Chapter 17

1.4K 61 3
                                    

.
.
.
.
.

Dengan tubuh yang masih lemah, setengah berbisik "Aku... harus bicara... dengan Yuri..." Ucap Cessy

Ibu Cessy mengernyit bingung, tidak mengerti maksud putrinya.

"Apa maksudmu, sayang? Kau masih lemah. Jangan terlalu memikirkan apa-apa sekarang." Ucap Nola sembari mengusap pelan kepala Cessy.

Cessy menutup matanya sejenak, berusaha mengingat lebih jelas. Alam bawah sadarnya, saat ia pingsan, menyiratkan pesan yang jelas—ia harus menemui Yuri lagi. Ada sesuatu yang harus ia pahami, dan Yuri memegang kunci jawaban itu.

"Aku harus menemuinya... Aku harus tahu kenapa aku di sini." Lirihnya sebelum kembali menurup mata.










Beberapa Hari Kemudian....

Lapangan latihan menembak.

Cessy sedang berdiri di tengah lapangan dengan pistol di tangannya. Dia baru saja menyelesaikan satu sesi menembak dan sedang fokus pada target di depannya. Setiap kali dia menarik pelatuk, bayangan Yuri selalu kembali ke pikirannya. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan yang menghantuinya.

"Aku tidak bisa terus begini. Aku harus bicara dengannya,  kenapa dia di sini? dan mengapa aku terjebak di dunia ini?" Batinnya.

Saat ia hendak mengisi ulang pelurunya, tiba-tiba ia merasakan kehadiran tiba-tiba seseorang di belakangnya. Cessy menegang. Suara langkah kaki kecil terdengar mendekat, dan ketika dia menoleh, dia melihat Yuri berdiri di belakangnya, tampak gugup dan takut.

dengan suara pelan dan gugup "Kak... aku..."

Cessy meletakkan pistolnya, menatap Yuri dengan ekspresi campur aduk. Mereka berdua terdiam sejenak, tidak tahu harus mulai dari mana.

Dengan nada serius, menekan rasa emosinya, Cessy bertanya "Kenapa kau di sini,Yuri?"

Yuri mengangkat pandangannya sedikit, bibirnya gemetar, namun tidak berani langsung menjawab. Cessy tahu dia harus lebih sabar, meskipun rasa frustasinya terus menyeruak.

Berucap pelan, namun tegas "Kau tahu lebih banyak dari itu. Aku tahu, kau tahu sesuatu. Dan aku ingin tahu apa yang harus aku lakukan di sini."

Yuri terlihat semakin gugup, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa lagi menghindar dari pertanyaan Cessy. Dia mengangguk pelan, seolah berusaha mencari kata-kata yang tepat.

"Ada hal yang harus kau rubah, Kak... Kalau tidak, kita berdua tidak akan pernah bisa keluar dari dunia ini."

Cessy menatap Yuri dalam-dalam, hatinya berdebar-debar. Dia tahu bahwa pertemuan ini baru awal dari sesuatu yang lebih besar.

Berbisik pada dirinya sendiri "Aku tahu ini belum berakhir..."

"kak..,Aku perlu menunjukkan sesuatu padamu."

Menatap Yuri dengan alis berkerut. Sikapnya masih penuh kebingungan dan rasa waspada

"Apa lagi sekarang? Apa yang kau bawa?"

Yuri melangkah mendekat dengan hati-hati, memegang buku catatan itu di kedua tangannya. Tangannya sedikit bergetar, dan keringat dingin tampak di wajahnya. Ia tampak cemas, tapi mencoba menyembunyikannya.

Berucap pelan "Ini... buku catatanku. Aku... sudah mencatat semua yang aku alami sejak dua tahun lalu. Mimpi-mimpi aneh, dan hal-hal yang aku alami di dunia ini."

Cessy mengangkat satu alis, ekspresi skeptis terlihat jelas di wajahnya. Namun, rasa ingin tahunya tersentuh sedikit.

Dengan wajah yang masih terlihat ragu-ragu. "Mimpi-mimpi? apa yang ingin kau tunjukkan padaku? Apa hubungan mimpi-mu dengan ini semua?"

AreksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang