Chapter 18 : Life Goes on

423 56 5
                                    

Tidak ada kata baik-baik saja di dalam kamus Jeon Jungkook setelah ditinggal Shin Nara pergi. Ia hanya membenahi dirinya agar terlihat baik di pandangan orang lain. Ia jadi semakin kacau setelah menyelesaikan wajib militernya dan membantu menjalankan perusahaan sang Ayah. Jungkook membeli sebuah apartemen dan terkadang tinggal di sana dan di rumah orang tuanya secara bergantian.

Kehidupan luarnya memang terlihat baik di pandangan orang lain. Terkadang saking baiknya Jungkook malah terlihat seperti orang arogan di pandangan para pebisnis. Tapi banyak yang menyukainya, caranya berkerja sangat cekatan dan dapat diandalkan. Sejujurnya Tuan Jeon ingin langsung memberikan posisinya pada Jungkook, namun pria itu menolak dengan alasan ia masih harus banyak belajar. Walau sejujurnya tidak perlu, hampir seluruh pekerjaan Tuan Jeon di kerjakan Jungkook dan di bantu oleh Taehyung.

Oh! Taehyung? Ia menjadi Sekertaris Tuan Jeon saat ini. Sekertaris sebelumnya sudah pensiun karena usianya lebih tua dari Tuan Jeon sendiri. Jimin yang merekomendasikan temannya itu pada Tuan Jeon.

Kerena Taehyung terlambat lulus karena menunggu Jungkook, Jadi tinggal ia sendiri yang belum mendapatkan pekerjaan. Yang lainnya sudah merapat pekerjaan atau posisinya masing-masing. Seperti ia saat ini meneruskan pekerjaan sang Ayah, Park Jinho.

Jungkook jadi kacau setelah pulang wajib militer. Ia jadi sering minum alkohol hingga mabuk. Pria itu jadi sangat cerewet saat mabuk, berceloteh ini itu atau mengomentari apa yang ia lihat dan berakhir dengan tidur dengan pulas dimanapun.

Taehyung sering kali merasa hampir terkena serangan jantung saat masuk ke apartemen Jungkook dan melihat Jungkook terkapar karena mabuk tertidur di depan pintu. Ia hampir mengira itu mayat. Jungkook benar-benar bisa tidur di manapun saat mabuk, bahkan di kamar mandi sekalipun.

Mereka sering kali menginap di apartemen Jungkook, meski pria itu sedang tidak ada. Jungkook tidak masalah dengan itu, hanya saja ada satu syarat. Jangan pernah masuk ke satu ruangan yang ada di lantai 2 apartemen miliknya. Hingga saat ini, tidak ada yang pernah bisa masuk ke sana kecuali Jungkook sendiri. Tidak ada yang tahu apa isi dari ruangan itu.

Lalu, meski Jungkook merancau ini itu saat mabuk. Namun, ia tidak pernah menyebut tentang Nara atau membahas tentang gadis itu. Biasanya ia hanya selalu mengeluh tentang para bawahan Tuan Jeon yang tidak suka jika nanti ia yang akan menjadi pemimpin perusahaan selanjutnya. Para tua bangka, para brengsek berperut buncit dan makian lainnya akan terdengar saat Jungkook mabuk. Mereka tidak ingin mengorek luka pria itu.

Pria bermarga Jeon itu akan sangat menyebalkan saat sedang mabuk. Tak jarang pria itu mengajak bertengkar dengan kata-katanya yang tidak terarah dan sembarang membuka aib mereka. Tidak ada lagi Jungkook yang menghindari mereka atau tersipu. Terutama dengan Jimin, ada kejadian di mana saat mereka baru saja masuk ke apartemen Jungkook, pria itu tiba-tiba berjalan kearah Jimin dan meninjau pipi pria bermarga Park itu.

Saat di tanya alasannya, Jungkook hanya bilang ingin balas dendam sekali saja seumur hidupnya karena Jimin pernah memukulnya beberapa kali. Lalu, setelah mengatakan itu Jungkook tidak sadarkan diri karena mabuk. Itu hanya terjadi sekali dan tidak pernah terjadi lagi.

Jungkook membuka ruangan yang hanya bisa di masukin oleh dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungkook membuka ruangan yang hanya bisa di masukin oleh dirinya. Ia masuk ke sana dan mengunci dirinya di dalam ruangan itu.

Saat ia menyalakan lampu, matanya menatap foto-foto yang bergantungan di langit langit dan foto yang berjejer rapi pada dinding berwarna cream itu.

Sebagian adalah foto dari ponsel Nara dan sebagian lagi adalah foto mereka ambil. Ponsel yang ia dan Nara tinggalkan saat melarikan diri. Mungkin kedua orang tuanya yang menyimpannya di laci miliknya. Semua barang yang mereka tinggalkan tersimpan rapi di sana.

Jungkook menghela napas, lalu berjalan kearah kulkas kecil yang ia siapkan. Ia mengambil beberapa kaleng beer dari sana dan membawanya ke window seat dengan kaca satu arah. Ia membuka tirai yang menutupi window seat dan duduk di sana sambil meneguk beer yang sudah ia buka. Matanya menatap foto-foto yang tergantung dan tersusun rapi di dinding ruangan itu.

Jungkook tahu jika keadaannya cukup menyedihkan. Ia menutupinya dengan menjadi setengah gila. Entah bagaimana awalnya ia bisa jadi senang meminum minuman beralkohol. Padahal dulu ia sangat menghindari minuman itu. Setidaknya itu lebih baik, ia sangat benci orang lain melihatnya seperti sekarang. Hanya diam termenung dan tenggelam dengan masa lalu. Sesekali ia meneguk beer yang berada di genggamannya.

Ia membuang pandangannya dan beralih menatap kearah luar kaca, menatap pemandangan kota Seoul di malam hari. Ia menghela napas saat mengingat hal lain. Sepertinya memang sudah saatnya ia menggantikan posisi sang Ayah.

Ayahnya itu terus bertanya tanpa lelah membuat kepalanya terasa pening.

Ia tertidur tanpa sadar. Itu terjadi setiap saat. Mungkin alasan Jungkook tidak pernah menyebutkan Nara bahkan saat merancau tanpa arah karena mabuk, sebab pria itu sudah membuang rasa rindu dan kesedihannya sendiri di lain waktu dan tempat yang berbeda.

***

Tuan Jeon tersenyum sangat lebar dan terlihat sangat senang saat Jungkook mengatakan bersedia naik ke posisinya dan menggantikan dirinya, membuat putranya itu berdecak pelan melihat tingkah laku dirinya.

"Harusnya sejak awal kau bersedia langsung naik posisi. Hingga Ayah tidak perlu lagi bekerja dan pensiun dengan tenang, lalu menikmati masa tua yang indah!" ucap pria paruh baya itu pada putranya, menggoda Jungkook agar terlihat kesal.

"Aku tidak akan lelah mengatakan ini. Apa mental Ayah sebegitu terguncangnya hingga kembali menjadi anak-anak saat kutinggal pergi wajib militer? Ayah jadi sangat kekanakan setelah aku selesai tugas."

Jungkook memekik saat Tuan Jeon melempar sendal yang di gunakan nya dan mengenai kepala putranya itu.

"Aish sakit!" keluh Jungkook.

"Dan kau jadi berandalan setelah itu, ck! Dasar tidak berkaca! Lalu, lihat Jimin! Ia sudah punya anak yang sangat lucu dan memberikan Park Jinhoo cucu. Kau kapan huh? Ayah juga ingin punya cucu!" Lagi, Jungkook berdecak kesal mendengar itu.

"Ayah adopsi saja anak Jimin Hyeong dan jadikan cucu Ayah. Aku harus pergi dan memutus pembicaraan ini sebelum Ayah bicara yang aneh-aneh, aku pergi." Tuan Jeon berdecak saat melihat Jungkook kabur.

Ia begini juga untuk Jungkook, ia ingin menghibur putranya. Seperti apapun Jungkook berusaha untuk terlihat baik-baik saja, ia tahu jika putranya itu hancur berantakan. Bagaimanapun juga ia dan istrinya adalah orang tua Jungkook, mereka sangat mengerti seperti apa sifat Jungkook lebih dari siapapun.

_Tbc_

Okay😊

Oh, iya. Him bentar lagi mungkin tamat yaw^^

Dan setelah Him selesai baru next Daddy Jeon lagi👀

See U💕

HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang