1. Terjebak di Sekolah

6.2K 166 2
                                    

Hari senin semua dimulai. Orang-orang orang harus beranjak pergi mengejar waktu yang terus berputar. Tidak ada yang diam ditempat kecuali dia seorang pengecut. Kara tak punya banyak kata yang bisa diucapkan untuk kesekian kalinya untuk sang nenek.

Karamel athena, gadis itu hanya diam saat sang nenek terus memberikan petuah untuk dirinya di sekolah ini. Dari kaca mobilnya dia bisa melihat gedung sekolah yang megah dengan para siswa yang terus berganti memasuki gerbang. Sekolah ini adalah sekolah kesekian untuknya karena pekerjaan ayahnya menuntut mereka untuk berpindah tempat.

"Kamu dengar bukan perkataan nenek kara? Nenek harap kamu ingat semuanya." Kata hanya menganggukan kepalanya mengerti dan bergegas turun untuk memasuki sekolah itu.

Entah perasaanya atau tidak sekolah ini sangat aneh. Kara merasa auranya sangat gelap tapi dia berusaha mengenyahkan pikiranya itu. Dia menuju kelasnya dan berharap dia bisa tamat sekolah disini dengan damai tanpa ada masalah.

Tanpa terasa waktu berjalan dengan cepat mengikuti irama keramaian murid yang keluar menuju kantin begitupun dengan Kara yang digandeng keluar dengan ochi, gadis itu orang yang pertama kali mengajaknya berkenalan.

"Lo tau, lo adalah orang kesekian kalinya yang pindah kesini selama satu bulan ini. Gue heran kenapa banyak banget yang mau sekolah disini sedangkan mereka gak tau rahasia gelap disini. " Mendengar perkataan itu tentu membuat Kara heran. Rahasia apa?

"Oh, sorry gue lupa untuk kasih tau ini tapi lebih baik kita makan dulu supaya lo gak terlalu shock."

Kara melihat kantin ini sangat mewah untuk ukuran sekolah negeri di negara ini. Matanya menatap para murid yang antri dengan teratur, banyak tempat kosong yang belum terisi tapi mata Kara hanya terpaku pada meja yang berada di tengah yang terlihat kosong. Mengherankan bagi Kara, karena meja itu seharusnya sudah terisi murid tetapi mereka lebih memilih menghindar dan mengosongkan area tengah itu. Tapi belum sempat dia bertanya pada ochi, dia lebih dulu menariknya ke bangku pojok.

"Jadi, lo mau pesan apa sekarang Kara? Disini ada banyak makanan yang bisa lo pilih. "

"Pesenanya sama aja kayak kamu. " Ochi menganggukan kepalanya dan bergegas pergi untuk antri makanan. Tak lama, ochi datang membawa makanan yang sudah dia pesan.

"Jadi, bagaimana kesan pertama lo dikantin ini ra? Ada yang aneh?" Ochi bertanya sambil tersenyum, dia tau jawaban apa yang akan dia dapat dari Kara.

"Bangku tengah itu, aneh." Kata Kara sambil menunjuk bangku itu.

"Akan gue jelasin peraturan paling mutlak di sekolah ini. Jangan melanggar, jika tidak ingin hilang begitu saja. Aturan pertama, jangan pernah berada di halaman belakang sekolah. Aturan kedua, jangan ada di sekolah satu jam setelah bel. Aturan ketiga, jangan pernah bermasalah dengan Kalandra." Ujarnya mengakhiri percakapan itu dengan lirih. Kara melihat mata ochi yang takut saat mengucap nama itu. Kara semakin penasaran.

"Lo perlu tau alasan ini. Ini penting jika lo ingin sekolah disini sampai tamat dan bukan tinggal nama doang. Laki-laki itu mantan kriminal, gue gak tau pasti gimana dia bisa bebas dipenjara. Tapi, dia istimewa. Setiap hal yang dia katakan pasti guru guru disini bakal setuju dan gak ada satupun yang berani bantah. Dulu pernah ada kasus dimana ada kakak kelas cewek yang berani deketin dia bahkan secara terang terangan, gak lama setelah itu kita gak pernah liat cewek itu di sekolah ini. Guru guru cuma diam dan bilang dia pindah sekolah tapi justru pernyataan itu berbanding terbalik dengan pernyataan orangtuanya yang bilang kalau anaknya masih hilang tapi semua itu berlalu gitu aja dan pihak polisi cuma diam dan gak ada kejelasan yang pasti setelah itu."

Kara merinding saat mendengar itu, dia seperti merasakan aura gelap dari laki-laki itu. Mungkin lebih baik dia tak pernah menampakan diri atau berurusan dengan laki-laki bernama Kalandra itu.

"Dan Kara, lo cukup beruntung karena selama tiga bulan ini laki-laki itu gak pernah kelihatan. Gue gatau, tapi emang laki-laki itu cukup jarang untuk masuk sekolah bahkan dalam sebulan aja, absensi kehadiran dia di kelas bisa dihitung. Gue rasa cukup sekian penjelasan gue untuk saat ini, mungkin kalau lo ada pertanyaan lo bisa tanya gue sepuasnya."

Kara tersenyum mendengarnya. Lalu, setelah itu mereka mulai beranjak pergi dari sana untuk mengikuti kelas lagi.

Tak terasa waktu menunjukan pukul empat sore. Belum pulang berdenting dengan nyaring. Semua murid mulai beranjak pergi meninggalkan kelas.

"Ochi boleh aku tanya? Perpustakaan sekolah tutup jam berapa ya? Aku harus ambil buku yang di suruh bu inggit tadi."

"Perpustakaan sekolah ini tutup sekitar tiga puluh menit lagi ra. Lo kan bisa pinjam besok gapapa juga. " Kara menganggukan kepalanya mengerti.

"Waktunya aku rasa cukup, aku ambil langsung aja bukunya takutnya tugas dari bu inggit gak cepat selesai kalau aku undur-undur lagi. Kamu pulang aja duluan chi, aku gapapa kok. "

Ochi masih bersikeras ingin menemani Kara tapi Kara rasa dia sudah cukup merepotkan ochi hari ini.

Pintu perpustakaan memang terlihat masih buka, kara seperti nya harus bergegas untuk mengambil semua buku yang diperlukan. Saat masuk ke perpustakaan ini, kara hanya merasakan keheningan dan sepi. Tapi, kara merasa dia lebih takut karena semua murid sudah pulang dan dia merasa kehadiran penjaga perpustakaan juga tak membantu menenangkan ya.

"Hei, bisakah tidak melamun dan cepat pergi jika sudah selesai!" Penjaga itu menegur keras kara yang masih bingung mencari buku.

Sambil terus melihat kearah jam tanganya yang tinggal sepuluh menit sesuai peraturan dia segera bergegas ke arah meja penjaga perpustakaan.

"Kau ini memang nekat sekali. Sudah tau aturan tak tertulis disini kan. Kuharap kau tau anak baru, lebih baik setelah ini kau segera lari menuju gerbang dan jangan melihat ke belakang. " Ujarnya dengan sinis.

Kara mengernyit heran, bukanya mereka sama saja. Dia juga kan harus pulang dari sini. Penjaga itu memutar matanya malas melihat kara.

"Maaf anak baru, aku hari ini menginap bersama buku buku disini. Aku tak mempunyai nyali sebesar dirimu. Lima menit lagi gerbang benar benar akan tertutup jika kau ingin tahu. Waktu terus berjalan. "

Kara melihat jam tanganya dan benar saja waktunya sangat sedikit, dia segera mengambil bukunya dan bergegas pergi dengan berlari menuju gerbang. Dia merutuki sekolah ini yang sangat luas hingga jarak gerbang terasa ratusan kilometer.

Nafas Kara tak beraturan. Dia tercengang menatap gerbang yang sudah tertutup rapat dan melihat jam di tanganya. Dia benar benar sudah tak bisa keluar dari sini. Kara mencoba untuk tenang dan melihat sekelilingnya.

Benar saja hanya dia satu satunya murid yang masih ada di sekolah ini. Dia menatap horor sekolah itu, dia sekarang benar benar terjebak bahkan dihari pertama bersekolah disini!

____________________

Assalamu'alaikum semua, selamat membaca cerita ini dan saya harap kalian menikmati karya saya. Kalian bisa memberikan saran dan kritik ya, itu bisa sangat membantu saya agar cerita ini bisa lebih baik lagi.

The Darkness Of The KalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang