Bab 1 Prolog

6K 260 1
                                    

Happy reading
Untuk sementara aku kasih prolog dulu kalo rame bakalan aku next jadi mohon vote and komennya gaisss
.
.
.
.
.
✨✨✨

Suara dentuman musik DJ kian membuat sosok gadis cantik bernama Briana Frederick kian meliukkan badannya di tengah desak desakkan floor dance. Dengan sesekali meminum wiski ditangannya Briana. Kembali mengerakkan badannya menikmati suasana yang membuat tubuhnya sangat senang dan melupakan masalahnya.

" Astaga Bi lo, dah mabuk ayo... Gue bantu" menggapai tangannya Fany sahabat Briana, mulai membantu Briana yang kini sudah hange over dengan kondisi terduduk di lantai.

" Gue gak mabuk Fannnnnyyyyy.... Gue lagi seneng yey.... Oh my God what is that?" tunjuknya pada lampu disko yang begemerlap. " Star atau bintang, apa itu Fan... Malaikat? Tanyanya lagi sambil melihat lampu diatasnya. Sambil tertawa kecil, Briana memang seperti anak kecil saat mabuk maka dari itulah Fany sebagai sahabatnya sangat melarang Briana ke club sendirian, entah memang takut menyusahkan orang lain atau takut Briana di perlakukan tidak baik oleh cowok cowok club yang melihat lapar pada sahabatnya.

Tanpa menghiraukan ucapan Briana, memutar mata malas. Sudah biasa pikirnya.

"Sekarang Lo duduk disini sebentar, gue ambil obatnya dulu," mendudukkan Briana pada sofa di dekatnya, Fany langsung bergegas mengambil obat pereda mabuk di dalam mobilnya. Menoleh sebentar melihat Briana aman tanpa di ganggu siapapun Fany langsung bergegas menuju pintu club.

" Bego.... Kok gue bisa lupa, udah tau Briana selalu mabuk kalo ke club malah di tinggal di mobil" membuka pintu mobil Fany langsung mencari botol obat di dalamnya. Bergegas masuk ke club lagi, entah kenapa ia merasakan firasat buruk saat di depan pintu club Briana yang dia tinggalkan di sofa menghilang.





Disisi lain, Briana sedang berjalan di sebuah lorong club yang biasa dilalui untuk menuju kamar pesanannya. Dengan berjalan sempoyongan dan bertumpu di dinding, Briana memijat kepalanya yang sangat sakit.

"Shittt..... Kepala gue sakit banget" mengerang, Brianna berjongkok memijat kepalanya.

" Bi ?, Kamu gak papa?" tanya seseorang di belakang Brianna

" Siapa?"

Tidak ada sahutan, Briana menoleh walaupun penglihatannya agak samar, hingga sosok di depannya memiliki tiga bayangan. Tapi Briana tidak mungkin lupa cowok didepannya bahkan bau parfum yang dipakainya pun sangat membekas di otaknya.

" Ngapain Lo disini?" Tanyanya menyedekapkan tangan Briana terlihat menantang.

" By kamu mabuk lagi!?"

" iya,gue mabuk kenapa hah!!" Berjalan selangkah kedepan Briana menatap tajam cowok di depannya. Mulai emosi, entah kenapa melihat wajah laki laki didepannya ia sangat mudah terbawa emosi.
" Mau gue mabuk, tidur sama om om itu urusan gue, jadi ya anak anj*** jaga jarak pandang muka Lo dari gue,"

" Aku mau ngomong,"

" Apa yang mau di omongin sihh,"

" Gak disini,"

" Gak!! Pergi deh Ka, gue males liat Lo," berlalu pergi Briana kembali berjalan menuju kamarnya.

Namun baru beberapa langkah, lengan ditarik Raka menuju kamar tak jauh di depannya, tentu saja Briana langsung memberontak memukul apa yang bisa di pukul pada Raka. Raka sendiri tidak tinggal diam ia semakin kasar menarik Briana masuk ke kamar pesanannya.

Brukk.....

Suara dentuman pintu tertutup di belakang Briana, menjadi saksi Briana yang kini terpojokkan pada pintu dan Raka didepannya, dengan kedua tangannya yang di pegang erat, Briana hanya dapat mengancam dengan tatapan tajam yang dilayangkannya.

" Lepasin gue,"

" By please dengerin dulu,"

" Gak ada yang perlu diomongin, Lo selingkuh dan dengan gampang bilang khilaf, bego brengse* hmmpph.....,"

Dengan napas memburu, Raka menuntun keduanya menuju kasur yang ada di pojok ruangan, tanpa melepaskan tautannya. Briana sendiri yang mulai kehabisan napas memukul brutal laki laki didepannya.

Dirasa cukup, Raka melepas tautannya hingga benang salifa terlihat, mengusap bibir berwarna cery di depannya Raka menghapus jejak salifa yang tertinggal.

"Aku gak akan segan segan merawani* kamu sekarang disini, kalo mulut kamu keluar kata kasar lagi, hmm?" Mengaitkan rambut panjang Briana ke belakang telinga. Raka tersenyum manis, ia sangat suka tatapan tajam anjing kecil menggemaskan dihadapannya.

Plakk....

" Brengsek, anak anji**,"

Bugh....

Menggunakan kakinya, Briana menyentak hingga membuat Raka langsung duduk tersimpuh menahan sakit. Tanpa membuang waktu Briana langsung berlari menuju pintu, tapi sungguh sial Raka malah menahan kakinya hingga terjatuh hingga menimpa puluhan botol wine di meja di dekatnya. Raka yang melihat hal itu langsung menangkap Briana, melakukan perlawanan Briana memukulkan sebuah asbak roko disampingnya hingga membuat Raka mengerang kesakitan dengan darah yang keluar di pelipisnya. Tak tinggal diam ia kembali berlari, dengan kondisi yang tak kalah mengenaskan, dengan rambut acak acakan serta tangannya yang harus direlakan karna mengenai pecahan kaca dari botol wine yang ditimpanya.

Berusaha membuka pintu kamar tersebut, Briana sungguh sial karna pintunya terkunci, berapa kali pun ia menyentak gagang pintu.

" Tolong.... Tolong,"

Bugh.... bugh....

Memukul pintu didepannya hingga mengeluarkan suara keras pun sepertinya tidak membantu apapun.

Hingga....

Bugh....

" Akkhhh....," Memegang kepalanya, Briana mengerang kesakitan, setelah ia dilempari sebuah botol wine hingga pecah. Ia bahkan merasakan aliran darah di belakang kepalanya. Dengan nafas yang mulai memburu Briana terhuyung hingga jatuh tak sadarkan diri, bahkan di sisa sisa kesadarannya ia melihat sosok hitam mengerikan mendekatinya.

Raka sendiri hanya mematung melihat kejadian cepat yang terjadi pada Briana di depannya. Ia tak sadar sudah melempar botol wine didekatnya dengan keras mengenai kepala Briana hanya karna mencegahnya untuk kabur. Dengan tangan gemetar ia mengeluarkan kunci di saku celananya, berjalan perlahan hingga tepat di samping tubuh Briana, berjongkok.

" By... By... Briana!" Mengguncang tubuhnya pelan, Raka mengulurkan jari telunjuknya ke dekat pernapasan Briana. Membulatkan mata saat tidak merasakan hembusan nafasnya, dengan wajah linglung Raka berdiri dan langsung membuka pintu di belakangnya. Tak lama ia berlalu pergi meninggalkan Briana seorang diri dengan bersimbah darah.







Next ? ✨☺️☺️☺️

AreksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang