Ngobrol

3 7 0
                                    

Triing!!

Bel pulang sekolah telah berkumandang yang menandakan bahwa seluruh murid waktunya pulang kerumahnya masing-masing.

"DITA! JANGAN PULANG LO, PIKET!" Pekik Kara kepada Dita karena memiliki jadwal yang sama. Ya, memang kelas IPA 1 akan melakukan piket setelah pulang sekolah.

"Gue buru-buru, Kar. Besok pagi deh gue piketnya!" Kata Dita dan langsung buru-buru pergi dari kelas. Itulah mengapa Kara benci ketika hari jadwal Ia piket, pasalnya teman-teman yang piket pada hari yang sama selalu tidak mau melakukan pekerjaannya.

Dengan terpaksa Kara piket sendiri kesekian kalinya, membersihkan kelasnya yang sudah seperti kandang sapi. "Mau gue temenin gak, Kar?" Tanya Ganis. Ya, cuma Ganis yang baik hati ingin menemani Kara. Sesekali juga Ia membantu agar pekerjaan Kara selesai.

"Oke!"

Ketika dirasa kelas mulai sepi, barulah Kara mengambil sapu untuk membersihkan sampah-sampah yang ada dipojok kelas. Ganis? Oh! Dia berkeliling melihat kelas-kelas, entah apa yang Ia cari. Saat dirasa sudah bersih dari sampah, barulah Kara mengambil alat pel untuk nge-pel seluruh lantai.

Kara menuju tempat OB ditemani Ganis yang sudah selesai tur sekolah, untuk meminjam alat pel pada bapak-bapak OB yang bekerja disekolahnya, Bapak Amat. "Misi! Pak Amat, Saya pinjem pel-nya dong!" Tanya Kara. Jika kalian bertanya apakah kelas IPA 1 tidak memiliki alat pel jawabannya tidak, karena setiap beli baru akan berakhir mengenaskan jika sudah dipegang oleh para lelaki jahanam didalam kelas.

"Waduh, Neng! pel-nya tadi dipinjem anak kelas 12, eh gak dipulangin. Tadi Bapak pake yang ini, tapi udah patah. Takut neng pegel, pinjam aja sama kelas yang lain!" Kata Pak Amat menjelaskan.

Kara dan Ganis terlalu malas untuk mengecek setiap kelas untuk mengambil pel. Tiba-tiba Kara melihat Reyhan masih lalu lalang dilorong sekolah, mungkin masih ada rapat OSIS (?)

"Nis! pinjem sama Kak Rey aja! Kebetulan dia masih ada disitu!" Kata Kara bermaksud agar Ganis yang meminta langsung pada Reyhan. "Gue malu, Kar!"

"Kesempatan gak dateng dua kali!"

Dengan berat hati walaupun pasti hatinya senang, Ganis melancarkan aksinya ketika melihat Reyhan sudah agak mendekat dengan posisi mereka berdua saat ini. "KAK REY!" Pekik Ganis.

Reyhan seperti celingak-celinguk mencari keberadaan suara yang memanggil namanya. "Oh! Ya, kenapa?"

"Eh, anu Kak--"

Ganis gugup mode : on

Reyhan mengerutkan keningnya, menunggu Ganis melanjutkan kata-katanya. "Anu, Kak! Ganis mau pinjem Pel kelas kakak. Boleh?" Akhirnya.

"Oalah Astaga, Pel? Yuk!" Reyhan berjalan menuju kelasnya yang berada diujung lorong, diikuti oleh dua manusia labil ini. Sesampainya dikelas Reyhan, Ganis langsung mengambil benda yang diperlukannya. "Pinjem ya, Kak!"

"Iya, Ganis!" Kata Reyhan dengan senyumannya yang manis, tidak salah jika Ganis sekarang sudah mencubit-cubit lengan Kara.

Alat pel sudah ditangan, sekarang saatnya Kara membersihkan kelasnya ini dibantu oleh Ganis yang masih salting karena disenyumin Reyhan. Duh, Nis.

sat set sat set

Kelas dah rapi

Biasanya Kara hanya menyapu dan menyerahkan kepada teman-temannya untuk nge-pel, tapi tidak hari ini, soalnya Kara lagi rajin. Setelah selesai, Kara mengambil tasnya dan bersiap untuk pulang.

"Kar, tunggu bentar ya. Gue mau ke TU dulu." Kata Ganis dan langsung menuju Ruang TU, mungkin ia belum bayar spp (?) Kara duduk, berdiri, jalan-jalan sedikit disekitar TU untuk menunggu Ganis. Padahal juga mereka pulang tidak searah.

Kara pun jalan menuju luar gerbang dan melihat sekitar sekolah yang sudah sepi, hanya ada anak-anak cowok yang menongkrong disebrang dan ada satu gadis yang sedang duduk mungkin menunggu jemputan. Sampai Kara terkejut ketika Elzan menghampiri gadis tersebut dan bertanya padanya yang membuat Kara membeku sejenak.

"Mala, Belum pulang lo?"

Pertanyaan basic, tapi membuat hati Kara sedikit nyut-nyutan. Sekarang Kara berpikir untuk apa Ia keluar gerbang jika harus menyaksikan ini. "Yuk, balik!" Kara masih diam tak berkutik sampai Ganis memukul pelan pundak Kara. "Kenapa sih lo?" Kara hanya menjawab dengan gelengan.

Selalu seperti ini, Elzan selalu bisa membuat mood Kara naik turun setiap harinya tanpa bertindak apapun. Atau memang Kara yang terlalu baper, kita tidak tahu.

Red Hoodie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang