Hari ini adalah hari terakhir pelaksaan LDKS dan setelahnya akan terbebas dari omelan para OSIS yang menyebalkan. Bangun pagi seperti biasa untuk melaksanakan ibadah setelah itu olahraga jogging pagi tapi hanya kelas 10 karena kelas 11 masih ada satu materi yang harus dilaksanakan. Kasihan.
Kesempatan ini dipakai para siswa-siswi untuk berkumpul dengan geng mereka masing-masing karena selama 2 hari lebih harus dipisahkan karena tidak sekelompok. "Kar, sumpah! semalem si Elzan pegangan tangan anjir!" Kata Dita, niatnya mungkin baik ingin memberi info tapi kesannya seperti ingin membuat panas suasana hati Kara.
"Pegangan gimana? Sama siapa? Lo jangan memperkeruh suasana ya!" Tanya Ganis kepo apa yang telah terjadi.
"Enggak, itu emang kakak kelasnya aja yang caper!" Ujar Kara penuh emosi mengingat kejadian semalam, kenapa juga kakak kelas itu harus memegang tangan Elzan. "Kakak kelas yang mana nih? Kakak kelas banyak!" Setelah pertanyaan itu keluar dari mulut Jharna, Kakak kelas yang sedari tadi dibicarakan oleh mereka pun melewati mereka sedang bercanda dengan teman sekelasnya.
Tatapan tajam Kara sudah memberi jawaban untuk teman-temannya. "Oke, Kar! Gak usah dijawab!" Ucap Ganis.
"Iya, emang keliatan siapa yang gatel kok!" Sambung Dita.
Tiba-tiba hujan langsung mengguyur daerah villa dan sekitarnya, jadi mau tak mau seluruh murid kelas 10 harus meneduh di pendopo sekitar situ. Momen seperti inilah yang dipakai Kara dan teman-temannya untuk gibah, jangan dicontoh guys.
"TAU GAK SIH! Pas kemaren tuh, Kak Rey manggil gue, terus juga bilang katanya penampilan gue pas Api unggun keren. GUYS! GUE GAK BISA NIH ARGH!" Ganis bercerita momen yang menurutnya indah bersama Reyhan si ketua OSIS. Hujan pun mulai agak reda, tapi murid kelas 10 masih tetap di pendopo. Kara melihat dari kejauhan, Elzan berjalan menuju warung yang berada dekat pendopo.
"Guys! makan mie yuk, atau apa kek yang panas-panas gitu!" Ajak Kara, walaupun tujuan utama agar ingin berpapasan dengan Elzan. Teman-temannya menyetujui permintaan Kara dan mereka menuju warung.
Ketika diwarung Kara berpapasan dengan Elzan yang hendak keluar dari dalam warung. Kara, Jharna, Ganis, Dita memesan Mie dan juga teh hangat. "Eh, duit gue tadi dititipin ke guru, gue ambil dulu ya?" Kata Dita tiba-tiba. "Gue juga lagi, yuk ambil!" Mereka bertiga pergi meninggalkan Kara sendiri padahal uang untuk membeli dapat ditalangi oleh Kara.
Setelah semua siap, Kara membawa satu-satu mie miliknya dan juga teman-temannya. "Aw! Panas-panas!"
"Pelan-pelan, Kar! Lagian lo beli mie banyak banget, kuat makannya?" Tanya seseorang yang sedang duduk depan warung sembari menyeruput mie. Kara terkejut ternyata orang itu adalah Elzan.
"Eh, Elzan! Kok lo sendiri?" Tanya Kara basa-basi. "Temen-temen gue pada makan disana, gue males. Jadi, makan disini aja. Kenapa? lo mau temenin gue?" Tanya Elzan yang membuat Kara tersenyum simpul, salting yang tidak tertahankan.
"Kalau lo gak keberatan." Kara langsung duduk sebelah Elzan, dan ikut menyeruput mie. Sekarang Kara berharap jika teman-temannya tidak usah datang, bila perlu sampai mie-nya tak layak makan. "Mie-nya buat temen-temen lo?" Tanya Elzan membuka obrolannya.
"Iya dong, gak mungkin gue beli 4 mie buat dimakan sendiri!" Jawab Kara dan Elzan hanya tertawa sampai tampak gigi gingsulnya.
"Eh, ini tuh kelas 11, yang bakal jadi calon anggota OSIS ya?" Tanya Elzan lagi. "Iya, kayanya. Kenapa? Lo mau join OSIS juga?"
"Ngapain, males. Lo tau gak, Kakak kelas yang dikelompok gue? Gak tau ya? Ya pokoknya, gue gak suka anjir caper banget kalau sama gue. Padahalkan bisa biasa aja." Elzan entah mengapa bercerita sosok seorang kakak kelas di kelompoknya, Kara sudah dapat menebaknya tapi Ia pura-pura tidak tahu. "Kakak kelas yang mana nih?" Enggak sih, Zan. Jujur gue juga kesel. Sambung Kara dalam hati.
"Yang cewek, dia doang kakak kelas dikelompok gue kok. Pas malem api unggun pegang tangan gue, padahal gak ada briefing." Ucap Elzan yang kembali menyeruput mie dengan kekesalannya. "Oh, itu. Kirain emang ada janjian pegangan tangan." Kara meledek Elzan walaupun hatinya nyeri mengingat kejadian semalam.
"Gak, gue aja kaget." Setelah itu muncullah teman-teman Kara yang sudah pasti ingin mengambil Mie mereka. Kara melototi teman-temannya kenapa harus datang disaat seperti ini.
"Aduh, berduaan. Biasanya ada setan nih kalau berduaan." Kata Ganis meledek Kara dan sekarang muka Kara sudah merah menahan malu. "Yah, Kara-nya udah mau dibawa ya?" Tanya Elzan kepada teman-teman Kara.
"Enggak, Zan. Kalau masih mau sama Kara, silahkan gak ada yang larang. Asal jangan dilecetin aja." Kata Dita berbicara sudah seperti Ibunya Kara. Kara hanya mengurut keningnya sudah lelah dengan teman-temannya. Tapi, Kara bersyukur walaupun tidak sekelompok setidaknya Ia bisa mengobrol dengan Elzan untuk mengobati kejadian semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Hoodie [END]
Teen FictionElzan Farraz Guinandra. Laki-laki yang selalu memakai hoodie, yang sejak pertama kali aku melihatnya sudah berhasil bikin aku jatuh pada pandangan pertama.