Chapter 18

1.4K 81 6
                                    

.
.
.
.
.

Setelah pertemuan mereka sebelumnya, Cessy dan Yuri kembali bertemu dan sedang duduk di sebuah kafe, membahas lebih lanjut rencana yang tertulis di buku catatan Yuri. Suasana kafe itu cukup sunyi, hanya ada suara bisik-bisik dan dentingan cangkir yang samar. Yuri membuka bukunya di atas meja, dengan tatapan tegas meskipun sedikit ragu.

Yuri berbisik "kaka... kalau kita ingin menemukan jawabannya, kita harus mulai mencoba. Catatan ini tidak menyebut secara langsung, tapi aku yakin kita harus merusak alur cerita novel ini. Ini satu-satunya cara agar kita bisa mengerti kenapa kita ada di sini."

Cessy, yang sudah mulai menerima kenyataan bahwa dirinya masuk ke dalam tokoh karakter novel mengerutkan alis. Kata-kata 'merusak alur' membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Bagaimanapun, ia tahu betapa berbahayanya menyimpang dari jalan yang sudah ditentukan di dalam novel.

Membuka buku catatannya dengan tangan sedikit gemetar, Yuri memperlihatkan halaman-halaman yang penuh dengan tulisan tangan rapi. “Aku mencatat semua mimpi, petunjuk, dan segala sesuatu yang aneh sejak aku masuk ke dunia ini. Awalnya, aku tidak yakin apa arti semua ini, tapi semakin lama aku merasa ada pola.”

Cessy duduk dengan tangan terlipat di depan dada, tatapan dingin namun sedikit penasaran. Dia memang tidak percaya sepenuhnya pada teori Yuri, tapi tidak ada salahnya mendengarkan.

“Pola? Seperti apa?”tanyanya dengan nada skeptis.

Yuri menarik napas panjang sebelum menunjukkan halaman tertentu yang dilingkari dengan tinta tebal. Walaupun hanya dirinya yang bisa melihat tulisan tersebut

“Nama yang terus muncul disini...adalah Areksa. Dia sepertinya bukan hanya sekadar karakter biasa. Dia adalah pemeran utama di cerita ini dan tidak hanya buat novel, tapi buat kita juga. Aku percaya dia adalah kunci kenapa kita bisa masuk ke dunia ini.”

“Tunggu, Areksa? Si pemeran utama laki- laki arogan yang dipuja-puja semua orang di sini? Serius?” Cessy memutar matanya, jelas tak percaya dengan teori itu.

“Aku tau kedengarannya gila. Tapi setiap kali aku coba mencari jawaban, namanya selalu muncul. Dalam mimpiku, dalam setiap petunjuk yang aku catat, semuanya mengarah ke Areksa. Aku rasa dia memegang jawaban yang kita cari.”

Cessy mengernyit, mencoba mencerna apa yang Yuri katakan. “Jadi... Lo mau gue melakukan apa ? Orang yang paling menyebalkan di cerita ini?”

“ Areksa lebih dari sekadar karakter yang kamu benci, ka. Dia pusat dari alur cerita ini, dan mungkin tujuan dari semua jawaban yang kita butuhkan. Kita gak punya pilihan lain. Selain untuk mencoba berada di dekatnya”

“Areksa bahkan mungkin ga tahu apa-apa! Dia bahkan gak sadar kalau ini semua cuma cerita fiksi. Lagipula, karakter Cessy dalam novel ini terobsesi dengan dia. Kalau aku mendekatinya, itu hanya akan memperkuat alur, bukan merusaknya.” Cessy menjelaskan sambil menghela napas frustasi.

"Justru karena itu! Kaka harus dekati dia, tapi bukan sebagai Cessy yang terobsesi. Kita harus ubah cara mendekati dia. Kalau kaka bisa membuat dia melihat dengan cara yang berbeda, mungkin kita bisa mengubah alur cerita ini dan kalau kita bisa mengubah cerita, kita bisa menemukan jalan keluar dari sini.”

Cessy menggelengkan kepala, merasa ragu. “Areksa adalah karakter utama. Mendekatinya bukan cuma berisiko buat aku, tapi juga bisa menguatkan alur cerita yang akan menghancurkanku. Kamu tau bagaimana dia memperlakukan Cessy di dalam novel, kan? Dia membenci karakter ini.”

Yuri memejamkan mata sejenak, mencoba mengumpulkan kata-kata.

“Aku tahu. Tapi di sinilah perbedaannya, Cessy sekarang bukan lagi karakter fiksi. Kaka bisa berpikir dan bertindak di luar naskah. Kalau kaka bisa menemukan cara untuk mendekati dia tanpa mengikuti narasi novel, mungkin kaka bisa mengubah cara dia memandangmu. Dan kalau Areksa mulai melihatmu dengan cara yang berbeda, mungkin kita bisa menemukan jawaban kenapa kita ada di sini.”

AreksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang