sudah cukup. Tapi tidak. Sarah rupanya menyadari hal itu, meski dia iri dengan bagaimana James dan Net bisa bersama seperti pasang kekasih pada umumnya, tapi dia tidak bisa memaksa dan meminta Jaidee untuk berpikir seperti dia, Jaidee belum bisa menerima hubungan romantis antara dua orang perempuan. Sarah pasrah, dan dia memilih untuk menyerah. Tapi James tidak mau menyerah. Lagi pula hidupnya sejak dulu memang sudah seperti berjalan di atas mata pedang yang tidak ada ujungnya. Dia hanya akan menghadapi segala takdir yang sudah digariskan untuknya.

Apa yang akan terjadi, terjadilah.

“James, aku ke sini ingin memberitahu sesuatu.”

“Ada apa, Boss?”

Pie datang, membawa baki berisi gelas kopi, “Maaf, tidak ada es kak, minum kopi yang panas saja tidak apa-apa, kan?”

Boss tersenyum padanya, “tidak apa-apa, terima kasih.” Sambil berhenti mengipas-ngipaskan tangan ke lehernya yang berkeringat. Kipas angin di ujung ruangan kantor pun rasanya tidak bisa memberi angin sejuk lagi.

Pie tersenyum, menunduk sopan kemudian melirik kakaknya sebentar sebelum berlalu keluar. James mengamati Boss yang menyesap kopi panas itu.

“Zee sudah beberapa tahun ini bekerja sama dengan perusahaan Ayah Net.” Boss membuka pembicaraan, “aku rasa kamu harus tahu hal itu. Aku khawatir dia akan bicara yang bukan-bukan soal kamu pada orang tua Net.” Boss mengamati James yang duduk di depannya, “orang tua Net, sudah tahu soal masa lalumu, James?”

James menggeleng. Informasi Boss tidak lagi membuatnya takut atau khawatir. Keluarga Net mungkin saja tidak akan bisa menerima dia setelah mereka tahu siapa dirinya. tapi yang membuat dia sedikit takut adalah perkataan Net yang tidak pernah dia lupa sampai saat ini.

“Kalau harus memilih keluarga atau kamu, aku sudah pasti akan memilih seseorang yang akan menemani aku di masa depan, James. Dan itu kamu. Aku tidak akan kehilangan keluargaku, darah yang mengalir di tubuh ini, milik keluargaku itu tidak bisa diputuskan, tapi kamu, meski tidak punya hubungan darah, aku memilih kamu untuk aku habiskan di sisa hidup kita.”

“Apa kamu jauh datang hanya untuk bilang itu, Boss?”

Kini berganti Boss yang tertegun.

Alasan dia datang sebenarnya untuk apa? Untuk memperingati James soal kemungkinan dia akan didepak keluar dari daftar menantu keluarga terpandang itu? Apa untungnya untuk dia? Apa sebenarnya yang dia inginkan? Kenapa dia jadi sangat perhatian pada James semenjak dia menyelamatkan James dari Zee? Apa akhirnya perasaannya mulai melembut untuk seseorang?

Boss benar-benar bingung. Tapi dia merasa dia harus meyakinkan James kalau meski dia kehilangan Net dihidup dia, dia masih memiliki Boss yang peduli padanya.

it's going to be alrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang