Sekarang tepat dikamarnya, Kara sedang sibuk membuat nametag untuk ia pakai besok ketika MOS. "Hm, gini aja kali ya, gak usah heboh banget. Selesai, yeay." Selain nametag, Kara juga sudah mempersiapkan barang-barang yang akan ia bawa besok.
tok tok tok
Seseorang membuka kamar Kara yang memang tidak terkunci. "Udah selesai belum? ayo turun, makan dulu." Ajak Kakak laki-laki Kara, Kevan.
"Iya, nanti gue kebawah." Sebelum turun kebawah, Kara merapikan barang-barang yang berserak diatas meja belajarnya.
Dibawah sudah ada Mama, Papa, dan Kevan yang menunggu Kara. "Lama banget sih, udah laper tau." Kata Kevan seraya menyendok nasi terlebih dahulu.
"Dih, lagian nunggu, siapa suruh?" Namanya adik kakak, tiada hari tanpa ribut.
"Gimana tadi disekolah, Kar?" Tanya Papa ingin mengetahui apakah putrinya ini nyaman atau tidak dihari pertamanya.
"Gak gimana-gimana sih Pa, aman aja." Jawab Kara dengan senyumannya.
"Baru hari pertama, tapi udah ada yang Kara taksir loh Pa!" Ucap Kevan dengan semangat memberitahu sang Ayah.
"Apaan sih, kak. Gosip aja." Kata Kara dengan nada jengkel, memang Abangnya ini sangat menyebalkan.
"Masih aja, sok ditutupin. Tadi pas gue jemput, lo senyum-senyum sendiri kaya orang gila." Kara benar-benar ingin hilang saja dari bumi.
"Emang kamu liat Cowoknya kaya gimana, Van?" Tanya Papa, dan Kevan tidak bisa menjawabnya.
Mampuy
"Hehehe, enggak sih. Tapi Kevan yakin banget, Kara senyum ke arah cowok." Kevan memasang muka sok seriusnya.
"Jangan bilang, Cowok yang pas pagi nabrak kamu ya, Kar?" Sekarang giliran Mama yang mengintrogasi Kara. "TUHKAN MAMA AJA TAU!" Kara bingung, kenapa mereka selalu ingin tahu urusan Kara. Terutama Kevan.
"Enggak, cuma emang waktu tadi Kak Kevan jemput aku, sebelumnya aku emang abis ngobrol sama dia. Udah kok gitu doang." Kara mencoba menjelaskan kejadiannya.
"Ngobrolnya bentar, senyumnya yang lama. Sampe orangnya pergipun senyumnya gak ilang." Kevan tertawa kecil.
Kara memutar bola matanya, cape menghadapi Kakaknya yang kepo gak ketulungan.
Setelah makan, Kara izin pergi kekamar terlebih dahulu karena ia ingin mengecek barang-barang yang akan ia bawa besok. Setelah semua beres, Kara menghempaskan tubuhnya ke atas kasur dan mulai memeriksa isi ponselnya. Tiba-tiba Kara kembali mengingat Elzan dan mencoba untuk mencari sosial media Elzan.
"Elzan apa ya tadi, duh lupa lagi gue," Kara berusaha mengingat nama lengkap Elzan.
Hanya berbekal nama lengkap, semua informasi bisa didapatkan. "Elzan, Farraz, Gui--" Kara tidak pantang menyerah dan masih terus berusaha mengingat nama lengkap Elzan. Padahal untuk apa juga, belum tentu Elzan menggunakan nama lengkapnya untuk nama sosial medianya.
"OH! ELZAN FARRAZ GUINANDRA! YES, GUE INGET!" Pekik Kara ketika berhasil mengingat nama Elzan dan ia pun mencari akun sosmed Elzan. Tapi nihil, sosmed Elzan tidak ditemukan.
Entah Elzan yang memang tidak punya sosmed atau Elzan menggunakan nama lain untuk akunnya. "Yah, gak nemu lagi, tapi saya akan terus berusaha," Ternyata selama pencarian, Kara tidak sadar kalau sudah hampir tengah malam.
"Anjir! udah jam segini."
Karena sudah lewat, Kara memutuskan untuk melanjutkan pencariannya esok hari. Lagipun, besok ia juga akan bertemu dengan Elzan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Hoodie [END]
Teen FictionElzan Farraz Guinandra. Laki-laki yang selalu memakai hoodie, yang sejak pertama kali aku melihatnya sudah berhasil bikin aku jatuh pada pandangan pertama.