chapter 1

4.4K 244 0
                                    

Happy reading
Silahkan tinggalkan jejak sebelum membaca, vote and content
*
*
*
*
*
✨✨✨

Eunghh....

Suara lenguhan gadis yang saat ini tengah teler dengan menumpukan sebagian tubuhnya pada meja, rambut panjangnya yang tergerai menutup sebagian wajah gadis tersebut. Membuat beberapa orang disekitarnya menoleh sekilas lalu kembali sibuk dengan kegiatan masing masing.

Mengerjapkan matanya perlahan netra coklat gadis tersebut mulai membiasakan cahaya temaram yang masuk ke retina matanya, begitupun dengan suara suara musik dan gelak tawa di sekelilingnya.

Memijat kepalanya yang berdenyut pusing, gadis tersebut perlahan bangkit sembari memfokuskan penglihatannya yang buram,

Aneh, Briana rasanya merasa asing di club ini, terakhir yang ia ingat memang ia berada di club yang biasa ia kunjungi, tapi entah mengapa tata letak di sini terasa asing baginya. Ingat sesuatu, refleks Briana memegang bagian belakang kepalanya. Ia mulai ingat sekarang kepalanya dilempar botol wine hingga bocor oleh si bedeb** Kepa*** dan mengeluarkan banyak darah bahkan sekarang ia masih ingat aliran rasa sakit di kepalanya. Tapi anehnya ia saat ini tidak merasakan sakit kecuali rasa pusing yang diyakininya karna banyak minum selain itu tidak ada apa apa, meraba belakang kepalanya lagi ia benar benar tidak merasakan sakit bahkan luka di belakang kepalanya pun tidak ada. Menggerakkan giginya kesal,

" Dasar cowok sial**"

Asik memindai sekelilingnya, sebuah lengan tiba tiba bertengger di bahunya.

" Eh.. bic* ngapain Lo disini?"

Briana yang melihat kesamping pada orang yang meletakkan lengan di bahunya, menatap tajam si pemilik lengan.

" Napa Lo, kesambet?" Tanya gadis tersebut, merasa heran dengan tatapan sahabatnya. " Wahh.... Parah Lo beneran kesambet, coba nyebut cas," menepukkan di kedua sisi pipi Briana, Avril nama gadis tersebut sambil bergumam. " Woy... Keluar kalian jangan ganggu Cessy sama sama setan ju_"

"Aapansih" menghepas tangan Avril di pipinya, Briana kembali menatap tajam gadis di depannya.

" Lo siapa pukul pukul pipi gue sialan,"

" Heh bener bener udah gak tertolong nih orang," menggelengkan kepalanya tidak percaya, Avril langsung merogoh tas di meja yang ada di belakangnya, mengambil ponsel tak lama ia menempelkan ponsel di telinga.

Samar samar Briana mendengar gadis di depannya mengangkat telpon dan berjalan menjauh, sambil sesekali melihat ke arahnya.

" Iya beneran.... Gue tepuk tepuk malah gak keluar tuh setan.... Tatapannya juga serem fixs si dia kesurupan.... Yaa gimana buruan kesini Lo.... Heh gak ada ya cogan aja yang di pikirin.... Buruan dia liatin gue mulu, rasanya tuh setan mau ngerasuk ke gue juga deh kayanya, nih badan tib tiba jadi lemes. Iya iya buruan sebelum makin parah....,"

Tutt....

Suara telpon di matikan, mengakhiri pembicaraan Avril dengan seseorang yang ditelponnya, ragu ragu Avril berjalan mendekat.

" Ammm Lo tenang dulu ya set, gue panggil temen gue dulu, bentar lagi tuh orang bakal da...

" Huh... Mana setan...mana setannya Vil," celingak celinguk seorang gadis satu lagi baru datang tergesa tergesa berdiri diantara mereka, yang dapat Briana tebak gadis tersebut berlari kesini, dilihat peluh di pelipis gadis tersebut dan juga napasnya yang ngos ngosan.

Tidak ada tanggapan, gadis tersebut menatap Avril yang seakan menunjuk lewat matanya ke arah samping kanannya tepat Briana berdiri, menoleh

" Jadi Lo kesurupan Cess?" Tanyanya, " engga ah biasa aja, emang gitu kali vril tatapan Cessy, tajam dan mematikan," umpamanya lalu tertawa terbahak bahak sembari menepuk lututnya.

" Hah.... Bikin panik gue aja, gara gara kalian," merangkul kedua sahabatnya dengan Briana di sisi kanan dan Avril disisi kiri. " Stok doi cogan gue ilang, tapi gak papa, kata orang mati satu tumbuh seribu," Melepaskan rangkulannya, gadis bernama Angel tersebut melenggang pergi menuju meja bar

" Bob Vodka satu,"

" Siapp,"

Menunggu minumannya siap Angel membuka ponsel nya dan beberapa kali ber-selfie ria. Berbeda dengan Avril yang masih diam di tempat dan beberapa kali melirik Briana yang saat ini menyedekapkan tangan di dada sembari menatap tajam sarat akan kebingungan di matanya ke arah Angel.

" Ngel,"

" Hmm," sahut Angel tanpa menatap Avril yang memanggilnya

" Gue rasa....,"

" Cessy? Kesurupan? Setan ? Gue cuma tanya kalian siapa dan kalian menghubungkan ke hal hal yang gak masuk akal," potong Briana.

" Hah," mengangkat kepalanya dari ponsel Angel heran terhadap temannya Cessy.

" Kan dah ku bilang," ucap Avril
" Wait.... Ces.... Lo beneran Cessy kan?" Tanya Angel berjalan menuju Briana.

" Cessy? Siapa Cessy gue Bri_... Arrghhh," tiba tiba rasa sakit di kepalanya menyerang hingga membuat Briana yang saat ini berada di tubuh Cessy mengerang kesakitan dan menjambak rambutnya. Berjalan mundur Briana jatuh terduduk akibat menabrak meja bar di belakangnya hingga bunyi pecahan kaca membuat beberapa pengunjung bar menoleh ke arah mereka.

" Cess Lo gak papa," tanya khawatir Avril, ia panik melihat sahabatnya yang mengerang kesakitan sampai menjambak rambutnya dan membuat beberapa helai rambutnya lepas.

" Sakit.... Sakit.... Arrgghhh," mengerang kesakitan Briana mencekal tangan Avril yang memegang bahunya dan beringsut mundur.

Panik melihat Briana makin parah.
" Ngel! Panggil ambulan sekarang,"

" Hah," sahut Angel masih syok. Melihat keadaan Briana yang seperti hilang kendali, ia baru pertama kali melihat sahabatnya seperti ini.

" Buruan beg*,"

" I-iya gue telpon ambulan," dengan tangan bergetar, Angel mencoba menghubungi ambulan lewat ponsel di tangannya.

Sedangkan Avril mencoba menenangkan Briana.
" Tahan Cess tarik napas, jangan di tarik rambutnya," ucap Avril dia tidak pernah menangani situasi seperti ini saat orang lain tiba tiba saja berteriak kesakitan, jadi ia hanya bisa menenangkan Cessy yang saat ini diisi oleh jiwa Briana.

" U-udah gue telpon mereka bakalan segera sampai," ikutan berjongkok Angel juga mencoba menenangkan Briana, tanpa sengaja ia melihat tangan Briana yang mengeluarkan darah.

" Ces... Ces tangan lo berdarah Cess stop!" Berusaha melepaskan cekalan tangan Briana yang masih menggenggam erat rambut kepalanya dengan tangan yang mulai berlumuran berdarah.

" Pergi kalian! Anji** gak mungkin.... Gak mungkin....," Dengan sisa sisa kesadarannya Briana mulai menutup mata, genggaman tangannya pada rambutnya pun kian melemah, sayup- sayup ia mendengar suara panik dari kedua gadis tersebut sebelum kegelapan benar benar menyelimuti.










Next?
Vote and coment dulu gaiss🔥🔥🔥✨

AreksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang