Akhirnya selesai juga masa putih abu-abu. Selesai juga penderitaan masa SMA ini. Dan berakhir juga mantau mas crush wkwk kasian yang belum confess.
SMA Nusantara mengadakan acara kelulusan, semacam prom night (?) Gak prom night sih, ya gitulah. Ramai pokoknya.
Kara sudah tenang, jurusan seni jadi diambil dan tinggal mengurus data pendaftaran saja. "Jemput gak nanti?" Tanya Kevan yang hari ini mengantarkan Adiknya. "Iya, nanti gue kabarin."
"Selamat party, JANGAN MABOK!"
"Mabok kepala lo!"
Kara masuk kedalam aula dan sudah ramai oleh siswa siswi. Kelas 12 yang sebentar lagi lulus, hari ini hanya menjadi tamu. Yang kerja dan mengurus semuanya OSIS angkatan sesudah Kara.
"KARA! SINI!" Seseorang meneriaki Kara lalu Kara pun menghampirinya yang ternyata manusia-manusia dajjal ini sudah berkumpul. "ANGJAY, JADI DEH KEBANDUNG!" Kata Ganis membuka obrolan.
"GAYA LO KABUR DARI RUMAH, IDIH!" Sambung Davin.
Emang ngobrolnya kudu ada teriakan, soalnya berisik, musiknya gede banget say.
Ngomong-ngomong kabur, memang Kara menceritakan semuanya kepada manusia-manusia ini. Tidak ada rahasia diantara mereka. "Niat kabur malah berakhir makan nasgor bareng ayang aw aw!" Ledek Jharna.
Kara dari tadi hanya diam, tangannya aja yang melayang ke orang yang meledeknya. "CINTAKU TERJEBAK DI TUKANG NASGOR!" Zafran orang terakhir yang kena toyoran maut dari Kara.
"Udah ya, anjeng!" Malu, Kara malu. Mukanya merah kaya pantat bayi.
"Ini acaranya ngapain sih? Gini gini doang, mending kita party sendiri!" Kata Tiana.
"Bayarin ya, kalau mau ngadain?" Ucap Dita.
"Iya gue bayarin. Tapi kita-kita aja." Tiana, sultan kita bersama.
"ANJAY!"
'Selamat malam semua..' Guru BK, diatas panggung akan memberikan sambutan. Lalu dilanjut kepala sekolah dan ketua osis. Basic, hanya ucapan selamat dan semoga sukses.
Lalu, dilanjut oleh beberapa anak dari ekskul kesenian untuk mengisi acara kelulusan ini. Ada paduan suara, Tari, dan juga Teater dan beberapa penampilan sumbangan dari anak-anak kelas 12.
Karena merasa bosan, Kara pergi ke salah satu stand minuman yang dijajakan disekitar ruangan. Ketika sedang khidmat meminum minumannya ada seseorang yang mencolek dari belakang. Kara menengok dan menampilkan seseorang dengan tuxedo warna hitam. Tampan, pikir Kara.
Siapa lagi kalau bukan Elzan.
"Zan."
"Kar."
"Gak ngumpul sama temen-temen lo?" Tanya Elzan sembari menyeruput minuman. "Tadi kumpul, haus pak. Isi tenaga dulu." Jawab Kara dengan senyumannya.
"Gimana jadinya?" Tanya Elzan. Kara mengernyitkan dahinya. "Itu, kuliah. Ambil kan?"
"AMBIL DONG!"
"Anjay jadi seniman! Terus waktu itu abis gue nganterin lo, lo gak diomelin lagi kan?" Tanya Elzan lagi memastikan jika pesannya tersampaikan agar Kara tidak diomeli. "Enggak, malah ajang peluk-pelukan. Biasalah."
"Bagus."
Oh Iya, tanpa sepengetahuan, jauh sebelum Kara confess, Kara iseng untuk membuat Playlist untuk Elzan. Tapi, Ia berpikir untuk menyimpannya sendiri dan tidak akan memberinya pada Elzan. Tapi, Kara berubah pikiran, dikasih pun tidak ada salahnya. "Zan?"
"Ya?"
"Ikut gue bentar yuk, keluar. Mau ngomong, disini berisik!" Ajak Kara dan dituruti oleh Elzan. Dan mereka pun keluar menuju kantin. Sepi, karena memang acara adanya di Aula.
"Gimana, Kar?"
"Hm, gapapa sih. Cuma mau bilang makasih."
"Makasih buat?"
"Makasih udah nenangin gue malam itu. Lebay sih, tapi beneran makasih. Jujur pas itu pikiran konyol banget buat kabur, gue gak tau kalau gak ketemu lo."
"Iya, Kar. Sama-sama."
"Eh, terus, ini--" Kara mengeluarkan handphonenya.
"Apa?"
ting!
notif di handphone Elzan bunyi. "Apa ini? Playlist Spotify?"
"Iya, ini gue buat jauh sebelum gue confess. Tadinya mau gue buat ala-ala pake mixtape. Tapi gue terlalu males, udah terlalu sakit hati ditolak sama lo." Kata Kara dengan sedikit inside jokes.
"Ih, Kar. Please, jangan bikin gue seakan jadi orang jahat. Gue kan udah minta maaf."
"HAHAHA, Iya. Bercanda."
Elzan pun membuka link playlist Spotify yang dibuat Kara. "Red Hoodie. Lucu, covernya lo buat sendiri?"
"Lo pikir?"
"Lupa, calon seniman, sulit. Ini kenapa judul playlistnya red hoodie terus di gambarnya gue pake hoodie merah?" Tanya Elzan.
"Soalnya awal masuk, lo pake hoodie merah pull and bear lo. Inget gak, lo yang tabrak gue waktu itu?" Berusaha mengajak Elzan untuk mengingat awal mereka ketemu.
"OH, Anjir. Cewek ingatannya kuat juga ya."
"Iyalah. Dengerin ya, Zan?"
"Iya, nanti gue dengerin. Makasih, Kar. Dan sekali lagi gue minta maaf. Gue juga bingung sama diri gue, cewe sebaik lo. Tapi, kita gak perlu bohong soal perasaan kan?" Kata Elzan.
"Gapapa, Zan. Gue masih disini, gak bakal kemana-mana. Pegang omongan gue."
"Jangan terlalu maksain, Kar. Kesannya gue ngasih harapan ke lo."
"Gak ada yang maksa, ini kemauan gue. Yaudah, Yuk balik lagi ke aula. Nanti gue dicariin temen gue."
Mereka pun kembali ke Aula. Ada perasaan senang campur sedih dalam diri Kara. Senang karena detik-detik terakhir ini Ia masih bisa bicara dengan Elzan. Dan Kara sungguh beruntung bertemu Elzan yang super baik. Tidak salah Kara menyukai Elzan.
Sedih, karena harus berpisah. Entah akan datang keajaiban atau tidak untuk Kara memiliki kesempatan bertemu dengan Elzan lagi. Terlebih lagi, Kara harus pergi ke bandung untuk menempuh pendidikan.
Terima kasih, Elzan. Terima kasih untuk kenangan yang kamu kasih untuk masa SMA-ku. Beruntung sekali bertemu orang seperti kamu.
Tetapi pada akhirnya, kamu tetap tidak menjadi milikku. tapi akan ku pastikan namamu selalu menjadi tokoh utama dan abadi dalam kisah ini. Karena memang benar, Aku hanya ditakdirkan untuk mengenalmu, bukan memilikimu.
Sekali lagi,
Terima kasih, Elzan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Hoodie [END]
Teen FictionElzan Farraz Guinandra. Laki-laki yang selalu memakai hoodie, yang sejak pertama kali aku melihatnya sudah berhasil bikin aku jatuh pada pandangan pertama.