11 - Kematian Bunda

220 15 24
                                    

Awal pagi yang cerah ini Syaila dan Ragaza sudah berada di sekolah sekitar sepuluh menit yang lalu. Syaila terus bersandar di bahu tegap suaminya yang tengah membaca sebuah buku pelajaran.

Jujur saja, bahu Ragaza memang sangat nyaman baginya. Hal itu membuat Syaila mulai merasakan kantuk yang sedikit berat. Beberapa kali menguap membuat Ragaza merasa gemas dengan istrinya.

"Nanti, pulang sekolah kita ke makam bunda ya Sya. Aku udah lama nggak kesana" ujar Ragaza memberitahu. Tangannya tak henti hentinya mengelus kepala Syaila dengan pelan.

Syaila seketika bersemangat. Banyak hal yang Ragaza belum ceritakan kepadanya walaupun dia berstatus sebagai istri lelaki itu. Dia tidak memaksa, mungkin saja Ragaza membutuhkan waktu untuk bercerita tentang kehidupan masa lalu kepadanya.

"Iya Za, nanti aku temenin. Aku kan juga belum pernah kesana" ujar Syaila.

Ragaza tersenyum, dia mengecup pelan kening Syaila.

"Anjing mata gue, Astagfirullah" pekik Rey yang baru saja datang.

Ragaza mencebik kesal. Dia menatap tajam keempat orang yang baru saja datang. "Ganggu banget sumpah" pasrahnya.

"Yee lu mah kalo mau ngebucin jangan disini anjir, di rumah sana!" Ujar Givan kesal

"Pagi pagi udah begituan aja, lo kira ini tempat apaan anying" sahut Raka

Kevan tertawa pelan melihat ekspresi kesal Ragaza dan wajah malu Syaila. "Kalo mau ngebucin, liat tempat juga bro" ujarnya seraya menepuk pelan pundak Ragaza.

"Malem ini kumpul ditemoat biasa, Za. Anggota yang lainnya pengin ngobrolin sesuatu katanya" ucap Raka memberitahu.

Ragaza mengangguk

***

Ragaza menggandeng tangan Syaila dengan pelan untuk mengajaknya ke tempat dimana bundanya dimakamkan. Setelah menikah dengan Syaila, lelaki itu belum pernah mengajak istrinya untuk datang kesini.

"Assalamualaikum bundaa" ujar Ragaza dengan suara lirih dan gemetar.

Syaila mengusap punggung lelaki itu. Tangannya sesekali membersihkan rumput liar yang mulai tumbuh disekitar makam tersebut.

"Maaf ya bunda, Gaza baru kesini lagi. Tapi sekarang Gaza kesininya nggak sendirian lagi, ada istri yang nemenin Gaza" ujar lelaki itu

"Cantik kan bunda? Andai aja bunda nggak pergi secepat itu"

Syaila tersenyum. "Halo bunda, aku Syaila. Istrinya Ragaza" ucap Syaila

"Aku juga minta maaf, karna baru pertama kali kesini. Soalnya Gaza nggak mau ngajakin aku" ujar Syaila

Ragaza terkekeh mendengar penuturan Syaila, dia terharu karna istrinya benar benar sangat tulus. Lihatlah, gadis itu bahkan bercerita kesehariannya pada gundukan tanah didepannya dengan air mata yang berkumpul di pelupuk matanya.

Sekitar satu jam lamanya, dua orang itu menghabiskan waktu di peristirahatan terakhir seorang yang berharga bagi mereka.

"Ayo pulang Sya, udah mau hujan tuh" ujar Ragaza seraya menggandeng tangan istrinya dengan lembut.

Syaila mendongak, dia mengangguk dan beranjak berdiri.

***

"Bunda kamu cantik ya Za, pantesan anaknya ganteng banget kayak kamu"

Ragaza (Proses revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang