15 - Pisah Ranjang

203 9 0
                                    

Pagi yang biasanya terasa hangat karena senyum manis dari Syaila kini menjadi berbeda. Ragaza sangat ingin memeluk Syaila, mencium gadis itu dan banyak hal lain yang ingin dia lakukan.

Tapi berbeda dengan hari ini, Syaila terlihat datar, tatapannya dingin. Bahkan dia sama sekali tidak melontarkan satu kata pun kepadanya. Dia kesal, marah dia ingin mengakhiri kesalah pahaman ini. Sudah lebih dari dua hari lamanya Syaila mendiamkan dirinya. Rasanya hampa

Bahkan Syaila tidak mau berangkat bersama dengan dirinya, pulang pun gadis itu akan mendahului. Dan setiap akan makan malam, gadis itu akan membawa makananya kedalam kamar.

Syaila bahkan seakan tidak peduli dengannya. Gadis itu akan mengurung diri di kamar untuk belajar, lalu akan keluar untuk memasak. Sikapnya disekolah juga sama, dia tidak menemuinya di kantin, bahkan saat bertemu di koridor Syaila hanya berjalan seperti orang yang tidak kenal dirinya.

Ragaza mengacak rambutnya frustasi, harus bagaimana lagi. Siapapun tolong bantu dia

"Lo kenapa Za, penampilan lo kayak orang gila sumpah. Bahkan cakepan orgilnya!" Ujar Givan dengan wajah tanpa dosanya.

Kevan, Raka dan Rey terkekeh. Givan memang bermulut pedas, maka dari itu tidak ada satu pun gadis yang berani mendekatinya.

"Jaga your congor anjing, Gaza lagi frustesot kayak gitu malah lo gituin" ucap Rey

"Lo kenapa Za? Belum baikan sama Syaila?" Tanya Raka

Ragaza menggeleng lemah, jujur saja dia ingin menangis saat mengingat sikap dingin Syaila. Bisa dibilang, dirinya bergantung kepada Syaila. Lelaki itu sangat membutuhkan gadisnya sebagai pengganti bundanya  yang sudah tiada.

"Lo usaha nggak sih Za? Masa udah dua hari lo nggak baikan sama bini lo!" Kesal Givan

"Van, masih pagi jangan ngajak orang berantem" tegur Rey

"Ya lo liat Gaza lah, dia tuh kayak orang nggak punya semangat hidup, tapi dia juga nggak ada usaha buat bujuk Syaila"

"Gue udah usaha Van, tapi sulit"

"Terus, lo nyerah gitu aja? Cewek tuh harus dibaikin Za. Dikasih coklat kek, duit kek, beliin pulau pribadi atau apalah. Jangan diem aja!"

Rey menonyor kepala Givan dengan keras. "Sakit tolol!" Umpat Givan

"Emang lo kira Syaila se matre itu apa Van?" Ujar Rey tidak habis pikir

"Oke gini, gue tanya sama lo. Lo udah usaha apa aja?" Tanya Givan jengah

"Berkali kali gue ceritain semuanya, tapi Syaila nggak mau dengerin gue Van" jawab Ragaza

"Gue kasih solusi ya Za, nih dengerin" Givan menggantung kalimatnya beberapa saat.

"Lo temuin si Meta, bawa dia ke rumah lo dan kasih tau kalo Syaila itu istri lo. Terus, lo paksa dia buat ngakuin kalo anak di rahimnya bukan anak lo!" Ucap Givan

Ragaza mengangguk yakin, kali ini dia harus bisa.

***

Hari hari Syaila memang tidak akan pernah lepas dari hinaan dan perundungan. Di sekolah sebesar ini, hampir semuanya membenci dirinya. Hal itu hanya karena faktor ekonomi.

"Bersihin yang bener, gue nggak mau meja gue kotor sedikitpun" salah satu siswi disana mendorong dorong tubuh Syaila agar gadis itu membersihkan mejanya.

"Habis meja itu, tolong bersihin meja gue ya"

"Terus punya gue"

"After that, punya gue"

Syaila menghembuskan napasnya lelah. Dia hanya mengangguk menyetujui. Terdengar gila memang, Syaila kini menjadi dirinya yang dulu, di rundung tanpa melawan.

Ragaza (Proses revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang